webnovel

LOVE IN THE PAST LIFE

Surya Dewangga memiliki keluarga yang lengkap. Rumah tangganya sempurna seperti impian semua pasangan. Istri yang pengertian dan dua anak manis melengkapi kebahagiannya. Namun, dunianya tergoncang saat ia satu persatu bertemu dengan jiwa keluarga dari kehidupan sebelumnya. Mereka seperti bereinkarnasi bersama lagi. Sesuatu yang tak mudah untuk dipercayainya. Mulai dari anak-anaknya yang lain hingga sosok perempuan yang dulu menjadi istrinya. Dan nyatanya perasaan itu masih sama. Tak berubah! Sungguh membingungkan dan tak masuk logika. Tugas terberatnya adalah menyelesaikan urusan masa lalunya tanpa bertabrakan dengan alur hidupnya saat ini. Mampukah?

Dione_Vee · realistisch
Zu wenig Bewertungen
31 Chs

Penyembuhan

"Lissa, duduk sini, Nak." Abah Rudi memanggil si Rambut Jerami.

Lissa memandang pada Surya, seolah meminta izin. Tanpa perlu berkata-kata. Surya sudah tahu maksud anaknya itu, ia minta ditemani.

"Oke, jangan takut. Papa temani Lissa," ujarnya.

Surya menggandeng Lissa mendekati Abah. Lalu keduanya diminta duduk bersila di hadapannya.

"Duduk yang tenang di depan saya ya!" perintah Abah.

Surya sedikit khawatir Lissa harus menjalani prosesi yang tak wajar. Ia memperingatkan sekaligus mewanti-wanti Abah Rudi.

"Tolong jangan sakiti dia, jangan lakukan hal yang aneh-aneh padanya," ucap Surya.

Abah hanya menggeleng sambil tersenyum kecil. "Mana mungkin saya berani menyakiti dia, Tuan Muda. Saya hanya ingin menghilangkan energi negatif yang mengikuti dia, agar dia bisa tumbuh jadi anak yang normal." Abah menjawab dengan yakin.

"Apakah prosesnya lama?" tanya Surya masih bimbang.

"Tidak lama, secukupnya saja, sampai anak ini merasa tertidur dan nyaman. Pelan-pelan nanti akan saya bersihkan tubuh halusnya," jelas Abah Rudi.

Surya masih belum yakin, juga belum paham apa yang akan dilakukan Abah Rudi pada Lissa. Tetapi, hati kecilnya berbisik, tak ada salahnya dicoba, selagi itu tidak membahayakan Lissa.

"Tapi sebentar, saya mau mengabari istri saya dulu. Saya harus bilang kami baik-baik saja, sebab kalau tidak bisa-bisa polisi segera datang menggerebek tempat ini," ujar Surya.

Ia teringat pesan yang tadi dia kirimkan pada Gita dan Sarah, bahwa jika dalam waktu 3 jam setelah tak ada kabar lagi darinya, maka mereka harus melapor pada polisi.

Abah Rudi tersenyum tipis. "Ya, silakan, Tuan Muda. Maafkan saya. Sekali lagi maafkan saya yang telah membuat kegaduhan ini," ujarnya.

"Akan saya maafkan kalau usahamu menolong Lissa berhasil," jawab Surya.

"Oke, setuju." Abah Rudi menyanggupi permintaan Surya. "Baik kita mulai sekarang?" tanyanya.

Abah Rudi sudah duduk bersila di depan Lissa dan Surya. Tangannya terbuka seperti sedang mengumpulkan kekuatan. Surya diam saja memperhatikan tingkah mantan sais kudanya itu.

Seumur hidup Surya tak pernah percaya dan tak pernah mau berhubungan dengan hal-hal klenik atau magic semacam ini. Tapi siapa sangka, kali ini ia harus berurusan dengan itu.

Surya cepat mengirimkan pesan pada Sarah. Ia mangabarkan kalau sudah bertemu dengan Lissa. Semuanya baik-baik saja dan tak harus lapor polisi. Sudah. Begitu saja isi pesannya.

Perhatian Surya kembali tertuju pada apa yang akan dilakukan oleh Abah Rudi. Lelaki itu tampak sudah memulai pengobatannya. Ya, kini Surya tahu nama praktek seperti itu. Orang-orang menyebutnya pengobatan alternatif.

Surya mengulum senyumnya di ujung bibir. Ia sungguh ingin menertawakan dirinya dan orang-orang yang ada di situ, segalanya tampak lucu dan patut ditertawakan.

Namun, saat dilihatnya sikap Abah Rudi yang sangat serius, Surya berusaha bersikap wajar. Ia diam dan mengamati saja.

Abah Rudi meletakkan telapak tangannya di atas kepala Lissa. Matanya terpejam, mulutnya sesekali komat-kamit, terdengar membaca doa dan merapal mantra yang sama sekali tak pernah didengar oleh Surya.

Murid-murid Abah yang mengelilinginya melakukan hal serupa. Mereka terdiam, duduk bersila dan memejamkan mata dan ikut memanjatkan doa-doa khusus.

