Butek'e banyu wangan. Luwih rusu tekko sindiran. -Jaka
🍁🍁🍁
"Huahuahua, rasain lo. Satya ngamuk tuh," Alvaro tertawa melihat Sam menderita.
"Sudah-sudah. Kalian jangan berantem," lerai Adit menirukan teguran bu Setyaningrum.
Di hari itu Satya berusaha menghibur Juna melalui perantara Sam sebagai sang korbannya.
🍁🍁🍁
Laura yang baru saja keluar kelas pun tiba-tiba mendapat panggilan alam.
Bram yang melihat Laura berlari pun mengikutinya.
Inge yang melihat Laura dan Bram menuju ke toilet pun mengikuti diam-diam.
Inge bersembunyi di balik tembok.
Hingga Laura keluar dari toilet pun terkejut mendapati Bram yang menunggunya entah sejak kapan.
"Bram? Kamu ngapain kesini?" bukannya Bram hari ini sedang piket kelas, jadwal piket esok harus di laksanakan hari ini.
"Cuman mastiin kamu baik-baik aja," jawab Bram seadanya. Mengenai Laura yang di benci semua diswa menjadikan kekhawatiran Bram akan keadaan Laura.
"Eh, bentar. Bulu mata kamu jatuh, ada yang kangen tuh," Bram mengambil bulu mata Laura yang terjatuh di pipi.
Inge dengan cepat mengeluarkan Iphone 12 pro max-nya. Memotret posisi keduanya.
'Nah, bagus nih kalau jadi bahan gosip besok,' Inge tersenyum licik menatap foto itu, Laura seolah akan di cium oleh cowok itu.
Laura salah tingkah. "Eum, Bram. Kamu gak pulang?" degup jantung Laura seperti disko saja, berdendang tak karuan berada di dekat Bram.
"Iya ini mau pulang. Mau bareng?" tawar Bram, Laura tak akan menolaknya.
"Kayak biasanya. Tau kan?"
Bram terkekeh. Ia mengacak surai Laura gemas. "Iya, tau kok. Ayo,"
Tangan Bram bertengger di bahu Laura, merangkul sang sahabat dengan canda tawa selama berjalan.
Juna yang melihat itu dari kejauhan ingin sekali menyobek kaos Iron Man kesayangan Sam. Tapi sayang, Sam masih memakai seragam sekolahnya.
"Bos? Ayo, malah bengong. Ngeliatin siapa sih?" Alvaro penasaran, jadi itu yang membuat Juna ingin menumbuk siapapun.
"Biarin aja sih bos. Kan Laura biasanya pulang sama Bram," akhirnya Satya nimbrung setelah memanaskan motor ninjanya. Lamborghini miliknya tengah di gunakan oleh sang ayah, agar terlihat stylish.
"Yuk, cabut," Juna menaiki motornya.
"Maaf bos. Cabut apa? Singkong? Kan bos belum panen tuh," ujar Sam dengan lugunya.
Jaka menepuk dahinya. "Pergi Sam," tekannya gemas.
"Nah iya, itu maksud gue. Ayo deh, daripada ada yang kepanasan melihat sang gebetan dengan yang lain,"
Keenam motor itu melaju lebih dahulu. Tapi Juna, masih setia menunggu.
Laura menatap Juna datar. 'Kak Juna nungguin aku kan?' Laura tak ingin mencari masalah dengan fans Juna, atau pun Tiara.
"Kamu mau pulang sama siapa sih ra?" tanya Bram mulai kesal. Jika Juna sudah menunggu, maka ia tak perlu menawari Laura pulang dengannya.
"Ya, sama kamu Bram. Masa kak Juna," jawab Laura gemas. Pulang dengan Juna? Lebih baik ia hidup damai aman sejahtera sehat sentosa tanpa gangguan fans dan calon tunangan Juna.
'Biasa aja dong mbaknya. Gak usah ngegas,' batin Juna gemas. 'Tapi kalau kamu kayak gini, manisnya ngalahin gula yang ada di dapur aku ra. Eaaa, garing ya?' Juna senyum-senyum sendiri.
Bram menggeleng heran. "Kenapa senyum? Ada yang lucu?" pasti Juna membayangkan Laura, entah imajinasi apa yang di bangun ketos-nya SMA PERMATA itu.
Wajah Juna kembali datar. "Gak tuh, sana-sana pergi! Ganggu pemandangan aja," usir Juna mengibaskan tangannya, sama persis saat padi yang ia jemur di makan oleh ayam-ayam yang kelaparan.
Bram meraih tangan Laura. "Ayo ra, kita pergi. Daripada di marahin Junet,"
Merasa nama kerennya di ubah, Juna melotot.
"Juna woy! Junet-junet. Nama keren gini, paling ganteng dari kelima pandawa film kesayangan ibu gue," curhat Juna.
Diam-diam Laura menarik senyumnya. 'Hahaha, percaya diri banget kalau kak Juna ganteng,'
Bram yang merasakan motornya belum di naiki menoleh, Laura tersenyum? Pada Juna?
"Ra! Ngapain senyumin dia! Awas ikutan kesambet mbak kunti loh," nasehat Bram, merasa di sindir Juna menye-menye.
Juna yang tesadar Laura tersenyum karenanya pun baper. 'Wah, harus di rayain nih. Nanti gue mau pesta bakar jagung, perang bantal, sembunyikan kaos Iron Man Sam, ambil pelicin rambut Alvaro, dan parfum kesayangan Jaka. Let's go! Gak sabar gue,'
Terlalu bahagia, Juna melajukan motornya. Seperti biasa, merecoki kehidupan anggota inti Meteor tanpa ampun hingga mereka menyerah dan pasrah dengan tingkahnya.
