webnovel

METEOR

Laura terjebak dalam kehidupan hitam seorang Arjuna Zander Alzelvin.Penuh teka-teki, fakta, hingga cintanya di pertaruhkan. Arjuna tau makna kehilangan, di jauhi, hingga di kucilkan. Arjuna hadir dalam hidup Laura, memberi hal baru, canda tawa, dan mengajarkan perjuangan yang sesungguhnya.

hiksnj · Aktion
Zu wenig Bewertungen
41 Chs

23. King and Queen

Duduk sama saja. Berdiri sama saja. -Sambijak

🍁🍁🍁

Bram memukulkan penggaris ke papan tulis, kelas SAESTU saat jamkos seperti pasar dadakan, demo habis-habisan, gosip sana-sini, konser dadakan, main bareng (mabar) game seru-seruan, undian arisan.

Semuanya terdiam dan memperhatikan Sam, tak ada yang berani pada ketua kelas galak tersebut.

"Besok, akan ada pemilihan King and Queen yang di laksanakan setiap tahunnya,"

"Aku dong Queen-nya,"

"King-nya siapa?"

"Eh, pokoknya yang cantik loh Bram. Tinggi, body goals, putih, rambutnya kayak rapunzel yang lembut itu,"

Mereka menyindir dan melihat Laura. Rasanya tak pantas menjadi the next Queen SMA PERMATA, sudah cukup Laura menjadi duta lingkungan di tahun ini.

"Semuanya berhak mencalonkan diri. Terutama Laura, karena wali kelas kita sudah memutuskan agar Laura dan aku menjadi the next Queen SMA PERMATA," jelas Bram dengan senyum kebahagiannya, akhirnya dengan Laura lagi. Meskipun hanya satu tahun, tapi King and Queen pasti akan di pasang-pasangkan seperti couple goals.

"Yah, gak adil banget sih,"

"Pilih kasih nih. Kita juga pingin dong jadi the next King and Queen SMA PERMATA,"

Saat bu Setyaningrum memasuki kelas, SAESTU yang tadinya berpencar kesana-kemari akhirnya bubar jalan. Siap memulai pelajaran jam pertama.

🍁🍁🍁

Saat di kantin, Bram merekomendasikan pakaian bagus, anggun, dan berkelas untuk tampil di the next King and Queen SMA PERMATA.

"Ini kayaknya bagus ya ra?" Bram menunjuk gaun indah di Iphone-nya.

Laura mengangguk antusias, warna hijau kesukaannya.

"Bagus banget Bram. Aku mau yang ini,"

Mendengar suara riang menyayat hatinya, Juna mencari asal suara. Laura dan Bram begitu dekat, jika di lihat mereka seperti pacaran saja setelah Juna meneropongnya dari tempat singgahsana.

"Bws, ngelitwin apwa?" tanya Sam kepo sambil mengunyah cilok puyuhnya.

"Biasa, Laura sama Bram itu," jawab Jaka malas.

"Sayang Juna! I'm coming!" teriak Tiara heboh, sebelumnya ia bercekcok dengan Inge. Untungnya Tiara lebih dulu ke kantin, Inge masih membenarkan rambutnya yang berantakan. Ya, cewek memang menjambak dan adu mulut saja.

Juna mengusap dadanya, sabar. Sehari tanpa Tiara bagaikan ambulan tanpa uwiw.

Tiara mengalungkan tangannya di leher Juna. Bertingkah manja seperti bayi.

"Aku belum makan nih. Beliin seblak ya? Uangku habis buat kas tadi," rayu Tiara lembut.

"Yaelah, makan ya tinggal beli. Gitu aja ribet, pakai ngemis-ngemis segala," sindir Satya sepedas cabai saudaranya sambal.

'Awas aja ya, lo yang pertama bakalan gue basmi. Tunggu aja tanggal mainnya,' Tiara lelah dengan ocehan Satya yang menunjukkan tak suka akan kehadirannya.

"Beliin aja deh Jun. Kasihan Tiara, pasti laper," ucap Sam. Hanya dirinya yang paling perhatian pada kaum cewek, tapi jika pacaran, hilang sudah di telan Bumi. Lebih baiknya berteman saja dengan Sam daripada taken berujung putus dengan alasan klasiknya.

"Yaudah. Nih, sana beli," Juna menyodorkan uang merah tanpa berniat berdiri dan membelikan seblak. 'Gue gak mau ya, ngantri lama-lama,' sungut Juna dalam hati. Hampir satu jam biasanya, rata-rata yang mengantri kaum cewek.

"Loh, kok aku sih yang beli? Kamu dong, biar aku duduk disini aja. Panas Jun, ntar hitam, kamu jadi gak cinta lagi sama aku," ujar Tiara beralasan.

