Azka memejamkan mata lalu berbaring di atas sajadah.
'Apa aku harus menyamar, untuk sementara, sampai aku tau kalau dia Sabrina. Dari mata turun kehati, hanya Sabrina yang memikat hati ...
Rindu benar benar meranjamku, membuat malamku tak lelap, terbesit bayangan ayu jelitamu Sabrina.
Hanya sekali aku melihat mu tanpa cadar, aku jatuh cinta walau kau bercadar, Sabrina apa kau Anaya, gadis tanpa cadar yang baru ku temui satu jam yang lalu ... galau ....'
Azka mencoba tidur, perasaannya sangat tidak nyaman.
Nyanyian alam mengundang mentari pagi, burung-burung berkicau ria, sangat dingin suasana di Korea, negeri dengan drama yang sangat di sukai para insan muda kaum hawa, bukan hanya pemuda pemudi, para pegawai Azka pun selalu baper dengan drama.
Azka memakai kaca mata dan membuat tiga tahi lalat palsu, Ia berubah jadi cowok culun.
Pintu kamar Azka ada yang mengetuk, Azka membuka pintu, Robet dan Hihu berdiri di depan pintu, mereka tertawa melihat penampilan Azka, mereka masuk.
"Kau ketawa silahkan," kata Azka duduk lalu makan.
"Oke, kau mau ngikutin saran ku?" tanya Hihu, menatap Azka.
"Kata Mami apa?" tanya balik Azka.
"Kita pura-pura pacaran di depan Anaya," jelas Hihu, Azka terkejut.
"Apa, konyol!" keluh Azka memasukkan makanan sampai mulutnya penuh.
"Az, dengar ini penting untuk tau perasaan Anaya kepadamu," bujuk Robet
"Aku sudah menyamar, jika aku butuh Hihu nanti, kalau aku sudah mengaku aku Azka, untuk saat ini aku ingin tau siapa sebenarnya dia, Kalian cukup cari tau keberadaannya di mana, mengintai." Azka mengatur rencananya sendiri.
"Terserah kamu," ucap Hihu.
"Jelas aku bos nya ..." Lanjut Azka.
" Bos nya nyonya Sofia," sahut Hihu.
"Ya iya ..." Azka lanjut makan.
Azka mengikuti Anaya dengan samaran.
[ Tuan saya sudah menyelesaikan lukisan yang tuan pesan ] Chat Anaya tiba tiba.
[ Ok ]. Balas singkat Azka.
[ Siapa nama tuan? ] tanya Anaya.
[ Ibnu Pras , tapi tolong tulis inesial saja di bawah lukisan MJ&A.]
Azka duduk di belakang kursi duduk Anaya.
"Aku pernah lihat laki laki itu ..?" Gumam Azka memperhatikan pria yang datang bersama Anaya.
"Andre? Itu Andre." Azka sangat terkejut, rasa kesal di hatinya timbul.
'Kenapa? Bagaimana bisa? Apa benar dia Sabrina, tapi kok bisa sama Andre, dia siapa Sabrina atau Anaya? Di mana hijab merah jambunya, Di mana cadar nya ... Ya Allah huhf ... Bismillahhirrohmanirrohim.' Azka terus bertanya-tanya dalam hati.
Azka menarik kursi samping Anaya,
"Aku Pras, yang memesan lukisan Anda."
ucap Azka mengaku nama Ayah nya, sedikit membesarkan suaranya.
Anaya dan Andre menjabat tangan Azka.
"Salam kenal," jawab Andre.
"Kau cepat sekali datang ke sini?" tanya Anaya seperti memojok kan Azka.
"Aku mengejar calon istri ku yang lagi ngambek, kau lihat gadis yang di sana," tunjuk Azka ke Hihu.
"Tolong beri cara agar hatinya luluh," minta Azka.
"Kamu hanya memesan lukisanku, jadi urus masalah mu sendiri, lagian aku sudah memberi saran," jawab ketus Anaya.
Azka melepas kaca mata, dan memberi tau.
"Aku Azka." Pengakuan itu sangat membuat Anaya dan Andre terkejut.
Azka merubah rencana yang ia susun semalam.
"Kau berubah Rina, tapi kau tetap merah jambuku. Kau tidak mengakui kalau kau Sabrina, Terserah mu, karena hidup pilihanmu, dan aku selalu memikirkanmu tanpa henti, entah ini rasa rindu sahabat atau cinta sepihak," jelas Azka pergi dari tempat duduk Anaya setelah mengatakan perasaannya.
Anaya terdiam seribu bahasa. Andre berdiri tangan Anaya mencegah Andre.
"Dengar gadis merah jambu, tak peduli kau membalas rasa ku atau tidak, yang penting aku mencintaimu." Azka pergi dari restoran.
'Aku sudah tak tahan dengan semua rasa di hati ku, sebagai laki-laki aku tak mau sembunyi, aku tak mau delema karena belenggu rasa cinta yang menjerat ku, terserah kau anggap aku tak punya malu atau apa, rasanya.'
