webnovel

Dia Baru Memulai

Redakteur: Atlas Studios

Cahaya rembulan yang dingin berkilau menembus jendela; tampak beberapa bintang di langit malam.

Lin Qian sudah mengenakan piyamanya. Dia duduk bersila di atas ranjangnya, dengan dagu ditopang oleh satu tangannya, memandang kosong ke depan.

"Aku percaya padamu." Suara Li Zhicheng, rendah dan jernih, masih terngiang di telinganya dan berputar di kepalanya.

Tidak disangkal lagi bahwa Lin Qian mulai merasa sedikit lemas.

Perasaan itu sebenarnya dimulai ketika Li Zhicheng mengatakan, "Seseorang menyarankan kepadaku untuk mendapatkan proyek Ming Sheng ."

Keresahannya diperkuat ketika atasannya itu mengatakan, "Aku telah mengambil keputusan di tengah hari."

Ketika Li Zhicheng berkata dengan ringan, "aku percaya padamu," perasaan yang sulit digambarkan meluap akhirnya membuat ia sadar bahwa keresahan dan semangat di dalam dirinya adalah karena tersanjung.

Di sepanjang perjalanan karirnya, dia telah dihargai di manapun dia berada. Profesor di universitasnya sangat bergantung kepadanya, dan dia telah menjadi tulang punggung beberapa organisasi pelajar. Sementara di SMQ, dia telah menjadi seorang pegawai dengan prestasi sangat baik untuk tiga tahun berturut-turut, sampai-sampai bosnya, Chen Zheng, menilai dia sedikit terlalu tinggi.....

Lain lagi ceritanya ketika dihargai oleh Li Zhicheng.

Li Zhicheng tidak memiliki pengalaman apapun dalam industri bisnis; dia adalah seorang prajurit, seorang pekerja.

Lin Qian tidak pernah mendengarnya memberikan pengakuan kepada para pegawainya kecuali sikapnya kali ini dengan mengatakan padanya "Aku percaya padamu." Ini membuat Lin Qian merasa lebih dihargai ketimbang mendengarnya dari orang lain.

Lin Qian merasa dia telah menjadi seorang pekerja yang licik, dan menyesatkan. Namun bukankah ini kebenarannya? Bos muda, yang linglung dan bingung, bergantung penuh padanya, dan mendapatkan gambaran yang menyesatkan tentang dirinya dalam pikirannya. Dia telah memaksakan idenya yang tidak sempurna ke perusahaan dengan berbicara manis kepadanya, bisa dikatakan demikian. Ini karena bosnya mengembara keliling perusahaan dalam penyamaran, dan mengenal dirinya sebelum ia mengambil alih perusahaan; buah dari apresiasi yang diberikan Li Zhicheng atas karakter dan bakatnya. Sebuah pikiran muncul di kepalanya, lucu dan ambisius, namun dia mengabaikannya.

Apapun itu, semua kesempatan ini telah menempatkan dirinya dalam posisi sempurna untuk menjadi seorang yang penting bagi Aida.

Pikiran itu membuatnya mengangkat telepon dan menekan nomor Lin Mochen.

Mendengar permintaannya, Lin Mochen tersenyum kecil. "Kenapa? Kau telah melewati banyak permasalahan selama tiga tahun bekerja di SMQ dan kau tidak pernah meminta bantuanku sekalipun. Kau baru menjadi asisten presiden direktur Aida selama tiga hari dan kau sudah memintaku untuk membantu bosmu?"

Lin Qian tertawa, "Aku bisa mengendalikan semuanya. Apakah kau tidak mempercayai penilaianku?"

...

Keesokan paginya, Lin Qian duduk di mejanya, memegang sebuah rencana kerja untuk proyek Ming Sheng . Itu telah diselesaikan dalam beberapa malam oleh departemen pemasaran.

Menyusul apa yang dikatakan Xue Mingtao hari itu, disebutkan di dalam rencana kerja itu bahwa tantangan terbesar saat ini adalah untuk membangun sebuah hubungan dengan klien. Dan hal terpenting dari hubungan tersebut jelas adalah para manajer senior mereka.