'Kayaknya kak Juna seneng deh aku senyumin tadi,' teringat jelas pipi Juna bersemu. Memang jika baper entah teriak, joget, bernyanyi, loncat dan salto kalau hati bahagia rasa malu akan hilang jika yang melihatnya itu teman, orang, atau orang tua kita sendiri. Pernah?
🍁🍁🍁
Esoknya papan mading di kerumuni tukang kepo, reporter gosipers, dan lambe turah lainnya.
Foto Laura yang seolah-olah sedang di cium oleh cowok membuat gempar kalangan gosip bin kepo.
"Itu yang namanya siswi teladan?"
"Gak etis banget sih. Harus di laporin ke bu Setyaningrum nih,"
"Tidak bisa di biarkan begitu saja. Laura harus menerima sanksi tegas dan poin pelanggaran,"
Alvaro yang ingin menuju ke kelas dan mendengar protesan itu pun penasaran.
Alvaro bertanya pada salah satu siswa.
"Ada apaan sih? Kok rame banget?" Alvaro mendengar nama Laura di sebut tapi dengan rasa kesal bercampur marah.
"Itu, Laura ciuman sama cowok. Gak tau siapa, kejadiannya kemarin sepulang sekolah," jawabnya sambil menunjuk foto Laura yang memenuhi mading.
Alvaro memicingkan matanya. Dari gesture, cowok itu hanya memunggungi kamera. 'Wah, ada yang fitnah nih. Bos harus tau secepatnya, sebelum Laura di laporin ke bu Setyaningrum. Bukan poin lagi, tapi di keluarin,' peraturan dan tata tertib di sekolah ini memang tidak main-main, tidak memakai dasi poin, lupa membawa topi poin, hamil di luar nikah droup out, berciuman poin, memperjual belikan barang illegal dan haram poin, tawuran poin, melawan guru poin, membawa senjata tajam poin dan teguran keras.
Alvaro menelepon Juna, ia yakin Juna masih sarapan. Biasanya Juna datang itu detik-detik bel masuk.
"Bos, gawat darurat nih. Laura bos, Laura. Itu, anu-" ucap Alvaro terbata-bata.
Di tempat lain, Juna kesal dengan kelemotan Alvaro.
"Laura kenapa? Yang jelas dong, jangan kayak liat hantu di siang bolong aja,"
"Laura bos! Laura!" ucap Alvaro menggebu.
"Gue matiin nih teleponnya." ancam Juna geram.
"Laura di fitnah. Fotonya di mading, kiss bos," jelas Alvaro.
Juna melotot. Dengan siapa? Tak mungkin Laura mau-mau saja. Pasti akan berontak.
"Sama siapa? Cowoknya lo tau gak?" rasanya Juna ingin menonjok cowok itu juga, beraninya mengganggu Laura seenak dahi. Laura itu lugu, polos, tak tau apa-apa.
"Gak tau bos. Makanya berangkat sekarang, malah molor aja," kesal Alvaro, entah apa yang Juna lakukan hingga setiap hari terlambat datang ke sekolah.
"Ini mau berangkat,"
Sambungan di matikan sepihak.
Alvaro menyingkirkan kerumunan itu, meraih foto-foto itu dan menyobeknya hingga menjadi serpihan kecil.
Sang kepo, sang gosip, sang nyinyir kecewa melihat Alvaro merobek foto itu.
"Loh kok di robek sih? Itu buat bukti tau!"
"Ngapain coba belain Laura. Udah jelas-jelas dia itu salah!"
"Jangan-jangan Laura udah di gilir lagi sama geng Meteor. Ya ampun, gak nyangka banget ya? Miris deh,"
"Lambemu ancene perlu di kuncit. Minsrep saiki po'o," semprot Alvaro tak menang pedas dari cabai saudaranya sambel. (Mulutnya memang perlu di kuncir. Diam sekarang dong)
Keenam anggota utama dan inti Meteor pun sampai di sekolah. Setelah memarkirkan motornya, Juna mencari-cari Laura dengan menelisik pandangannya di setiap sudut sekolah, kelas, halaman, dan tempat absensi finger print.
"Itu Laura bos," tunjuk Sam saat Laura baru saja memasuki gerbang utama SMA PERMATA.
"Laura! Come here nak," teriak Sam lantang.
Laura menghampiri Sam.
"Kenapa?" tak biasanya semua teman Juna menatapnya serius.
"Bareng ke kelasnya sama kita aja yuk," ajak Sam ramah. Jika pun di sindir, nanti omelan panjang kali lebar kali tinggi sama dengan rumus persegi dari Satya, persiapkan dirimu sebelum singa mengaum.
Laura ragu, apakah ini perintah Juna?
"Eum-" sebelum Laura menjawab, Juna merangkul bahu Laura. Posisi keduanya berada di depan, formasi piramida ala geng Meteor pun akan membuat siapa saja iri yang menjadi ratu mereka.
"Wah-wah. Liat tuh, ke kelas aja bareng. Mereka semua emang suka sama Laura,"
"Yeah, entah apa yang Laura gunakan sampai geng Meteor kepincut sama tuh cewek,"
"Bener-bener gak punya harga diri,"
"Di bayar berapa huh?"
"Butek'e banyu wangan. Luwih rusu tekko sindiran," kata Jaka, hal kecil dan besar secepat itu menyebar. 'Emang yang fitnah Laura gak ada kerjaan banget,' Jaka menggeleng heran, mungkin iri. (Keruhnya air selokan. Lebih kotor dari sindiran)
🍁🍁🍁
On 12:22 am with 1360 world. Vote and you're comment make me happy 😞