"Plong ...!" teriak Azka sekencang kencangnya.
Ia berjalan di bawah bunga sakura yang berguguran.
'Cinta datang di musim apa pun, aku lega sudah mengungkapkan isi hati ku. Aku tak pernah menyangka jika pertemuan dapat menimbulkan rasa di balik kelabu, setelah ku ungkapkan aku mulai menuai harapan menabur mimpi, aku tak akan pernah tahu masa depan bahagia atau terluka.'
Azka melihat pemain musik ia menghampiri dan mengikuti irama.
"Hai, Indonesia?" Sapa laki laki tanpa tangan kanan, Azka tersenyum dan merasa tidak tega.
"Iya," jawab singkat Azka.
"Aku dari Tanggerang, Hendrik." Mereka berjabat tangan, Hendrik bersalaman dengan tangan kiri.
"Mau ngamen bareng?" Ajak Hendrik, Azka melihat Sabrina di ujung jalan dengan di dorong Andre.
"Tentu saja," jawab Azka.
"Mari, lagu siapa yang kau sukai?" tanya Hendrik.
"Aku tidak tahu lagu Korea. Tahunya band Armada, wanita paling berharga, Anda tau?" Azka menjawab dengan memandang Anaya dari jauh.
"Sangat, cepat menyanyi," suruh Hendrik
"Hai dengar ...! Gadis di sebrang jalan," teriak Azka tertuju pada Anaya.
Hendrik mengetik gitar dengan tangan kiri, Azka mulai menyanyi.
"Jadi terimalah oh, cinta ku, jangan kau patahkan hatiku, aku mencintai kamu ... dengarkan janji ku,
Kan ku sayang engkau,
sampai akhir dunia, kan ku jadikan kamu wanita paling bahagia di seluruh dunia karna kamu lah satu satunya ...
Azka menyambung dengan lagu Lain .
"Asal kau bahagia ..."
Melihat Anaya pergi. " Maaf Mas," pamit Azka setelah memberi uang kepada Hendrik, Azka lalu lari mengejar Anaya yang di dorong Andre.
"Heh ... Tunggu ...!" cegah Azka, Andre berhenti.
"Tunggu Andre, izinkan aku bicara dengan Anaya sebentar," bujuk Azka. Anaya mengangguk, Andre pergi.
"Boleh ku mendorong mu?" tanya Azka. Anaya hanya mengangguk. Azka medorong kursi roda.
"Awalnya, aku ingin menyembunyikan wajah ku, namun Azka junior dan bundanya mengolok ku, mereka bilang aku penakut dan cemen," jelas Azka.
"Aku sudah bertunangan," kata Sabrina.
"Aku tidak ingin tau," jawab Azka dengan mata berkaca kaca, Azka segera meredam air matanya.
"Aku harap kau mengundangku di pernikahan mu, aku ingin melihat kenyataan jangan lagi kebohongan " jelas Azka, Anaya diam.
Mereka berjalan di bawah guguran bunga Sakura.
"Tolong jawab kau Sabrina, kan?" Azka meminta kejelasan.
"Aku bukan Sabrina," jawab tegas Sabrina.
Azka jongkok di depan kursi roda.
"Tolong tatap mata aku," suruh Azka, Anaya memejamkan mata.
"Jika kau bertunangan, ajaklah suami mu pulang, perkenalkan dengan keluargamu," kata Azka, Anaya diam tak berani membuka mata.
"Aku tau kau Rina. Tuk tuk tuk. Apa?" Azka berbicara di jawab sendiri.
"Boleh ku masuk pintu hati mu? Hahaha, kau tidak mengingat nya? Ha ...? Aku sedih, tapi jika Andre kebahagiaan mu, Aku akan melepas mu, aku tidak akan memaksa hati mu, aku mencitaimu tanpa keegoisan, tapi tolong Sabrina, lihat aku, gadis merah jambu ku.
Kau ingin aku pergi?" tanya Azka yang sudah tidak bisa memendung air matanya.
"Iya aku Sabrina, sekarang pergi, jangan pernah masuk di hidup ku lagi," jawab tegas Sabrina Anaya.
"Kini aku merasa menjadi Qais, ternyata cinta gila seperti ini, jika aku pergi jangan mencari ku. Oh ya ... kau dapat salam?!" Ucapan Azka, sedikit tenang.
"Siapa?" Anaya menaikan dagu, menatap Azka dengan penuh tanda tanya di matanya.
'Aku melihat sesuatu merah jambu, melihat itu di bola mata mu.'
"Pria spongebob, dia sudah tidak menyimpan CD lagi, tidak memajang itu lagi. Kau masih menolak nya?" tanya Azka yang masih ingin tau hati Sabrina
"Plis menikahlah dengan gadis yang kau tunjuk di restoran, itu," suruh Sabrina.
