Fu Si menolehkan kepalanya ke tempat makan tersebut, alis matanya pun meloncat ketika melihat sosok Chi Gui.
Ia melempar kuncinya ke Qin Sheng. "Jaga toko!" kata Fu Si sambil berjalan menuju tempat sarapan Chi Gui.
Hari ini Fu Si mengenakan baju yang lebih santai dari biasanya, membuat dirinya tidak begitu tampak mewah, tetapi tetap elegan. Seluruh auranya menunjukkan sosok yang sangat berbeda dari tempat makan kecil itu.
Orang seperti Fu Si, mau di mana pun ia berada, tetap akan menjadi pusat perhatian.
Ketika Fu Si masuk ke tempat makan itu, ia pun segera menarik perhatian seluruh tamu yang ada di sana. Banyak mahasiswi yang sedang sarapan, mata mereka pun menatap erat pria menawan itu sambil berbisik-bisik dan bertanya-tanya dari mana asal orang setampan itu.
Fu Si tidak menghiraukan pandangan orang lain.
Sama dengan Chi Gui, Fu Si juga memesan semangkuk kembang tahu ditambah dua pancake telur dan dua butir telur rebus. Ia kemudian membawanya ke meja dimana gadis itu berada.
Chi Gui mengangkat kepalanya, tidak mengatakan apapun.
Fu Si langsung duduk di samping Chi Gui, wajah tampannya menunjukkan senyuman yang sangat menawan. "Kebetulan sekali, kamu juga suka sarapan di sini?"
Chi Gui terdiam…
'Kebetulan apanya,' batin Chi Gui.
Fu Si yang merupakan calon penerus keluarga Fu dari kota besar Jing, bagaimana mungkin bisa suka sarapan di tempat yang kecil, sempit, dan kotor seperti itu?
Meskipun mengetahui hal itu, Chi Gui sedang malas untuk mengekspos kebohongannya. Maka dengan nada rendah ia menanggapi singkat, "Hmm," kemudian kembali makan kembang tahunya
Tapi setelah itu, ketika Chi Gui menundukkan kepalanya, ia melihat tangan Fu Si meletakkan sebuah piring kosong.Kemudian piring itu diisi dengan pancake telur dan telur rebus, lalu didorong kedepannya.
Chi Gui terdiam, "..."
Sekali lagi, ia mengangkat kepalanya dan menatap Fu Si.
Fu Si melihat Chi Gui sambil tersenyum lembut. "Tadi aku tidak sengaja memesan terlalu banyak, bantu aku makan ya."
Chi Gui melirik piring yang sudah diisi dengan pancake telur dan telur rebus itu.
'Aku sudah makan dua butir telur rebus…'
"Terima kasih." Chi Gui berterima kasih dengan tulus, "Tapi aku tidak bisa makan sebanyak ini… aku baru saja menghabiskan dua butir telur rebus."
Fu Si pun terdiam.
Namun, jawaban Chi Gui tidak membuat Fu Si jadi canggung. Sambil tetap tersenyum ia berkata, "Tak apa, kamu makan sebisamu saja. Kalau tidak habis, tinggalkan saja."
Chi Gui tidak mengatakan apapun lagi, ia kembali menikmati kembang tahunya.
Fu Si tidak menggerakkan sumpitnya. Tangannya kanannya yang panjang memegang sendok sambil mengaduk kembang tahunya sesuka hati, tangan satunya lagi menopang kepalanya sendiri. Ia sibuk memandangi Chi Gui.
Gadis di depan Fu Si itu makan dengan tenang tak bersuara, kepalanya menunduk, bulu matanya panjang menutupi pupil matanya yang cantik.
Hanya dengan memandangnya saja sudah dapat membuat hati orang lain merasa nyaman.
Di sisi lain, Chi Yan sedang turun dari mobil, mau masuk ke kampus. Tiba-tiba, saat tidak sengaja melihat tempat makan kecil yang tidak jauh dari kampus, ia menemukan Chi Gui sedang duduk dan sarapan di sana.
Sedangkan di sampingnya… duduk seorang pria.
Dari sudut pandang Chi Yan, ia hanya bisa melihat wajah pria itu dari sisi sampingnya saja.
Namun hanya dengan wajah sampingnya, Chi Yan sudah bisa tahu betapa tampannya pria tersebut. Ditambah lagi, pembawaan pria itu terasa begitu elegan bagaikan bangsawan. Ia adalah pusat perhatian di dalam tempat itu. Bahkan para tuan muda dari keluarga kaya yang ada di kampus pun kalah jauh dari pria tersebut.
Chi Yan mengerutkan alis matanya. 'Bagaimana bisa Chi Gui kenal dengan orang seperti ini?'
Chi Yan berpikir sejenak, kemudian ia pun berjalan menuju tempat makan itu dengan membawa tasnya.
***
Chi Gui masih fokus dengan kembang tahunya. Dari sampingnya, tiba-tiba terdengar sebuah suara yang lembut, "Kakak? Kenapa bisa di sini?"
Chi Gui mengerutkan alis matanya. Ia berpikir, kenapa ada begitu banyak orang yang mengganggunya. Padahal, gadis itu hanya ingin sarapan dengan tenang.
Chi Yan sebenarnya juga tidak peduli Chi Gui akan memperhatikan dirinya atau tidak. Ia berjalan mendekati kakaknya itu dan berdiri pas di samping Fu Si.
Ketika melihat wajah Fu Si dengan jelas, Chi Yan pun semakin terkejut karena wajah pria itu sangat menawan.
Kemudian dengan lembut Chi Yan bertanya, "Kakak, dia adalah temanmu?"
Chi Gui makan kembang tahunya dengan tenang.
Fu Si tetap melihat Chi Gui, satu tatapan pun tidak ia berikan kepada Chi Yan.
Seketika itu juga, Chi Yan merasa sedikit malu.
Chi Yan melihat menu sarapan yang ada di meja dan ia pun terkejut. "Sarapan pagi ini adalah makanan yang dipesan secara khusus oleh Mama kepada pelayan dapur untuk membuatkannya… Apa makanan itu tidak cocok dengan seleramu?"
Setelah mengatakannya, Chi Yan seakan tidak sengaja memberikan satu lirikan kepada Fu Si.
Chi Yan pun berkata, "Maafkan kami, ini adalah kesalahanku dan Mama. Kamu baru datang dari desa Yun, pasti tidak biasa makan makanan barat…"