Khalid baru saja mendarat di Bandara Adi sucipto setelah melakukan perjalanan Dari Eropa selama tiga hari. Matanya menatap nanar pada beberapa anak buahnya yang sedang menjemputnya. Ia kesal mendengar kegagalan Andi dalam memata-matai Amira. Ditambah lagi cerita tentang Andi yang tertangkap Blue Gank dan mendapat perolongan dari Mawar Jingga. Sungguh membuat dirinya tak bisa berkata apapun.
Selama ini Khalid selalu mengandalkan Andi karena ia tidak pernah gagal melasanakan tugas. Ia juga selalu berhasi membawa mangsa yang diincarnya. Dulu saat ia penasaran pada Mutia, Andi juga yang merebut Mutia dari kekasihnya hingga Mutia jatuh ke dalam pelukan Khalid.
"Selamat datang, Tuan"
Khalid hanya memandang anak buahnya yang berjajar di sepanjang jalan yang ia lewati tanpa bermaksud menjawab atau merespon dengan apapun. Kemarahan yang sudah sejak dalam perjalanan ia tumpahkan ke beberapa pramugari dan awak pesawat, kini ia redam.
Ia segera mengikuti anak buahnya menuju tempat parkir khusus dan masuk ke dalam mobilnya. Setelah duduk di jok penumpang, Khalid mencoba membuka ponsel yang sudah beberapa jam tidak ia sentuh sama sekali. Ia menghubungi Andi dan memintanya untuk datang ke rumah pribadinya.
"Aku tunggu kamu di rumah"
"Baik, Tuan"
Khalid segera meletakkan ponsel di kantong celananya, dan mulai menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Ia jadikan kedua tangannya sebagai bantal dan menatap langit-langit mobil dan mencoba menganalisa masalah yang baru saja dihadapi Andi. Kalau dulu ia selalu bisa diandalkan, kini ia mulai ragu pada kemampuannya.
Ia mendesah berkali-kali. merasakan dadanya berat karena masalah bukan semakin berkurang justru semakin bertambah. Iamencobamemandang keluar, melihat sisi jalan yang selalu ramai oleh pengguna jalan. Ia terpana melihat seorang wanita yang sedang berdiri di trotoar. Gadis yang selama ini ia kejar melalui Andi, kini ada di hadapannya.
"Amira" gumamnya. Ia segera menepuk pundak supir pribadinya tanpa mengalihkan pandangan kearah lain karena takut kehilangan jejak gadisnya.
"Berhenti!"
Supir yang sedang fokus tidak langsung menuruti perintah Khalid. ia masih fokus memilih jalan yang akan ia pakai untuk memarkir mobilnya. Khalid yang sedang buru-buru dan ingin menangkap Amira segera membuka pintu mobil tanpa menunggu mobil berhenti. Ia keluar dan berlari menuju trotoar dimana gadisnya sedang menunggu seseorang.
"Amira"
Saat ia sudah dekat, seorang laki-laki memakai Ninja warna hitam menghampirinya. Amira tersenyum dan menerima uluran helm dari tangan laki-laki yang menjemputnya. Khalid hanya mampu memandang adegan di hadapannya dengan kesal. Sekali lagi ia gagal menangkap gadisnya justru saat ia sudah sangat dekat.
"Huft."
Ia yang kesal masih berada di posisinya semula. Orang-orang yang menyaksikannya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Salah satu dari mereka bahkan mengolok Khalid dan mengatakan kalau dia seoang pecundang. Khalid tak mau mengambil pusing atas apa yang diucapkan laki-laki di sekelilingnya. Ia melangkah gontai meninggalkan trotoar menuju mobil yang terparkir tak jauh dari tempatnya.
"Silakan, Tuan!"
"Kejar Motor Ninja warna hitam yang membawa wanita itu!'
Supir pribadi Khalid segera mengikuti perintah tuannya. dengan kecepatan tinggi ia melajukan mobilnya mengejar pengendara motor Ninja warna hitam yang melaju menuju arah kota. Khalid yang merasa bahwa usahanya sia-sia segera memotret plat nomor motor di hadapannya dan mengirimkan pada anak buahnya.
Saat di mendekati pertigaan mobil terpaksa berhenti karena lampu lalu lintas berubah warna menjadi merah. Khalid memukul jok yang ada di depannya dan mendengus kesal. Ia ingin keluar dan mengejar Ninja Hitam yang sudah berlari sebelum warna kuning berubah merah.
