webnovel

GALI KUBUR SANA, KARENA SOK TAHU

"Ethan! Kenapa masih bengong. Cepat serahkan dirimu ke kantor polisi atas barang curian yang kau lakukan. Atau aku sendiri yang panggil sekuriti sekarang?" cecar Lena dengan suara bergetar dan sedikit berteriak.

Terlihat sekali bahwa saat ini Lena sudah terbakar emosi. Sebab Ethan yang dari tadi ia cecar dengan bertubi-tubi terlihat tetap santai dan tidak terpengaruh sama sekali. Apalagi melihat senyuman yang tak pernah lepas dari wajah Ethan, itu sungguh membuat Lena semakin kalap dan muntab.

Mendengar ancaman Lena, Megan jadi merasa sedikit terpengaruh dan takut. Sebab biar bagaimana pun juga ia sangat menyayangi Ethan dan tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada suaminya itu.

Megan mendadak jadi merasa ngeri saat membayangkan bahwa Ethan bisa masuk penjara gara-gara mencuri perhiasan karena ingin memberinya sebuah hadiah.

"Sayang, apa benar semua ini kau dapat dari mencuri? Kalau iya, serahin saja semuanya ke polisi. Aku tidak apa-apa kok tidak pakai perhiasan juga. Serahin ya, kalau memang kau harus dipenjara, aku janji aku akan tetap sayang sama kamu, aku akan selalu jenguk kamu, dan tidak akan sekali pun mengajukan cerai." Mata Megan seketika berkaca-kaca.

Apalagi bila ia teringat semua keluarganya selalu memojokkan dirinya karena telah memilih Ethan sebagai suaminya. Memang saat ini keadaan Ethan sedang berada di titik terendah. Pekerjaan juga sedang tidak ada. Jadi lengkaplah sudah semuanya.

"Sayang, kau jangan gampang percaya sama hasutan Lena. Kau harus percaya sama aku. Itu perhiasan beneran aku yang beli pakai uang aku sendiri. Tidak mungkin kan aku ngasih hadiah pakai hasil curian?"

"Halah. Tidak usah sok alim deh. Kalau emang bener itu perhiasan yang kau beli, mana struk belanjaannya? Mana, sini aku mau lihat!" Saking emosinya, jarak Lena dan Ethan sekarang tinggal sejengkal lagi. Bila Lena maju sedikit lagi, tubuh mereka berdua tentu akan berdempetan.

Seketika senyum lebar terkembang di wajah Ethan, karena ia baru sadar hal ini sekarang. Andai dari awal dia langsung mengeluarkan struk pembayarannya, tentu semuanya tidak akan berlarut-larut seperti ini.

"Loh kok malah nyengir? Norak. Diminta struk pembayaran malah ketawa. Ketahuan banget kau tidak ada punya struk bukti pembayarannya kan, orang itu perhiasan didapat dari mencuri. Aku teriak sekarang juga nih, biar sekuriti datang kemari kalau kau masih tidak mau mengaku juga," emosi Lena terlihat semakin tak terkendali. Wajahnya terlihat merah padam dan berkeringat seperti orang kepedasan karena kebanyakan makan sambal.

Saat berbicara, urat-urat di lehernya terlihat keluar semua dan ludahnya sampai berhamburan ke mana-mana. Tiga orang cewek dari departemen HRD sontak menjauh dan menjaga jarak dari Lena.

Sebab Lena terlihat semakin histeris dan tidak masuk akal.

Perlahan Ethan mengeluarkan kertas yang terlipat rapi dari dalam saku celananya. Ada logo Tiffany dengan huruf merah terang di sudut kiri atas kertas.

Ethan jadi ingat bahwa di Plaza Central tadi dia juga bertemu dengan Jayson. Tapi, karena tadi Jayson sedang bersama seorang perempuan ia tidak berani menyapa.

Awalnya Ethan mengira bahwa yang bersama Jayson itu adalah Ravella. Hingga tanpa sengaja wanita di sebelah Jayson itu menoleh ke samping untuk menerima kecupan mesra dari Jayson.

Wanita berambut sebahu yang kebetulan sama dengan potongan rambut Ravella itu menyibakkan rambut di bahunya ke samping.

Jayson mendekatkan wajahnya ke leher wanita itu yang memejamkan matanya dan memberikan wanita itu sebuah kecupan singkat.

Seketika itu juga Ethan terlonjak karena sadar bahwa wanita itu bukanlah Ravella. Jantungnya jadi berdegup tak beraturan.