Ming Sheng memainkan peran yang menentukan di negara ini, dan para pimpinan senior mereka adalah sosok yang penting dalam industri bisnis nasional. Sebuah perusahaan swasta seperti Aida bahkan tidak mendekati standar mereka.

Dengan pertimbangan mereka baru saja memulai, skenario terbaik adalah menghubungkan orang-orang di level seperti manajer bagian umum dan direktur bagian pengadaan. Untuk mencapai level senior, tentu saja akan membutuhkan waktu dan beberapa kesempatan penting. Skenario terburuk adalah Aida tidak dapat menghubungi mereka dan bertemu dengan para manajer senior itu sebelum Ming Sheng memulai proses tender secara resmi. Itu akan menjadi kegagalan untuk proyek ini.

Xue Mingtao keluar dari kantor Li Zhicheng dengan beberapa direktur pemasaran. Mereka semua terlihat serius dan tergesa-gesa keluar. Lin Qian mengambil kesempatan. Dia masuk ke dalam ruangan setelah mengetuk pintu.

Li Zhicheng tidak duduk di belakang mejanya, melainkan di tengah di sofa. Dia sedang berpikir keras, dengan kedua tangannya bertumpu di atas lututnya, dan menyilangkan jari, menahan dagunya.

Mengingat sangat jarang melihat Li Zhicheng begitu fokus, Lin Qian memelankan langkahnya. Pertama dia membuang cangkir-cangkir kertas, kemudian menambahkan air panas pada termos besarnya sebelum membawa kepadanya.

Dia akhirnya menengadah dan memandang Lin Qian, dengan tenang menunggunya untuk mengatakan sesuatu. Lin Qian tersenyum, "Presiden Li, mengenai proyek Ming Sheng, mungkin aku bisa----" Sebelum dia dapat menyelesaikannya, pintu didorong terbuka. Gu Yanzhi berjalan masuk. Melihat mereka bersama di dalam ruang kantor, ekspresi wajahnya tetap sama. Dia berjalan langsung menuju ke sofa di sebelah Li Zhicheng, "Mari kita lakukan pembahasan lagi mengenai itu."

Li Zhicheng tetap terdiam; dia berpaling pada Lin Qian, "Kau bisa lanjutkan perkataanmu." Gu Yanzhi juga mengangkat alisnya, memandang Lin Qian.

Lin Qian berhenti sebentar sebelum langsung ke pokok pembahasannya. "Kakak lelakiku bekerja untuk sebuah perusahaan investasi di Amerika. Perusahaan tempat dia bekerja sebelumnya, Grup DP Investment, adalah pemegang saham asing yang memiliki bagian saham Ming Sheng yang dapat diperjualbelikan. Kakakku memiliki hubungan baik dengan mereka. Aku berpikir, bila ini sesuai, kita bisa meminta bantuannya untuk menghubungkan dengan mereka. Mungkin dengan cara begitu kita bisa mengatur agar Presiden Li bisa bertemu dengan para manajer senior dari Ming Sheng ."

Lin Qian menyadari mata Gu Yanzhi jelas bersinar bahkan sebelum dia selesai berbicara. Dia tahu bahwa dirinya telah melakukan hal yang benar, dan diam-diam merasa sangat senang.

Mereka berdua berpaling ke arah Li Zhicheng.

Bersandar pada sofa itu, ia sudah meluruskan postur tubuhnya, terlihat damai. Tanpa ekspresi gembira di wajahnya, Li Zhicheng kelihatannya sedang mempertimbangkan sarannya.

Bagaimanapun, setelah keheningan singkat, dengan suara rendah, "Aku tidak memerlukan koneksimu." Hampir ada sebuah kesan keras kepala dalam ketenangannya.

Lin Qian tidak dapat berkata-kata.

