webnovel

Memory Of Love

Kini Bila telah berusia 17tahun, tunai sudah janjinya kepada ayahnya, saat ini ia bisa menjalin hubungan dengan Edwin pria yang telah mencuri hatinya. Namun ada masalalu yang kembali kedalam hidup Edwin, juga seorang teman yang teropsesi untuk memiliki laki-laki itu. Akankah cinta Bila dan Edwin bertahan ditengah deburan masalah yang menerpa, ataukah hati mereka akan berlabuh di dermaga cinta yang lain.

Bubu_Zaza11 · Allgemein
Zu wenig Bewertungen
109 Chs

Bos Kecil Bag.2

Pukul 16.00 Edwin ke kantornya tepat ketika semua orang sudah bersiap untuk pulang, melihat bos kecil yang kejam masuk di ruang lobi mereka segera berhenti, tak tahu harus bersikap bagaimana.

"Maaf saya datang di waktu yang kurang tepat, tapi saya sengaja ingin melihat adakah perubahan di kantor ini setelah kedatangan orang baru dari perusahan rekanan kita" Edwin berbicara dengan lancar dan menujukan sikap arogan.

"Jelas ada pak, mbak Nisa sudah mulai membenahi laporan-laporan yang semrawut bahkan sudah menyelesaikan laporan bagian produksi" pak Hadi menjelaskan.

"Biasanya dia juga pulangnya paling sore mas" pak Hadi menyahut.

"Oh...ya, dan tadi pak Hadi bilang biasanya, memang sekarang dimana dia?"

"Mbak Nisa sudah pulang lebih awal pak, ada acara dengan temannya"

"Wau...baru tiga hari, tapi sudah meminta ijin pulang lebih awal, bagus" sikap arogan Edwin membuat para karyawannya merinding.

"Maaf pak saya yang membiarkannya pergi, lagipula pekerjaannya sudah selesai" pak Hadi membela.

"Ya mas, tadi saya juga memberinya ijin, laporannya juga sudah diserahkan pada saya, dan sudah saya taruh di meja mas Edwin" Bu Anis menambah untuk mengamankan Bila.

"Baik..., saya akan cek laporannya, kalau laporannya memuaskan saya tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini, tapi kalau sebaliknya siap-siap dia menerima sanksi"

"Tapi pak ini bukan hanya kesalahnnya, kami juga salah". sahut pak Wijaya dan pak Hadi, mereka tidak ingin Bila menanggung kesalahan itu sendiri.

"Ya, anda ber tiga juga akan menerima sanksi"

Tanpa mendengarkan penjelasan lebih Edwin berjalan menuju ruangannya, ia melihat sebuah sampul berwarna merah, ia meraih file itu dan membukanya untuk ia pelajari.

Setelah hampir setengah jam ia merasa takjub dengan laporan itu, "ternyata Reifan tidak salah pilih" ia berkata memuji orang yang Reifan kirim.

Ia segera menelfon bu Anis untuk meminta nomor ponsel wanita itu, setelah bu Anis memberikannya ia segera menelfonnya melalui nomor telfon kantor.

Dering ponsel Bila berbunyi ketika ia baru sampai didepan rumahnya, ia segera mengangkatnya dan diujung panggilan itu terdengar suara dingin seorang pria.

📞"Maaf ini nona Kharunnisa?"

📞"Ya benar,maaf ini dengan bapak siapa ya" Edwin terdiam sejnak mendengar suara kembut wanita itu, ia merasa tidak asing dengan suaranya.

📞"Saya pimpinan diperusahaan tempat anda bekerja".

📞" Oh ya pak, maaf ada yang bisa saya bantu"

📞" Anda baru beberapa hari disini, tapi anda sudah berani pulang sebelum jam kerja selesai".

📞"Maaf pak, tapi saya.....".

Edwin langsung menegur bila yang ia anggap terlalu berani, sebenarnya Edwin hanya kesal karena ketika ia sengaja datang ke kantor untuk menemui karyawan barunya, ternyata ia sudah meninggalkan kantor.

Bila hanya mampu mendengarkan teguran keras itu, ia merasa ini tidak adil, bos kecil itu tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan yang terjadi, ia malah menuduhnya memanfaatkan kesempatan ketika bosnya tidak di kantor.

Baru kali ini ia ditegur, dan dikatakan tidak profesional, karena selama satu tahun lebih ia bekerja tak pernah ada orang yang mengkritik keras kinerjanya, apa lagi mengkritik tanpa memberi kesempatan untuk menjelaskan.

📞"Saya harap, anda tidak mengulangi kejadian hari ini, dan terimakasih atas laporan yang anda buat cukup bagus, saya tunggu laporan lainnya besok jam sepuluh".

📞"Ba...baik pak, selamat sore"

📞"Sore".

Edwin hendak meletakkan telpon namun ia urungkan ketika mendengar Bila menggerutu "ish...pantas saja karyawan di sana tidak menyukainya, dan memanggilnya macan berhati dingin, bos otoriter".

