webnovel

Me is me

rannaya · Urban
Zu wenig Bewertungen
108 Chs

Tenggelam dalam ketakutan

suara telepon uncle lee berbunyi terdengar suara wanita dari kejauhan. " yeobo..uli aedeul gwaenhanh-a, naneun..banggeum jug-eum-ul ginyeomhaessda. neoui nugudo nae ma-eum-i neomu ppagppaghadago neukkinda# sayang, apa anak lelaki kita baik baik saja, aku baru saja habis melakukan peringatan kematian, tak ada kalian,,rasanya membuat hatiku sangat sesak". ucap istri uncle lee yang terbata bata menahan kesedihannya.

"neo na geuliwo hajima??# apa kalian tak merindukanku" ucap nya lagi yang hampir menangis.

Uncle lee yang mendengar kata kata itu sangat iba sekali pada istrinya. ia sendirian sekarang tanpanya dan Zhi han.

"jagiya..ulido neo geuliwo,, geuleoni cham-eulseong-iisseo, ulin gwaenchanh-a"# sayang..kamipun merindukanmu, jadi bersabarlah, kami disini baik baik saja" ucap uncle lee menenangkan istrinya.

" sarange, jagiyaa.." ucap uncle lee sambil menutup handphonenya begitu melihat keponakannya keluar dari kamar mandi, dengan wajah yang menahan amarah.

" Zhi han..teleponlah bibimu bila kau ada waktu, ia sangat mencemaskan mu." ucap uncle lee pada keponakannya.

" maaf..aku tak bisa mencegah istrimu merayakan ulang tahunmu barusan ini diluar dugaan ku, karena nona tak memberitau, aku sangat fokus pada pekerjaan tentang penilaian perusahaan barusan..maafkan aku anakku.." ucap uncle lee lagi sambil menepuk pelan bahu Zhi han dan pergi meninggalkan Zhi han.

Zhi han dapat mengerti apa yang di rasakan pamannya saat ini, bukan hanya pekerjaan penting, namun juga pukulan berat itu masih terasa di hatinya kehilangan putrinya sekaligus saudaranya di hari yang sama, bahkan merawat Zhi han yang terbaring kaku akibat kecelakaan itu, tidaklah mudah bagi pamannya walau ia berusaha tegar. hingga membuat Zhi han sadar ada sosok wanita yang kesepian di seberang sana, itu bibi nya. bibi yang merawatnya penuh kasih sayang dan selalu mendukung apapun yang Zhi han maui. ia menyeka keringatnya,, meraih handphonenya dan mendehem, membenarkan suaranya. ia segera memencet nomor handphone bibi nya.

"nal..ijeo beolengeya..?neoui jeonh waleul gidalineun geos-i neomu bul-anhada??..neo mwohani?#apa kau lupa padaku...aku sangat gelisah menunggu teleponmu,apa yang sedang kau lakukan di sana?". ucap bibi Zhi han dengan nada yang terburu buru karena merindukan keponakannya.

" yeobo..Sarange.." ucap Zhi han manja. menghibur bibi nya.

mereka pun asyik dengan obrolan obrolan seru melampiaskan kerinduan keponakan bersama bibi nya, namun tanpa Zhi han sadari riri yang mendengarkan kata kata mesra Zhi han berdegup kencang. dalam hatinya apakah selama ini Zhi han menyembunyikan sesuatu darinya. perlahan ia pun menjauh dan kembali bergabung ke tengah keluarganya. sambil menggandeng putranya riri pun mengajaknya berkeliling menikmati pemandangan. hingga akhirnya hari beranjak mulai sore.

" bu Sundari, duluan ke villa ya bersama satria, nanti saya menyusul" ucapnya yang melihat putranya sepertinya kelelahan.

Sepeninggal satria, riri berjalan sendirian di sore hari. ia duduk di tepi kolam teratai yang tersembunyi, sambil merenungkan yang telah terjadi di perusahaan akuisisinya tadi. sebenarnya iapun sangat lelah. ia tak menyangka banyak kejadian tak terduga tadi. ia berfikir pasti mantan suaminya sedang kalut saat ini. ia tau persis rifah bukan orang yang ceroboh. namun siapa sangka ia kalah dengan kecerobohan istrinya sendiri. benar benar sangat lucu untuk di gambarkan. yang membuat riri bingung siapa yang berhasil mengakuisisi perusahaan fashion, apakah itu Zhi han. fikirannya terus melayang sambil memainkan air kolam dengan kakinya perlahan lahan.

