webnovel

Lonely Moon

Ryan adalah seorang pemuda yang memiliki banyak permasalahan sejak masa kecilnya. Dia menghabiskan hidupnya untuk mencari makna dari kehidupannya. Sampai suatu ketika, Lisa yang merupakan teman SMAnya kembali lagi ke dalam kehidupannya. Hari-hari tenang yang dialami oleh Ryan pun berakhir. Permasalahan-permasalahan mulai bermunculan kembali di dalam kehidupannya. Belum lagi ada wanita lain yang bernama Bella juga ikut mewarnai kehidupan Ryan. Sampai pada akhirnya, dia pun membuat suatu pilihan yang merubah hidupnya selamanya.

AliefK · Teenager
Zu wenig Bewertungen
6 Chs

Chapter 4 - Keserakahan

BAHWA

aku bisa menjalani hidupku sampai saat ini adalah hasil dari kemandirianku. Sejak perceraian orang tuaku, kematian ibuku, dan kematian pamanku, aku dituntut untuk selalu mandiri. Aku tidak pernah bergantung pada siapa pun lagi karena hal itu pasti akan membuatku kecewa. Tetapi untuk saat ini, mungkin hanya untuk sekali ini saja aku ingin mempercayai hal itu.

Tiga hari menjelang event, Lisa mengajakku untuk makan malam berdua. kebetulan saat itu Bella sedang mempersiapkan event tersebut sehingga tidak bisa ikut kami. Kami pun pergi ke kafe langganan kami. Di sana seperti biasa, kami memesan makanan dan minuman yang sama. Ketika menunggu pesanan kami tiba, kami berbincang-bincang mengenai kehidupan Lisa. Lisa mengatakan ingin kembali ke masa SMA, ketika kami tidak banyak memikirkan tentang kehidupan ini. Namun, ada yang salah dari pernyataan Lisa tersebut. Tidak seperti kebanyakan orang yang baru memikirkan kehidupan ini sejak memasuki dunia kerja, aku Sudah memikirkannya sejak kecil dan bahkan menyadari kenyataan pahit sejak umur 6 tahun.

"Eh kamu suka sama si Bella?" Tanya Lisa tiba-tiba.

"Hah? Abstrak sekali pertanyaanmu. Tiba-tiba sekali." Jawabku spontan.

"Sudah jawab aja." Tanya Lisa lagi dengan sedikit memaksa.

Karena merasa kurang nyaman dengan topik obrolan kami, aku pun pergi ke toilet. Di toilet aku hanya memandangi kaca dan membasuh muka. Setelah itu aku berjalan kembali ke meja. Aku terkejut melihat Lisa sedang duduk bersama cowok lain di meja kami. Sepertinya cowok tersebut bermaksud menggoda Lisa. Aku segera menghampiri mereka. Melihatku yang menghampirinya, Lisa langsung berdiri untuk meraih tanganku, tetapi tangannya langsung disambar oleh cowok tadi.

"Ada apa ini ya?" Tanyaku dengan tegas.

"Ini Yang, cowok ini godain aku." Jawab Lisa spontan.

Aku terkejut dengan ucapan Lisa tersebut, tetapi melihat situasi ini sepertinya aku harus mengikuti skenario Lisa.

"Ini cewek lu bro?" Tanya cowok tersebut.

"Iya ini cowok gue, kenapa?" Ucap Lisa.

"Gue gak nanya ke lu." Jawab cowok tersebut.

"Iya ini cewek gue, kenapa lu godain?" Jawabku secara terpaksa.

"Buat gue aja ya, tipe gue banget ini." Ucap cowok tersebut.

"Ih najis." Ucap Lisa sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman cowok tersebut.

"Apa lu bilang?" Tanya cowok tersebut dengan nada membentak dan secara spontan menampar Lisa.

Aku tekejut melihat hal itu di depan mataku dan secara spontan langsung menendang perut cowok tersebut.

Bhuk

Dia terjatuh menghantam meja dan kursi sehingga membuat kegaduhan. Tidak terima atas perlakuanku, cowok tersebut langsung berdiri dan ingin memukulku. Karena dari segi fisik aku lebih tinggi dari dia, aku juga mengepalkan tanganku dan berusaha memukul wajahnya. Ternyata pukulanku yang dulu mengenai dia dan dia pun terjatuh lagi.

Bhuk

Melihat kegaduhan tersebut, pihak kafe mendatangi kami dan melerai kami. Lisa masih duduk di bawah sambil memegangi pipinya yang telah ditampar. Aku segera menggapai tangannya dan melihat kondisi pipinya. Pipinya tampak memerah karena tamparan keras cowok tadi. Aku langsung membawa Lisa untuk keluar dari tempat itu sedangkan cowok tadi sudah diamankan oleh pihak kafe. Setelah mendengar penjelasan kami, pihak kafe meminta maaf atas kejadian tersebut dan kami pun segera keluar dari kafe tersebut.

Di dalam mobil, Lisa lebih mengkhawatirkan keadaanku. Dia bertanya apakah aku terluka.

"Yan gimana, kamu tidak apa-apa kan?" Tanya Lisa panik.

"Kamu gimana sih kok nanya aku. Itu urus dulu pipimu." Jawabku dengan nada marah.

"Lah kan kamu yang berantem Yan, beneran tidak apa-apa kan?" Tanyanya lagi dengan panik.

Aku hanya terdiam dan tidak menjawab. Aku segera menuju ke minimarket terdekat. Sesampainya di sana, Lisa ku minta untuk turun dan menunggu di kursi di teras depan minimarket. Setelah keluar dari minimarket aku membawa 2 potong es krim. Melihatku membawa es krim, Lisa langsung bertanya.