"Heran ya, cewek sekarang kok takut panas? Vampir atau hantu ya? Padahal menyehatkan loh," ujar Sam bijak.

"Kalau ngomongin yang panas-panas gini. Jadi pingin beli es selendang mayangnya Radit Adit," ucap Jaka sambil mengipaskan buku tulis tipis korban sobekan saat ulangan itu.

"

Sekalian, sama saya," tambah Juna

"Bentar, dit! Jaka sama Juna mau beli nih!" teriak Alvaro lantang seperti toa masjid. Satya, Sam dan Juna tutup telinga.

"Radit Adit gak budek kali Al," nasehat Satya jengah.

Adit mengacungkan jempolnya. Dagangannya laris manis, es selendang mayang di gemari banyak siswa, guru, satpam, dan staf tata usaha. Es-nya yang segar mengalir di tenggorokan mengusir kehausan di tengah teriknya matahari.

Adit membawakan dua es selendang mayang.

'Gue seneng deh, bisa dagang disini. Gak kayak dulu, di larang, di bully, dagangan di acak-acakin. Semuanya karena bos Juna,' senyum Adit terukir, pasti Juna akan memberikan uang lebih. Bukannya ia haus uang, tapi uang itu untuk keperluan alat tulis sekolah, seragam, makanan, pakaian untuk anak-anak panti.

"Ini es selendang mayangnya. Selamat minum, hi-" belum selesai Adir melontarkan ucapan slogan khusus ala dagangannya, Sam dan Alvaro sama-sama bersorak.

"Hilangkan dahaga, segarkan rasa. Berlayar di dermaga, semoga sehat selalu," ujar keduanya kompak, dari korban iklan hingga slogan dagangan di hafal.

Satya dan Jaka hanya menggeleng tak habis pikir mempunyai teman rasa sahabat sesama saudara pun senang, jengah, menyerah dengan tingkah dan tingkat kelemotan Alvaro.

"Eh, sayang. Nanti kita ke butik yuk. Atau mall, buat pilih-pilih baju. Ya ya ya?" Tiara menggoyangkan tangan kekar Juna hingga es selendang mayang yang akan di minum Juna terjatuh ke lantai. Juna menggeram kesal, menggebrak meja dan mengusir Tiara.

"Lebih baik lo pergi sekarang! Ganggu! Dasar hama," Juna melirihkan dua kata itu. Bisa saja Antariksa memiliki mata-mata untuk memantau kedekatannya dengan Tiara.

Mata indah dan bulu mata yang lentik itu mengerjap menurunkan air matanya. Tiara tidak suka di bentak. Ia berlari, menangis sesenggukan dan dada yang sesak.

Sam hanya menggeleng kasihan. "Wah bos, jangan sampai bikin cewek nangis. Dosa loh," nasehat Sam, yang faham dengan sisi keagamaan.

"Lah lo sendiri apa kabar? Pernah bikin cewek nangis kejer gara-gara lo putusin dengan alasan aneh lo itu," sindir Alvaro sepedas cabai temannya sambal mata.

Sam berdecak malas. "Udahlah, jangan bahas itu lagi. Gue mau tobat tau, gak mau jadi playboy cap kelas ikan arwana,"

"Awas aja ya. Itu janji loh, kita-kita saksinya. Terutama Satya sama Jaka, ingkar? Mampuskan dirimu nak," ujar Alvaro menakut-nakuti. Sam berpura-pura takut seolah melihat Satya dan Jaka adalah mamanya yang biasa memarahi hanya karena jemuran yang kehujanan.

"Iya-iya janji," kata Sam malas.

Di meja dimana geng Meteor duduk melingkar berkumpul itu selalu menjadi tempat ramai, kantin tak akan pernah sepi dengan celetukan guyon (gurau), menggoda Sam yang tukang ngambek, konser dadakan, hingga drama dadakan dari Juna dan Tiara.

🍁🍁🍁

Suasana SMA PERMATA hari ini riuh, sorakan pendukung dari kelasnya sendiri, pekikan histeris karena gantengnya sang Arjuna yang sebenarnya. Iri, nyinyir, tatapan membenci di layangkan pada Laura. Sudah duta lingkungan, ikut mencalonkan menjadi the next King and Quenn SMA PERMATA.

Tempat berteduh (terop) atau yang biasanya acara hajatan, tempat duduk yang di jejer rapi sesuai jumlah siswa SMA PERMATA, podium yang megah. Serta satu mahkota Raja dan Ratu terlihat mewah, berkilau, dan elegan. Entah siapa yang akan memakainya, pasti benar-benar terlihat Raja dan Ratu.