Siapa wanita itu? Kenapa Jayson menciumnya? Mungkinkah selama ini diam-diam Jayson punya selingkuhan? Seorang wanita simpanan?

Jayson dan wanita itu berjalan santai dengan jarak yang agak jauh di depan Ethan. Kemudian mereka berdua berbelok masuk ke dalam restoran.

Ethan jadi bimbang. Apa sebaiknya dia diam-diam mengikuti mereka? Atau membiarkannya saja?

Ia mengembuskan napas berat. Meski ini tak ada hubungannya dengan dirinya sama sekali, tapi Ravella adalah kakak Megan.

Ethan duduk sejenak di kursi yang terletak di selasar yang tak jauh dari restoran. Ia melihat arloji di lengan kirinya. Hhhh... Ethan mendesah. Masih terlalu pagi untuk datang ke kantor istrinya. Jam segini tentu saja istrinya masih sibuk bergulat dengan tumpukan pekerjaan.

"Sial," Ethan memaki pelan dalam hati sebelum akhirnya bangkit dan masuk ke dalam restoran. Tak lupa Ethan mengenakan masker supaya tidak langsung ketahuan. Ya, rasa penasaran akhirnya mengalahkannya.

Jayson selingkuh? Bukankah selama ini ia selalu terlihat sangat perhatian kepada istrinya? Pikiran itu terus menghantui benak Ethan.

Ethan memasuki restoran dengan perasaan tak tenang. Antara takut terpergok oleh Jayson dan kemungkinan bahwa ia adalah saksi yang pertama kali memergoki perselingkuhan Jayson.

Ethan tersadar dari lamunannya dan menyodorkan kertas itu pada Lena.

"Ini bukan sih struk bukti pembayarannya?" Ethan melambaikan kertas itu di depan mata Lena.

Tiga cewek dari HRD melongokkan kepalanya panjang-panjang, mengulur leher mereka semaksimal mungkin seperti seekor jerapah.

Dengan tak sabar Lena merebut kertas itu dari tangan Ethan.

"Ya emang ini struk Tiffany," mata Lena bergulir ke halaman struk itu. Mulutnya bergumam pelan membaca keterangan yang tertera di sana. "Beneran sih pembeliannya atas nama Ethan. Tapi, aku masih belum percaya. Asal kau tahu saja ya, Ethan. Aku bukan tipe cewek yang gampang menyerah. Siapa tadi yang ngelayanin pas beli perhiasan di Tiffany tadi?"

Lena mengeluarkan manuver baru untuk menyudutkan Ethan.

"Virny," jawab Ethan datar.

"Aku member Tiffany ya. Aku kenal semua pramuniaganya. Jangan macem-macem kamu sama aku."

Lena mengeluarkan ponselnya dan langsung menghubungi Virny.

Megan yang sudah mulai tenang kembali karena melihat bukti pembayaran yang tadi ditunjukkan Ethan, bertukar pandang hampa dengan suaminya.

Ethan memandang istrinya dengan tatapan penuh arti seolah berkata, 'itu saudarami ada masalah apa?'

Megan mengangkat bahunya sebagai jawaban kepada suaminya dan mengalihkan pandangannya pada ketiga orang teman dari departemen HRD yang kelihatan sama bingungnya dengan mereka.

Tasya membuat garis miring di dahinya dengan menggunakan telunjuk saat Lena sibuk berbicara di telepon dengan Virny.

"Hah seriusan lo?" Wajah Lena terlihat semakin merah padam. "Yakin? Hmmm... Oh ya udah deh. Makasih ya, Vir. Bye," Lena mengakhiri panggilannya dan memandang semua orang yang hadir di situ satu persatu.

Ethan menatap Lena dengan tatapan penuh iba. Tapi Ethan tahu bahwa tak ada yang bisa ia lakukan untuk menolong Lena. Karena Lena telah menggali kuburan untuk dirinya sendiri.

Lena menggigit bibirnya dan dengan susah payah menelan ludah. Seolah ada duri di dalam tenggorokkannya.

"Kenapa, Len?" Tasya yang memang terkenal paling ceplas-ceplos bertanya dengan maksud menggoda Lena.

Lena tak sanggup lagi berkata-kata dan hanya bisa diam seribu bahasa. Ditundukkannya pandangannya ke lantai seolah ia tengah mencari celah untuk bisa menenggelamkan dirinya ke dalam ubin, sedalam mungkin.