Zhi han yang kembali ke kamar tempat ia menginap di villa itu tak sadar istrinya tak ada, ia pun menengok ke kamar Satria. tak ia temui pula. mungkin fikirnya riri sedang bersama uncle lee membahas hasil pertemuan dengan tim penilai siang tadi. hingga Zhi han mengurungkan niatnya mencari istrinya. ia pun duduk di kursi kamar dan membaca beberapa majalah.

riri yang tengah asyik melamun tanpa sadar dua tangan kekar mendorong tubuh riri, hingga ia tercebur ke dalam kolam, riri seolah terhanyut dengan kenangan lama di dalam kolam, hingga ia tersadar saat ini hampir tenggelam, ia pun mencoba meraih apa pun yang bisa membuatnya naik ke permukaan. hingga ada sesosok lelaki yang meraih tubuhnya. ia pengawal john yang berhasil meraih tubuh riri yang tercebur ke kolam. ia sempat melihat seorang lelaki mendorong tubuh nona majikannya. namun karena ia sendirian ia tak mampu mengejar. ia pun menelpon pengawal uncle untuk melihat cctv villa. lalu ia menceburkan dirinya ke kolam untuk menolong nona majikannya yang hampir tenggelam. setelah ia meraih dan merebahkan tubuh riri, ia mengambil handuk dan membalutkannya. uncle lee dan papi riri yang mendapat kabar barusan berlarian mendatangi mereka.

" kau tak apa apa nak" ucap papi riri sambil memeluk riri yang terbatuk batuk dan kedinginan.

uncle lee bersama pengawalnya yang memberitahukan bahwa pelaku telah kabur segera meningkatkan keamanan. lima orang pengawal yang ditugaskan malam itu berjaga jaga di sekitar villa. riri yang tengah sadar di papah papinya kembali ke kamarnya.

"apa saja yang kau lakukan, istrimu dalam bahaya" ucap papi riri pada Zhi han yang bingung melihat kedatangan mertua dan istrinya yang basah kuyub dengan wajah pucat.

Zhi han segera menyambut tubuh istrinya menyandarkannya di kursi dan mengambil beberapa handuk dan baju hangat.

"tak usah..saya bisa sendiri" ucap riri yang berdiri melangkah mengambil handuk untuk membersihkan diri.

Zhi han merasa bersalah karena lengah tak menjaga istrinya. ia tak tahu ternyata ada bahaya yang sedang mengintai keselamatan istrinya. ia meraih handphonenya menelpon pengawal Kwang untuk mencari siapa pelaku yang membahayakan keselamatan istrinya barusan. hingga pintu kamar mandi terbuka dan riri keluar dari kamar mandi dan merebahkan dirinya di pembaringan. Zhi han menyusul ke pembaringan mendekati dan membelai lembut rambut istrinya. ia merasakan tubuh istrinya sangat panas. sementara riri menahan ketakutannya. walau ia tahu tubuhnya sedang menggigil.

kejadian ini persis sama seperti lima tahun yang lalu, saat riri sedang mengandung satria. ia pun di dorong oleh orang tak di kenal waktu berlibur bersama rifah di tepi danau, ia merasakan sepertinya kematian menghampirinya waktu itu. ia pun sempat tak sadarkan diri di rumah sakit. beruntung nasib nya dan putranya selamat. hingga kini pelaku itu tak di temukan. namun yang membuat riri teringat kembali adalah tangan kekar itu, tangan yang sama yang ia rasakan lima tahun yang lalu. benar benar membuatnya trauma. ia berusaha memejamkan matanya menahan sakit dan dingin di sekujur tubuhnya. Zhi han sangat gelisah melihat keadaan istrinya, ia balurkan minyak angin dan memijat bagian tangan dan kaki istrinya. hingga iapun tak bisa memejamkan matanya. melihat istrinya yangenahan kesakitan. ia pun memeluk istrinya dan menciumi pipinya.

"kau menangis.." ucap Zhi han yang merasakan ciumannya di pipi istrinya basah.

ia mendekap tubuh istrinya dan merasakan istrinya sedang menggigil. Zhi han mengambil handphonenya mencoba menghubungi seseorang, namun di cegat tangan riri yang lemah.

"kau sakit sweety..kita harus ke rumah sakit" ucap Zhi han.

"i am fine.." ucap riri yang hampir tak terdengar. Zhi han pun kembali mengeratkan dekapan nya pada tubuh riri yang kedinginan dalam hatinya ia sangatlah marah bukan hanya pada pelaku tapi juga dirinya, kenapa ia urungkan niatnya tadi mencari istrinya. ia berjanji dalam hati hal ini tak terulang lagi di lain hari dan waktu. tak akan...

sementara uncle lee dan papi riri tak bisa tidur. mereka mengingat kembali kejadian lima tahun lalu yang hampir menewaskan anak dan cucu mereka. siapa sebenarnya pelakunya, mengapa ada saja orang yang ingin mencelakai putri mereka.

"aku berfikir ini orang yang sama tuan" ucap uncle lee berat.

" aku juga, ada dendam apa orang ini pada putriku" ucapnya dengan nada marah.

mereka terus berjaga jaga di samping kamar Zhi han dan riri begitupun para pengawal yang mengawasi di sekitar villa.

sedang riri yang di dekap suaminya merasakan kehangatan meski hatinya sangat ketakutan akibat kejadian barusan. kenapa semuanya seperti terulang kembali fikir riri yang memejamkan matanya, namun fikiran nya terus bekerja. "aku akan mencarimu, aku yakin kau orang yang sama, aku tak tau apa salahku namun aku sangat familiar dengan tanganmu yang mencengkeramku barusan jangan khawatir, aku akan menuntut balas" ucap riri dalam hati.