Pak Madun selaku kepala sekolah dan pembawa acara akan membuka the next King and Queen SMA PERMATA di tahun 2020 ini.

"Baik, mari kita mulai pemilihan the next King and Queen SMA PERMATA,"

Riu tepuk tangan, siulan, dan sorakan keantusiasan menyambut calon King and Queen.

Bram dan Laura terlihat anggun, berkelas, elegan, menawan, perfeksionis sekali. Beberapa para ciwi iri dengan posisi Laura, andai saja mereka bisa di sandingkan dengan Bram ketua kelas dengan jiwa leadership-nya.

Juna dan Tiara tampil memukau, ketampanan Juna, kecantikan Tiara yang bak permasisuri istana membuat hati para cowok berteriak cemburu, jiwa rebutable mereka seketika meronta.

Hanya terdiri dari 6 pasangan saja. Selebihnya di nyatakan tidak lolos seleksi.

"Untuk para juri. Silahkan melempar pertanyaan secara acak," ucap pak Madun.

Ada tiga juri yaitu bu Setyaningrum, bu Aisofa, dan pak Khomsin.

"Baik, disini saya akan mengajukan pertanyaan kepada Bram dan Laura," kata bu Setyaningrum dengan menatap layar tabletnya, beberapa pertanyaan sudah tersedia.

"Bagaimana tanggapan kalian tentang absensi yang sering bolos?"

Bram berdehem, jujur ia gugup. "Terima kasih untuk pertanyaan dari bu Setyaningrum. Bolos, untuk peraturan di sekolah kita akan di tindak tegas dengan adanya poin berjumlah 3. Jika terus-menerus bolos, poin akan terkumpul menjadi 40 dan otomatis kalian akan di kembalikan ke orang tua. Para siswa tidak bisa bolos begitu saja, dengan adanya sistem finger print atau absensi yang akan terdaftar di waktu, jam, menit dan detik yang tertera," Bram menatap Laura agar melanjutkan penjelasan tata tertib sekolah tentang bolos.

"Begitu pun dengan suratnya. Disini surat seperti sakit atau izin harus ada legalisir dan tanda tangan kepala sekolah. Sekian penjelasan dari kami, semoga kalian mengerti resiko bolos yang akan di tanggung," ucap Laura mengakhiri.

Tepuk tangan, sorakan kagum akan penyampaian Bram dan Laura yang percaya diri.

Tak luput dari tatapan iri Tiara.

'Halah, palingan udah di siapin dari kemarin,' cibirnya dalam hati. Bram dan Laura adalah bintang sekolah yang selalu menang dalam ajang pemilihan apapun. Entahlah, dirinya sendiri pun hanya sementara. Laura yang kelas 11 seharusnya tidak menjabat duta lingkungan, karena sebelum kelas 12 di harapkan fokus pada nilai ujian dan mata pelajaran.

Saat pertanyaan di lempar pada Juna dan Tiara tentang penghijauan lingkungan sekolah, hanya Juna yang menjawabnya dengan lancar. Tiara menambahi beberapa kekurangan seperti tanaman hias.

Berlanjut ke pasangan lain, hingga selama 1 jam 8 menit akhirnya sesi pertanyaan di tutup. Sang juri merundingkan siapakah yang pantas menjadi the next King and Queen SMA PERMATA?

"The next King and Queen SMA PERMATA di tahun ini. Jatuh kepada-" bu Setyaningrum menggantungkan ucapannya. Menatap satu-persatu enam pasangan dengan harap-harap cemas.

"Juna dan Tiara!" ujar bu Setyaningrum lantang.

Refleks, Tiara memeluk juna terlalu senangnya terpilih menjadi Raja dan Ratu di tahun ini. Tiara tersenyum remeh melihat raut wajah Laura yang sedih, ah pasti cemburu.

'Giliran gue. Emang ya, orang se-beruntung gue selalu dapat apa aja,'

Risih, Juna menyingkirkan Tiara secara lembut, andai saja tidak di podium pasti Juna dorong secara kasar. Tiara terlalu ageresif baginya.

Sam hanya menggeleng heran. Tiara jika sudah mengambil apapun akan sombong.

"Duduk sama saja. Berdiri sama saja," ujar Sam. Jaka mengangguk setuju.

Adnan, yang menatap kesedihan Laura merasa bahagia.

"Cantik gak boleh nangis. Mau aku yang menghiburmu cantik? Hm?"

Beberapa siswi yang mendengar rayuan jijik itu pun menatap Adnan horor. Mereka tak berani protes, tau jika geng Batalion datang di undang pulang tak mau di antar.

🍁🍁🍁

On 1:12 am in 1633 world. Vote and you're comment make me happy 😯