"Kau mengingin kan itu? Cinta bukan mainan, aku punya hati, Eh, sudahlah ... kau tak akan pernah mengerti, Aku menghitung berapa lama kita tidak bertemu, 467 hari, aku tersiksa! Kau menyuruh ku pergi aku akan pergi, ini untuk mu. Katakan kau bahagia?"
"Iya. Sangat!" jawab tegas Anaya.
"Kalau bahagia kenapa tangan mu bergetar, mata mu akan hujan, aku melihat sesak di nafas mu. Aku mencintai mu Sanrina," ucap Azka berjalan mundur, hendak meninggalkan Anaya. Azka berlari maju, meninggalkan Anaya di bawah pohon bunga sakura.
Azka lari menghampiri Anaya yang sedang berusaha memutar kursi rodanya sendiri.
"Maaf, setelah mengantar mu ke Hotel, aku akan pergi." Azka mendorong nya.
Lalu memanggil Adiba dengan Vidio Call.
"Halo Azka junior, Om sekarang pemberani, apa kau akan mencontoh Om. Tapi sayang Om hanya Om angkat mu, dan akan seperti itu," kata Azka sengaja.
"Halo Azka, kau berjalan di jalan cinta?" tanya Adiba.
"Ini jalan melupakan mbak, Hati ku klek, patah!" ucap Azka berhenti mendorong Anaya.
"Tapi kau terlihat bahagia" kata Adiba.
"Jika kekasih hati bahagia, kenapa aku tidak, bukankah hati ku sangat dermawan, merelakan orang yang di cintai bahagia itu pria sejati bukan." jelas Azka.
"Mbak perkenal kan ini Anaya?" ucap Azka, Anaya merebut ponsel dan mematikan Vidio Call.
"Apa maksud mu?!" Anaya berteriak marah.
"Aku tak menyangka kau seperti itu," ucap sedih Azka.
"Kau kecewa itu yang ku harapkan," jelas Anaya marah.
"Emosi mu naik ke tangga berapa, berapa banyak setan yang menggodamu untuk marah?" sahut Azka terus mendorong Anaya.
"Kau jangan marah," bujuk Azka.
"Aku minta kau pergi sekarang! Dan tidak perlu di bayar lukisannya!" suruh Anaya dengan menangis.
"Baik, simpan ini, siapa tau kau ingin menulis masalah mu di situ!" Azka memberi buku catatannya untuk Anaya. Anaya diam, Azka meletakkan buku catatan di paha Anaya.
"Jangan terlalu benci dengan seseorang, aku tak mahami duka mu, minta lah restu kepada mas Akmal, coba kau fikirkan bagai mana hati mas Akmal, kau memang tak sama, aku pergi." Mendengar perkataan Azka, Anaya diam tak bergeming.
Azka pergi ke kamar Hotel.
Niat baik Azka tercampakan, Azka mengemas barangnya, Robet dan Hihu datang.
"Stop! Jangan bicara apa-apa.
Aku sudah mengungkap perasaanku, ini sudah cukup untukku," jelas Azka
terburu-buru sebelum di tegur, wajah gelisah terlihat sangat jelas.
Hihu berbaring di kasur mahal.
"Dia sama sekali tidak mencegah? Pakek trik dong tuan muda," kata Hihu sangat ringan
"Wanita payah. Mungkin karena kau sangat aneh. Perjuangkan, nanti aku bantu," ungkap Hihu seperti ia benar-benar pakar cinta yang sangat mahir.
"Diam! Sayangnya namamu tidak meyakinkan, Hihu hahaha." Azka tertawa sendiri sampai meneteskan air mata kesedihan.
"Kau menangisi nasibmu?" lanjut Hihu.
Azka menghentikan tawanya.
Menatap dengan pandangan kosong ke bawah, terdiam sejenak.
Entah apa yang terbesit di benaknya, ia mengabil bunga dengan vasnya lalu bernyanyi.
"Aku mencinta, mencintai hanya sekali, sekali dalam hidup ku ini."
Ganti lagu.
"Sebagai lelaki yang tak di anggap aku hanya bisa mencoba bersabar."
Ganti Lagu.
"Kau terindah kan selalu terindah, aku bisa apa tuk memiliki mu "
Air mata Azka berjatuhan, Azka melempos.
Azka melepar vas ketika di tertawakan, vas itu sampai remuk menjadi pecahan beling.
"Astagfirullah. Jangan gilakan aku!" teriak Azka menyesali tingkahnya.
Robet dan Hihu terdiam Robet memberi isyarat, mereka keluar dari kamar Azka, lalu menutup pintu.
"Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah. Seharusnya cinta dalam diam itu, cukup mendoakan, tapi rasanya sakit, kenapa harus Andre?
Aku merasakan serpihan hatiku
yang hancur, begini ternyata rasanya,
sangat menyakitkan.
Laki-laki macam apa aku ini!"
Azka menghapus air matanya.