Itu juga mengejutkan Gu Yanzhi. Setelah berpandangan sesaat dengan Lin Qian, dia tersenyum lihai. "Lin Qian, Presiden Li kesayanganmu terlalu terbiasa di militer, " dia mengejek. "Dia belum meninggalkan itu semua. Hal yang paling tidak disukainya adalah mengambil keuntungan dari...um, nepotisme, untuk mencapai tujuannya."

[fuzzy]Lin Qian tetap tidak dapat berkata-kata.

Nepotisme?

Gu Yanzhi terdengar setengah bercanda, membiarkan Lin Qian bingung untuk sesaat. Namun, Bos tidak akan keras kepala seperti ini, bukan?

Lin Qian berpaling ke arah Li Zhicheng yang sedang memandangi dirinya.

Lin Qian berkata, "Aku menawarkan ini karena ini cepat dan mudah. Lagipula..." mata Li Zhicheng yang hitam pekat bagaikan lubang tak berdasar. Memandangnya, Lin Qian tiba-tiba terpikir akan apa yang dikatakan Li Zhicheng pada dirinya hari itu. "Aku percaya padamu." Ingatan akan hal itu membuat hatinya terasa hangat.

"Lagipula apa?" Li Zhicheng tiba-tiba bertanya, pecah dari keheningannya yang biasa.

Lin Qian membelalak ke arahnya, menjawab dengan suara lirih, "Lagipula, sepanjang sejarah, nepotisme selalu berguna dan praktis."

Tercengang, Gu Yanzhi, berdiri di samping mereka, seketika itu juga meledak dalam tawa.

Bahkan mata Li Zhicheng melebar, yang kemudian diikuti dengan gerakan naik pada ujung bibirnya yang jarang terjadi. Wajahnya yang tegang terlihat lebih lembut.

Lin Qian merasakan sentuhan kehangatan di wajahnya.

Gu Yanzhi kemudian berdiri. "Baik, karena Lin Qian sudah menggunakan kata-kata bijaksana, sebagai pimpinan, kita harus bersyukur. Aku akan menjadi penanggung jawab kali ini. Zhicheng, kau bisa menyingkir. Keputusan sudah dibuat. Lin Qian, kau bisa memulainya sekarang."

Li Zhicheng tetap diam. Tanpa melihat ke arahnya, Lin Qian menjawab dengan cepat, "tentu." Dia berbalik dan pergi.

...

Mempertimbangkan adik perempuan satu-satunya meminta bantuannya, Lin Mochen tidak menunggu adiknya untuk mendapatkan persetujuan para manajernya terlebih dahulu. Segera setelah Lin Qian keluar dari ruangan Li Zhicheng, kakaknya sudah meneleponnya. "Janji temu sudah dibuat. Pukul empat besok sore."

Takjub, Lin Qian segera mulai memujinya, "Kau benar-benar menakjubkan." Namun diam-diam berpikir dalam hati, kau masih saja bersikap sok berkuasa! Bagaimana bila Li Zhicheng menolaknya?

Lin Mochen sangat paham akan situasi seperti ini. Sehubungan dengan tawaran baik Lin Qian, presiden Aida akan harus menerimanya baik dia menyukainya atau tidak.

Menurut Lin Mochen, presiden Ming Sheng , Kang Mingcong, akan kembali dari perjalanan bisnisnya dari Beijing besok tengah hari. Lin Qian berpikir mengenai ini; dia yakin waktu yang direncanakan oleh kakaknya sangat sempurna. Karena jam kerja Ming Sheng berakhir pukul 5:30 petang, tidak akan banyak urusan yang dijadwalkan di antara waktu tibanya dan waktu berakhirnya jam kerja, memberikan mereka kesempatan untuk berkomunikasi selama 60 sampai 90 menit. Ini akan menjadi kesempatan langka dengan banyak waktu untuk mereka.

Berdiam sejenak di mejanya, Lin Qian kemudian kembali ke ruangan Li Zhicheng untuk memberikan informasi ini kepada mereka. Dengan ceria, Gu Yanzhi seketika memanggil staf dari departemen pemasaran. Li Zhicheng tetap diam, memandang ke arahnya.

