webnovel

Cara Mendidik Anak (1)

ANAK Adalah karunia Allah Swt. Orang tua tentu mengharapkan anak-anaknya tumbuh menjadi anak berakhlak mulia. Beberapa orang tua melakukan segalanya demi membahagiakan anak-anaknya. Mereka cenderung selalu memenuhi keinginan-keinginan anaknya. Akan tetapi, kebiasaan seperti itu tidak selamanya baik bagi perkembangan sang anak.

Orang tua perlu berhati-hati menentukan metode pengasuhan anak pada masa-masa perkembangannya. Pola pengasuhan oleh orang tua berpengaruh besar terhadap kehidupan masa depan anak.

Islam mengajarkan bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab kedua orang tuanya. Kepribadian seorang anak bergantung pada pendidikan, pengawasan, dan aturan yang dijalankan oleh orang tuanya. Setiap perbuatan dan tingkah laku orang tua akan memengaruhi jiwa anak. Seorang anak akan mengikuti tingkah laku mereka secara utuh bagaikan sebuah cermin.

Fatimah yang tumbuh dalam pengasuhan kenabian, tidak pernah mengabaikan perkembangan buah hatinya. Ia begitu menjaga pikiran, perkataan, dan perilakunya demi kebaikan akhlak anak-anaknya. Fatimah sadar bahwa sebagai seorang ibu, ia harus mendidik anak-anaknya sebagai pemimpin teladan bagi umat.

Fatimah mendidik Hasan agar tetap teguh dalam posisi yang sulit. Ia juga menganjurkan kepada Hasan untuk memilih diam dan berdamai dengan Muawiyah terkait masalah kekhilafahan. Pertimbangan Fatimah adalah karena Islam menekankan perdamaian ketimbang peperangan.

Fatimah mendidik Husain untuk rela mengorbankan dirinya di jalan Islam. Ia juga mengajarkan kepada Husain untuk ikhlas mengorbankan keluarga, sahabat-sahabat, dan penolongnya demi membela Islam dan mencegah kezaliman.

Beliau juga mendidik kedua putrinya dengan pelajaran tentang pengorbanan, penebusan diri, dan keteguhan di hadapan orang-orang zalim. Didikan tersebut membuat mereka tidak tunduk kepada orang zalim dan kekuatannya. Mereka juga menjadi pribadi yang berani berkata benar. Selain itu, beliau mengajarkan kepada mereka bagaimana tampil berpidato di tempat yang dimuliakan di hadapan orang-orang terkemuka. Termasuk berani mengungkap rencana-rencana dan kesalahan Bani Umayyah.

Fatimah Az-Zahra tidak pernah berpikiran bahwa rumah merupakan sebuah lingkungan yang sempit dan kecil. Sebaliknya, ia menganggap bahwa rumah adalah lingkungan yang luas dan penting. Bagi Fatimah, rumah ibarat sebuah tempat yang akan menghasilkan manusia pengemban risalah. Rumah seperti sebuah perguruan tinggi yang mengajarkan pelajaran kehidupan. Rumah sebagai tempat untuk melatih pengorbanan yang nantinya akan dipraktikan di dalam masyarakat.

Sangat disayangkan, sejarah tidak mencatat rincian metode yang diajarkan Fatimah kepada putri-putrinya. Salah satu sebabnya adalah kaum Muslimin pada masa itu belum mencapai tingkat kesadaran tinggi terhadap pendidikan dan konsep-konsepnya. Karena itulah, mereka tidak mengamati perilaku Rasulullah Saw, Ali, dan Fatimah secara detail. Baik dalam hal perkataan, maupun perbuatan yang ditunjukkan kepada anak-anak mereka. Dapat dikatakan bahwa Fatimah secara garis besar mendidik putra dan putrinya dengan metode Islam seperti yang tertera di dalam Al-Quran Al-Karim dan hadist-hadist nabi.