"Tring
Ponsel Khalid berbunyi. Ia segera melihat penelpon yang masuk lalu menggeser tombol warna merah, menolak panggilan. Ia tidak ingin bicara dengan Andi. Secara normal biasanya ia akan memecat anak buah yang gagal melaksanakan tugas, namun kali ini ia hanya butuh mendiamkannya saja. Ia merasa masih membutuhkan Andi untuk menemaninya melewati hari-harinya. Bukan sebagai anak buah tapi sebagai sahabat masa kecilnya.
"Tuan Khalid, Tuan Andi bilang kalau pemilik motor Ninja hitam sudah tertangkap dan sekarang sudah menunggu Anda di bawah jalan layang." Ucap Supir pribadi Khalid sambil menundukkan wajahnya. ia benar-benar takut melihat wajah Khalid yang selalu memerah karena marah. Khalid mengulurkan tangannya dan meminta ponsel supirnya dan membaca pesan Andi.
"Rupanya dia masih berguna juga untukku." Gumam Khalid sambil tersenyum tipis. Ia segera mengembalikan ponsel supirnya dan mengangguk. ia duduk dengan tenang hingga lampu berubah warna menjadi hijau dan supirnya segera melajukan mobil menuju jalan layang. Sesampai di tempat yang ditentukan, ia melihat beberapa anak buahnya sedang mengerumuni seorang laki-laki dengan ciri-ciri yang sama dengan yang dia lihat saat di jalan keluar dari parkir bandaara, namun ia kembali kecewa karena tidak melihat Amira bersamanya.
"Suruh dia masuk ke mobilku!"
Semua anak buah menuruti permintaan Khalid tanpa bertanya apapun. Mereka segera menyeret laki-laki yang kini sudah di telikung tangannya dan mendorongnya ke mobil. Khalid segera memerintahkan anak buahnya untuk membawa Ninja Hitam tawanannya mengikuti mobil sport warna hitam miliknya.
Khalid memandang wajah laki-laki yang kini nampak sedang duduk sambil memandang ke arahnya dengan kesal. Ia ingin sekali meninju wajah tampan laki-laki yang sudah berani membonceng Amira di depan matanya namun ia masih bersabar menunggu sampai mereka tiba di markas.
"Kau siapa sehingga kau berani menangkap aku? Ada hubungan apa antara aku dan dirimu yang sama sekali tidka saling mengenal?"
Khalid hanya diam mendengar pertanyaan laki-laki di hadapannya. Ia tahu laki-laki itu sangat marah. Khalid tersenyum lalu mencoba mengelus punggung rivalnya pelan, membuat laki-laki itu mengibaskan tangannya menolak elusan tangan Khalid. ia benar-benar merasa jijik saat diperlakukan seperti itu dan menganggap bahwa Khalid adalah pria ecinta sesama jenis.
"Aku melihatmu membonceng Amira."
"Aku tidak mengenal Amira."
"Gadis berkerudung jingga yang baru saja kau jemput di bandara. Jangan pura-pura bodoh. Aku melihat semuanya. Kau menjemput dan membawanya meninggalkan bandara dengan Ninja Hitammu."
Pria di depan Khalid mengernyitkan kedua alisnya. Ia merasa tidak pernah membonceng siapapun. Ia berangkat dari rumah untuk pergi ke kampus dan sampai saat ini ia sama sekali tidak menjemput siapapun. Ia memang baru saja dari bandara untuk melihat jadwal penerbangan saudaranya yang akan datang dari Makassar, namun ia sama sekali tidak membonceng siapapun saat keluar dari pakir bandara.
"Aku ke bandara hanya untuk melihat jadwal kedatangan saudaraku dari Makassar. Selebihnya aku sama sekali tidak pernah membonceng siapapun."
Khalid segera membuka ponsel dan menunjukkan plat nomor motor yang sudah berhasil ia abadikan. Laki-laki di hadapan Khalid hanya menyeringai, menertawakan kebodohan Khalid dan anak buahnya.
"Kau lihat baik-baik plat motorku dan bandingkan dengan hasil jepretanmu!"
Khalid menoleh ke belakang dimana dua anak buahnya sedang melintas di atas motor Ninja warna hitam dengan plat polisi yang benar-benar tidak sesuai dengan apa yang ia incar sebelumnya. Matanya berkilat, giginya gemeletuk menahan marah. Ia kepalkan tangannya dan segera meninju jok di depannya dengan keras.
"Berhenti dan keluarkan laki-laki ini sekarang juga!"
"Ba-baik, Tuan."
Supir Khalid segera menghentikan mobil dan menyuruh laki-laki di sebelahnya untuk turun. Anak buah Khalid yang sedang mengendarai moto dan mobil di belakangnya segera menghentikan laju kendaraannya dan mengikuti perintah Khalid untuk melepaskan tahanan mereka dengan aman.