Dia tidak kesal, kan? Lin Qian khawatir. Dia seharusnya...puas, bukan? lagipula, situasi terlihat lebih baik setelah menggunakan koneksi.

Petang hari, Xue Mingtao meninggalkan ruangan bersama staf kepercayaannya seperti sebelumnya. Hanya saja kali ini, semua orang jelas dalam suasana hati baik. Lin Qian menengadah dan tersenyum sopan. Mengejutkan, Xue Mingtao berjalan ke arahnya, mengulurkan tangannya.

"Asisten Lin, aku mendengar ceritanya dari Presiden Li. Terima kasih banyak. Kau menyelesaikan persoalan besar untuk departemen pemasaran kita."

Lin Qian segera berdiri, menyeringai.

Hah? Bos memberikan sebuah pujian padaku?

Dia menunggu sampai mereka semua pergi, kemudian berjalan melewati ruangan. Lin Qian mengintip kedalam ruangan melalui pintu yang terkunci. Belum berencana untuk pergi? Apakah kau bahkan merasa senang?

Di tengah pikiran-pikirannya, sebuah suara yang dingin dan jernih terdengar dari dalam kantor. "Masuk." Hampir terasa seolah-olah bosnya juga sedang memperhatikan dirinya.

Dia membuka pintu dan melihat mata Li Zhicheng sedang tertuju padanya sembari berdiri di sebelah mejanya.

"Ada yang bisa kubantu?" Lin Qian bertanya, sambil tersenyum.

Kesunyian yang ada membuat Li Zhicheng seakan tenggelam dalam sebuah pemikiran. Dia kemudian berbalik, berjalan ke arah Lin Qian.

Petang hari itu matahari telah condong dan sinarnya meredup menembus jendela. Pancaran sinarnya terlihat bagaikan riak yang berkilauan di atas kepalanya, membuat fitur wajahnya terlihat lembut dan bersinar.

Ia berhenti selangkah dari Lin Qian; dan hanya berdiri di sana, memandanginya.

Matanya yang hitam pekat sangat dalam tanpa ekspresi apapun. Lin Qian mulai merasa sedikit khawatir. Mengapa dia berdiri sangat dekat denganku? Aku pikir dia tidak pernah mendekati orang asing.

Lin Qian menenangkan diri di bawah tatapannya yang menusuk.

Dengan suara rendah, dan tenang, Li Zhicheng bertanya, "Mengapa kau menolongku seperti ini?"

Sedikit terkejut, Lin Qian menjawab dengan jujur, "Karena kau layak mendapatkannya."

Li Zhicheng memandangnya, matanya terlihat lebih damai.

"Terima kasih, Lin Qian."

Berkedip, Lin Qian tahu dia mengekspresikan rasa terima kasihnya dengan jujur.

Lin Qian menatap ke bawah di jarak sempit di antara mereka, kemudian menengadah ke wajah Li Zhicheng yang tegas dan tampan.

Bos, mempertimbangkan seberapa dekat kau berdiri, apakah kau mencoba untuk menunjukkan kepadaku ketulusanmu dan formalitas? kau hanya.....sangat rendah hati.

Lin Qian berhenti, membalas pandangan Li Zhicheng.

Itu adalah sebuah keterampilan dalam menerima pujian dari seorang atasan. Kau tidak dapat bersikap terlalu bangga atau terlalu rendah hati. Jadi berikan dia sedikit senyuman, menyesuaikan postur tubuh, dan dengan santai melambaikan tangannya. "Dengan senang hati, tuan." Dia kemudian memberi hormat kepadanya layaknya seorang prajurit.

Seperti yang diperkirakan, tanggapan ini diterima dengan baik oleh Li Zhicheng.

Mata gelap Li Zhicheng terlihat seperti tersenyum. Begitu pula dengan mata Lin Qian.

