Aku hening dalam ketidakpercayaan. Aku sampai tidak merasakan tubuhku untuk sesaat, seolah mati rasa, sebelum berbagai perasaan itu mengalir bersama darahku dan berkumpul di satu titik yang sama, seperti arus balik listrik yang bertolak belakang lalu menyengat jantungku dengan tegangan tinggi.
Tanpa memikirkan apapun, aku segera menghempaskan tangan Daehyun yang menjerat tanganku, kemudian berlari menuju peti mati hitam dengan bunga untuk melihatnya lebih jelas.
Ketika berada satu meter jauhnya, tiba-tiba aku berhenti dengan hati ragu dan bibir terkatup rapat. Aku menatap peti mati hitam itu dengan banyak perasaan di dadaku, yang seakan diaduk oleh tangan besar dan dingin sekaligus.
Aku takut untuk melangkah. Aku takut untuk sebuah kebenaran. Tetapi, jauh dari itu semua, aku begitu ingin melihatnya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com