Hujan kian deras di tengah perjalanan mereka, dan tidak ada pertanda untuk berhenti dalam beberapa saat ke depan, sama seperti saat ia jatuh sebagai gerimis lalu menjadi hujan lebat yang tak henti-hentinya mengguyur kota yang ribut ini. Seolah-olah hujan turun hanya untuk membawa ketenangan, Kota Seoul yang tak pernah tidur menjadi sangat tenang, seolah-olah semua keceriaan dan kegilaan di dalamnya tersamarkan oleh gemuruh hujan.
Setelah pembicaraan itu, mereka kembali terdiam dalam keheningan. Song Yohan sibuk di kursi pengemudi dengan memegang setir, sementara Park Chunghee dengan sengaja menyibukkan diri di sampingnya dengan menatap suasana kota di saat hujan dari balik jendela, dan seketika kesedihan yang tadinya Park Chunghee lupakan kembali teringang di kepalanya, seperti sebuah nyanyian duka cita yang terdengar jelas di benaknya.
Hingga, suara Song Yohan memecah keheningan, dan mengembalikan suasana mereka yang lebih baik seperti sebelumnya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com