Orang selalu mengatakan bahwa pegawai harus bisa mengakomodir atasannya, jadi dia melakukan pekerjaan bagus, bukan?

Orang yang tanpa emosi, namun bosnya itu telah tersenyum kepadanya dua kali.

Ketika dia merasa sangat gembira, Li Zhicheng berkata, "Aku akan membalas bantuan ini. Mulai dari sekarang."

...

Sore hari berikutnya datang dengan cepat.

Sebuah Cadillac meluncur melewati perkotaan. Lin Qian duduk di bangku penumpang depan, dan Xue Mingtao berada di belakang kemudi. Di belakang duduk Gu Yanzhi dan Li Zhicheng.

Mobil itu menuju distrik barat CBD. Gedung pencakar langit untuk kantor pusat Ming Sheng sudah terlihat dari jauh di antara gedung-gedung pencakar langit lainnya, tampak gelap dan misterius.

Menyambut mereka adalah direktur asosiasi1 Ming Sheng, seorang pria bertubuh kurus di usia 40-an. Dia terlihat moderat dan sopan.Setelah percakapan singkat, mereka diantar ke ruang rapat kecil yang terletak di lantai atas di area ruangan kantor manajer umum.

"Tidak akan memakan waktu lama, " katanya. "Ada seorang tamu sedang bersama Presiden Kang. Aku akan membawamu masuk begitu pertemuan itu selesai."

Direktur junior itu kemudian keluar setelah melihat Aida setuju untuk menunggu.

Jam menunjukkan pukul 3:45 sore. Mereka sedikit lebih awal, dan menghabiskan waktu memandang satu sama lain dan ke sekeliling ruangan. Gu Yanzhi pun memecah keheningan.

"Nanti, akan lebih baik jika Presiden Li dapat berbicara lebih banyak, "Dia bergurau dengan Li Zhicheng. "Aku mendengar bahwa Presiden Kang lulus sebagai seorang insinyur, dan juga sangat diam. Hanya memastikan tidak akan hening total di dalam sana."

Lin Qian dan Xue Mingtao meledak dalam tawa. Li Zhicheng menaikkan alisnya, bermuka datar, "Bagus. Kita semua satu pikiran dan tahu bahwa diam itu emas."

Li Zhicheng yang kurang ekspresif membuat Lin Qian dan Xue Mingtao tercengang. Mereka tidak mengerti sampai melihat Gu Yanzhi tertawa kecil. Kecuali....Bos sedang melucu? Itu membuat semua orang tertawa begitu mereka menyadarinya.

Walaupun itu sebuah lelucon, apa yang baru saja disampaikan Gu Yanzhi benar-benar menarik perhatian Lin Qian. Apakah Li Zhicheng bertemu dengan seseorang yang satu level dengannya? Tidak mungkin mengharap Bos itu aktif secara sosial. Dia benar-benar tidak tahu bagaimana ini akan berakhir. Jam pun terus berdetak.

Tepat pukul empat, wakil direktur yang sama masuk. Semua orang termasuk Lin Qian berdiri. Dengan sebuah senyuman di wajah Xue Mingtao, dirinya bertanya, "Bisakah kami ... ?"

Mengejutkan, senyumannya terlihat menyesal. "Presiden Li, dan Manajer Gu, maaf, tetapi tamu terakhir Presiden Kang masih di dalam sana. Mereka sangat sibuk. Sepertinya aku tidak dapat menyela."

Gu Yanzhi langsung menjawab, "Jangan khawatir. Kami akan duduk disini menunggu sedikit lebih lama. Terima kasih."

Tersenyum, wakil direktur itu mengangguk dan pergi.

Namun pukul 4:40 sore itu akhirnya tiba, tidak sabar, Gu Yanzhi mengirimkan Xue Mingtao untuk memeriksa, hanya untuk menemukan itu sebuah usaha yang sia-sia. sebaliknya, Li Zhicheng terlihat tenang dan sabar. Penantian ini pun pelan-pelan menyiksa Lin Qian.