Ketika ia mengomel, tiba tiba ia mendengar suara batuk yang dibuat-buat, sehingga ia segera melihat ke layar ponselnya yang ternyata masih menyala.

📞"Maaf pak" dengan kaku ia mengucapkan permohonan maaf lalu menutup telfonnya.

Edwin yang mendengar karyawan barunya menggerutukan tentang sikapnya entah mengapa justru membuatnya tersenyum "belum mengenalku sudah berani berkata macam-macam kamu, awas besok ku kerjai habis-habisan kamu" edwin berkata dengan penuh tekat.

Keesokan hari pukul 06.15 Bila sudah sampai, ia sengaja berangkat lebih pagi karena ingin menyelesaikan laporan, ia merasa takut dengan kemarahan bos kecilnya apa lagi kemarin laki-laki itu mendengarnya mengeluh tentang sikapnya.

Sesampainya di Kantor satpam melihat Bila dengan heran lalu menyapanya "Bu Nisa pagi amat bu".

"Ya pak, saya harus buat laporan ditunggu bos kecil hari ini jam sepeluh" ia berhenti sejenak lalu bertanya pada satpam tersebut "pak emang si bos galak banget ya?".

"Wah ya gitu deh mbk, nanti mbak Nisa juga tau".

Bila hanya diam, lalu segera berlalu menuju ruanganya kemudian mengerjakan tugas yang diberikan Edwin.

Pukul 07.30 karyawan lain sudah berdatangan setelah pak Wijaya dan pak Hadi yang meledeknya, giliran bu Nisa yang mendatanginya.

" Mbak siap-siap kena srmprot, kemarin kami sudah mencoba membela, tapi ga mempan"

"Sudah lah buk, biarkan saja"

Bila meratapi nasipnya yang sebentar lagi akan menghadapi murka bos kecil.

Jam menunjukan pukul 09.50 Bila sudah merapikan laporannya, dan bergegas menuju ruangan pimpinannya, berutung si macan galak itu belum tiba, hanya ada bu Nisa yang berada di luar ruangan itu.

"Mbak tunggu di dalam saja, bos kecil sudah di bawah".

"Bu..." Bila terlihat cemas "do'ain ya buk". sambil memasuki ruangan dengan luas tiga kali empat meter tersebut.

Ruangan itu tertata dengan rapi dengan desain minimalis bercat abu-abu, ada sofa dan meja dipojok ia duduk dikursi itu menunggu pimpunannya dengan tegang.

Selang beberapa menit seorang laki-laki bertubuh tegap memasuki ruangan tersebut, membuat Bila semakin tegang, tanpa memandang Bila terlebih dulu ia segera menuju meja kerjanya, setelah menggantungkan jas ia segera duduk dan langsung menghidupkan laptopnya.

Edwin bukan tidak tahu kalu Bila ada diruangannya, karena bu Nisa sudah memberitahukan, tapi ia sengaja membuat Bila ketakutan dengan menunjukan sikap juteknya.

Sudah hampir lima menit laki-laki itu memasuki ruang kerjanya, tapi ia belum juga memanggil Bila, ahirnya Bila memberanikan diri untuk segera menghadap kalu keluar dari ruangan yang terasa pengap walau sinar matahari masuk dengan bebas dari kaca besar didalam ruangan itu.

Bila berjalan dengan langkah berat, dadanya berdetak kencang mendekati meja bosnya.

"Pak maaf, apa saya bisa menyerahkan laporan ini sekarang?"

"Silahkan, memang saya menunggunya dari tadi, cuma kamu diam saja".

"Maaf pak" Bila meletakkan laporan itu, sambil melirik ke arah bos kecil, ia mengernyitkan dahi seolah berpikir bahwa ia pernah mengenal laki-laki itu "pak saya boleh kembali ke ruangan saya pak".

"Tunggu" Edwin berhenti dari pekerjaannya lalu berdiri, ketika ia memandang gadis didepannya matanya terbelalak, ada kerinduan lama yang tertahan tiba-tiba meledak, mulutnya terasa kaku untuk sekedar digerakan "Bi...Bila" hanya kata itu yang mampu ia ucapkan melihat wanita yang ia rindukan selama tiga tahun ini.

Bila juga tak kalah kaget, setelah tahu bahwa bos yang dianggap otoriter itu adalah Edwin, sikapnya benar-benar berbeda, dulu ia sangat supel dan humoris, tapi sekarang ia begitu ketus dan dingin, tubuh Bila seolah kehilangan keseimbangan dan tanpa sadar memegang kursi didepannya dengan sangat erat mulutnya begitu kaku.

Edwin segera mendekati Bila dan meraih tangannya "Bila kamu kemanasaja, aku rindu".

"....." Bila hanya mampu tersenyum ketika tangan kekar Edwin memeras tangannya dengan lembut "Kak....Edwin" air mata Bila tak mampu lagi dibendung.

Ok deh buat mengobati gemesnya kita pertemukan mereka, tp dikit dulu ya.

????

Bubu_Zaza11creators' thoughts