Surya menengok pada Rachmat. Pemuda itu juga kebetulan melhat ke arahnya. Ia hanya mengangkat bahu, sementara tangannya sibuk memegang ubi rebus. Bisa-bisanya di kala situasi begini orang itu malah makan! Rutuk Surya sambil memutar bola matanya. Dasar Rachmat!

Tahu dimarahi Surya lewat pandangan matanya, Rachmat hanya terkekeh tanpa suara. Ia terus makan dan seperti asyik melihat pertunjukan istimewa di depannya.

Lissa duduk tenang di samping Surya. Sebelah bahunya bersender di badannya. Lama kelamaan anak itu terlihat menguap dan mulai memejamkan mata.

Benar saja, tak lama kemudian Lissa jatuh tertidur, bersandar pada Surya. Lelaki itu menopang tubuh Lissa agar tidak jatuh. Sementara Abah Rudi meneruskan pengobatan alternatifnya.

Ada kira-kira setengah jam ritual itu berlangsung. Keringat tampak bercucuran di tangan dan wajah Abah. Ia berkeringat di saat yang lain kedinginan. Surya sedikit heran dengan hal itu tapi ia tak mau menanyakannya.

Abah Rudi menangkupkan kedua tangannya saat dirasanya penyaluran energi untuk Lissa sudah cukup.

"Sudah selesai," ucapnya.

"Sudah selesai? Sudah pasti sembuh?" tanya Surya tak sabaran.

Abah Rudi tersenyum. "Kesembuhan adalah kuasa Tuhan YME, saya hanyalah perantaranya saja," katanya dengan bijak. Lihat, sekarang anak ini bisa tertidur dengan tenang dan damai. Ia tak akan lagi dihantui mimpi-mimpi buruk kecuali saat tertentu.

"Kecuali saat yang bagaimana, Abah?" tanya Surya sambil mengernyitkan dahinya.

"Saat ia bertemu lagi dengan orang-orang yang ada hubungan dengannya di masa lalu. Mungkin dia akan merasakan sakit atau pusing lagi, tapi semoga tidak separah kemarin saat bertemu dengan Pak Surya," jelas Abah Rudi.

Surya mengangguk meskipun tak sepenuhnya paham. "Jadi, ada orang lain lagi selain kita bertiga?" Surya iseng bertanya.

Abah Rudi mengangguk. "Ya, betul. Tadi saya melihatnya begitu, ada sosok-sosok lain yang dulunya saling terkait dan kini akan bertemu lagi," paparnya.

"Seperti tak masuk akal," simpul Surya. Ia memang masih saja beranggapan semua itu hanyalah halusinasi saja.

Abah Rudi tersenyum lagi. "Tak apa saat ini Tuan tak mengerti dan tak mau menerima kenyataan ini, tapi nanti jika sudah sampai waktunya, Tuan tahu ada saya di sini. Saya siap membantu kapan saja," ujarnya.

"Ya, terima kasih," Surya menjawab pendek.

Abah Rudi mengambil gelas berisi teh di sampingnya. Ia pun seperti terkuras tenaganya setelah menyalurkan energi untuk membersihkan tubuh Lissa.

"Tuan Muda minumlah dulu. Buat apa saya meracun? Saya masih waras dan tak mau melakukan kejahatan yang merugikan banyak orang," ujar Abah Rudi.

Surya mundur sambil membopong tubuh Lissa yang masih tertidur pulas. Ia kemudian membaringkannya di atas pahanya.

Abah Rudi terdengar memanggil seseorang yang ada di dalam. Lelaki nyentrik itu menyuruh membawakan bantal untuk Lissa.

Tak lama kemudian, seorang anak perempuan muncul sambil membawakan selimut dan bantal Surya menerimanya dan mengucapkan terima kasih.

Dengan telaten Surya membuatkan alas tidur. Kemudian hati-hati dibaringkannya Lissa di sana. Ditatapnya anak berumur 5 tahun itu dalam-dalam.

'Benar, raut muka anak ini sekarang jadi lebih tenang dan santai. Tidurnya pun seolah seperti orang tersenyum. Cantik sekali.

"Bagaimana Tuan Muda? Sudah ada perubahan pada anak itu?" tanya Abah Rudi.

"Lissa tidur nyenak, sepertinya ia nyaman sekali dan tidak bermimpi buruk lagi," jawab Surya.

"Jika Abah bisa menolong Lissa, apakah artinya dapat menolong saya juga?" cetus Surya bertanya.

"Tentu saja, bukankah tadi saya sudah memberikan segelas air putih dan perasaannya Tuan berubah membaik setelah itu?" Abah Rudi balik bertanya.

"Iya, betul. Ada perubahan. Maksud saya, bisakah saya ditransfer energi seperti pada Lissa tadi?" tanya Surya tak malu lagi.

"Bisa. Tentu saja bisa. Tuan bersedia melakukannya sekarang?" tanya Abah Rudi.

"Saya mau mencobanya," jawab Surya. Lelaki itu kemudian duduk bersila dengan tenang di hadapan Abah Rudi.

" Baik. Tuan Muda coba buka telapak tangannya," perintah Rudi.

Surya sedikit berpikir, dia mengira akan mendapatkan penanganan seperti Lissa.

"Santai saja, Tuan. Tak usah takut dengan apapun."