Ming Sheng akan tutup pukul 5:30 dan, menurut wakil direktur itu, Presiden Kang mempunyai jadwal makan malam, tepat setelah selesai jam kerja.

Hanya kurang dari 40 menit waktu yang tersisa untuk mereka.

Ini adalah awal yang buruk. Mengetahui betapa pentingnya bertemu dengan para manajer senior mereka, jika mereka gagal untuk menciptakan kesan baik untuk para manajer itu, tidak akan mungkin untuk menjadwalkan pertemuan lagi setelah ini. Apalagi mengharapkan Presiden Kang membantu mereka untuk proyek ini.

Kenapa mereka mengalami nasib buruk seperti ini? sudah sangat sulit untuk menjadwalkan sebuah pertemuan. Siapa kemungkinan yang bisa memotong antrian dan berbicara dengan presiden untuk sekian lama?

Hampir pukul lima sore. "Aku pergi ke toilet," kata Lin Qian. Ketika dia mendorong pintu terbuka, dia melihat sekelompok orang meninggalkan sisi lain dari ruang tunggu kantor itu, semuanya berpakaian rapi. Ruangan Presiden Kang berada di arah yang sama. Kelompok itu dipimpin seseorang yang tinggi, tampan, dan sedang tersenyum....siapa lagi kalau bukan Chen Zheng?

Diikuti oleh sekelompok pegawai, dia berjabat tangan dengan wakil direktur itu. "Terima kasih banyak, Tuan Liao. Kau bisa berhenti di sini saja. Pertemuan dengan Presiden Kang sangat menyenangkan, semoga tadi tidak terlalu lama. Kita bertemu lagi untuk secangkir teh di lain waktu."

"Terima kasih. Aku akan mengantarmu keluar," kata wakil direktur itu dengan senyum lebar di wajahnya.

Tiba-tiba Chen Zheng sepertinya menyadari sesuatu. Dia menengadah ke arah pintu. Dengan Lin Qian berdiri di luar, terlambat untuk bersembunyi. Dia hanya bisa berdiri di situ dan memandangnya dari kejauhan.

Tidak mengejutkan bagi Chen Zheng melihat Lin Qian disana. Sudut bibirnya sedikit dinaikkan, kemudian dia pergi dikelilingi oleh stafnya.

...

Saat ini, Presiden Ming Sheng, Kang Mingcong, duduk diatas sofa besar yang nyaman di dalam kantornya, menggosok kening di antara kedua alisnya.

Sebagai seorang pengusaha di usia 50-an, dia terlihat tegas dan keras. Biasanya dia pendiam, namun untuk orang yang telah mengenalnya, datang dari latar belakang insinyur, dia mempunyai banyak rencana dan ide-ide cemerlang untuk manajemen dan pengembangan bisnis.

Proyek pengadaan kali ini untuk membeli tas kantor yang sama untuk sepuluh ribu pegawai yang bekerja di semua cabang perusahaan yang tersebar di 30 provinsi. Dia percaya bahwa ketika itu menyangkut citra perusahaan secara keseluruhan dan cara mereka memperlakukan stafnya, terlepas dari besarnya proyek, kualitas selalu merupakan hal yang paling penting.

Berurusan dengan New Bori dan SMQ membuatnya sadar bahwa mengenai yang pertama, walaupun mereka memiliki kualitas yang bagus dan berada di peringkat atas dalam industri, harga yang mereka tawarkan agak tinggi. Mempertimbangkan New Bori juga memasok beberapa BUMN, harga yang dikenakan hanya akan semakin tinggi. Karenanya, New Bori sudah dieliminasi olehnya.

Walaupun SMQ tidak kompetitif seperti New Bori, mereka bersedia menyediakan produk berkualitas tinggi dengan harga terendah di pasaran. Ketika pertama kali dia bertemu Chen Zheng, dia bukan penggemar berat pemuda yang dangkal dan penuh kepalsuan itu. Namun mereka terus berhubungan, dan seiring mereka berbicara, Kang Mingcong lambat laun terbiasa dengannya. Disamping itu, SMQ dan Chen Zheng keduanya mendapatkan penilaian positif dari para manajer di departemen lain; sehingga Kang Mingcong tidak mempunyai masalah untuk mempercayakan proyek itu dengannya.

Dia telah menjadwalkan sebuah rapat dengan Chen Zheng setelah diberitahu bahwa mereka perlu mendiskusikan masalah serius. Hal yang pertama kali dilakukan Chen Zheng adalah memperkenalkan produk utama terbaru SMQ. Dia juga menghadiahkan Manual GO antik2 kepada Kang Mingcong.

Kang Mingcong pun ketagihan setelah membalikkan beberapa lembar. Tidak dipungkiri lagi bahwa hadiah itu sangat tepat di benaknya.

Kemudian Aida, diperkenalkan oleh pemegang saham asing? dia pun telah mendengar bahwa mereka berada di ujung kebangkrutan----Tuhan tahu mereka mempunyai koneksi dengan pemegang saham asing. Dia mungkin juga bertemu dengan mereka hanya untuk mengakhiri sampai disitu.

...

Beberapa menit lewat dari pukul lima ketika Gu Yanzhi dan Li Zhicheng memasuki kantor Presiden Kang.

Lin Qian duduk di ruang rapat kecil itu. Terpisahkan sebuah tembok, dia menatap ke arah pintu ruangan Presiden Kang yang tertutup, berharap agar mereka keluar selarut mungkin.

Dia khawatir apabila mereka segera disuruh pergi setelah baru masuk selama 10 menit atau lebih di dalam rapat. Dia juga terus-terusan menyalahkan Chen Zheng karena keterlambatan itu. Sungguh merupakan hal yang sederhana dan cerdas yang dilakukan Chen Zheng, membuat jadwal rapat dengan Presiden Kang yang memakan waktu lama tepat setelah penerbangannya. Dia pasti sangat lelah. Juga, Presiden Kang mempunyai jadwal makan malam pukul 5:30, sehingga rapat mereka tidak dapat berlangsung lebih dari 25 menit.

Jam segera menunjukkan pukul 5:30 petang. Mata Lin Qian tertuju pada pintu itu.

Wakil direktur itu juga menyadari waktu yang berlalu. Dia berjalan, mengetuk pintu, dan menyembulkan kepalanya ke dalam ruangan. Lin Qian tidak yakin apa yang dikatakannya, namun dia segera mundur, dan mendorong pintu hingga tertutup dengan perlahan.

hmm?

Lin Qian bertukar pandangan dengan Xue Mingtao; keduanya diam.

Pukul 5:45 petang, mereka masih di dalam.

[fuzzy]Pukul 6:00 petang, mereka masih di dalam.

Wakil direktur mengetuk pintu, menyembulkan kepalanya seperti yang dilakukannya terakhir kali, dan lagi-lagi pergi dengan tenang. Lin Qian menduga jadwal makan malamnya telah dibatalkan ketika dia melihat wakil direktur itu menelepon seseorang dari ruangan lain.

Lin Qian dan Xue Mingtao pun merasakan kegembiraan. Sepertinya pertemuan itu berjalan baik? Pasti. Walaupun Li Zhicheng bukan yang terbaik dalam sebuah percakapan, dengan pengalaman dan pengetahuan Gu Yanzhi di bidang industri bisnis ini, mungkin mereka memenangkan hati Kang Mingcong.

Jam menunjukkan pukul 6:30, dan mereka masih di dalam.

Ketika itu pukul 7:00, gagang pintu berputar, dan pintu didorong terbuka. Gu Yanzhi keluar dari ruangan terlebih dahulu, tersenyum. Diikuti oleh Li Zhicheng, yang memiliki sedikit senyuman yang mengerutkan alisnya yang lembut; dia terlihat menengadah ke arah Lin Qian. Terakhir, Kang Mingcong keluar dari ruangannya, terlihat ceria.