"Buat apaan sih kok beli es." Tanya Lisa.

���Sudah diam aja kamu." Jawabku sambil mendekatinya.

Aku menyeret kursiku agar lebih dekat dengan Lisa dan duduk di kursi tersebut. Aku langsung menempelkan es krim yang ku bawa ke pipi Lisa. Lisa yang terkejut langsung memundurkan badannya sambil berkata.

"Ih apaan sih." Ucap Lisa.

"Sudah diam aja, nanti bengkak." Jawabku sambil menempelkan es ke pipinya lagi.

Pantas saja Lisa digoda oleh cowok tadi. Ketika aku memandang wajah Lisa dari dekat, Lisa memang sangat cantik hari ini. Dengan rambut tergerai lurusnya, bibir ranumnya, badan proporsionalnya, dan wangi yang memancar dari badannya. Sungguh sangat menggoda bagi para lelaki.

"Kamu ngapain sih dandan seperti ini?" Tanyaku kepada Lisa.

"Kamu buta ya? Aku tiap hari juga seperti ini." Jawabnya dengan ketus.

Setelah mengkompres pipinya cukup lama, aku memberikan potongan es krim tersebut kepada Lisa.

"Nih buat kamu, makan aja." Ucapku pada Lisa sambil menyodorkan kedua es krim tersebut.

"Satu buat kamu nih.��� Ucap Lisa sambil menyodorkan 1 es krim.

"Tidak ah, bekas pipimu." Jawabku.

"Sudah jangan banyak omong, nih." Ucap Lisa sambil membuka bungkus es krim dan menyodorkan ke mulutku.

Karena mulutku tertutup, es krim tersebut membuat mulutku belepotan. Lisa yang melihat wajahku seperti itu langsung tertawa terbahak-bahak, sedangkan aku berusaha membersihkan mulutku.

Setelah itu kami berbincang-bincang sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk pulang. Aku mengantarkan Lisa kembali ke apartemennya. Lisa memintaku untuk tidak menceritakan hal ini kepada Bella karena akan membuat Bella khawatir. Aku pun menyetujui permintaan Lisa tersebut. Sesampainya di depan apartemennya Lisa bekata.

"Thanks ya buat malam ini, sorry banget ada kejadian tadi." Ucap Lisa.

"Santai aja. Kompres lagi tuh pipimu biar tidak kelihatan sama Bella." Ucapku.

"Oke." Ucap Lisa sambil berjalan memasuki apartemennya.

Aku pun segera menjalankan mobilku untuk kembali ke apartemenku.

***

Setelah kejadian tersebut, aku tidak bertemu Lisa dan Bella karena sibuk dengan pekerjaanku. Sehari sebelum event dilaksanakan, Pak Tony mengumpulkan tim perusahaanku. Beliau melakukan cek ulang terhadap semua persiapan yang telah kami siapkan sebelum memberikan laporan kepada Pak Noval. Pak Tony mengapresiasi semua yang telah kita lakukan dan berencana akan memberikan bonus tambahan jika event ini berjalan lancar. Setelah semua persiapan sudah selesai, kami segera meluncur ke venue untuk meeting akhir bersama tim kolaborasi yang dipimpin oleh Pak Noval.

Saat perjalanan menuju ke tempat tersebut, terdapat chat masuk di HPku. Sontak Deni langsung berkomentar,

"Balas tuh dari pacarmu." Ucap Deni sambil tertawa saat mengendarai mobil.

"Tuh kan Sa, apa aku bilang Mas Ryan sudah punya pacar." Sahut Vivi dari kursi belakang.

"Apaan sih." Jawabku ketus.

Setelah itu aku memeriksa HPku, ternyata chat tersebut berasal dari Fery. Dia mengatakan kalau saat ini sedang berada di Indonesia dan ingin bertemu. Fery merupakan temanku dari kecil selain Daniel. Dia adalah satu-satunya sahabat yang tidak pernah mengecewakanku di saat yang lain mengkhianatiku. Fery dan Daniel merupakan tetanggaku waktu aku masih tinggal dengan ayah dan ibuku. Namun, sejak kelas 1 SMA aku sudah tidak pernah mendengar kabar Daniel lagi karena sudah pindah ke kota lain sedangkan Fery selalu bersamaku. Saat kelas 2 SMA, aku dan Fery mulai kenal dengan Lisa dan Ilham. Kami sering kumpul bersama, mungkin lebih tepatnya kerja kelompok bersama karena aku adalah orang yang introvert.

Saat lulus SMA, Lisa memutuskan untuk kuliah di tempat lain sesuai keinginan orang tuanya. Sedangkan aku, Fery, dan Ilham secara kebetulan diterima di kampus yang sama. Karena terhalang oleh jarak dan berbagai kejadian, pada akhirnya hanya Fery yang masih bersamaku. Tetapi hal tersebut juga tidak berjalan lama karena Fery memutuskan untuk melanjutkan studynya di UK. Aku dan Fery masih sering berbagi kabar. Dia menceritakan tentang kehidupannya di sana dan tentang teman-teman barunya. Sedangkan aku hanya menceritakan tentang kehidupanku yang biasa-biasa saja. Aku membalas chat Fery dengan memintanya datang di event besok. Untuk sekedar berkumpul dan bertemu dengan Lisa. Fery menyetujui hal tersebut dan kami berjanji untuk bertemu besok.

Tidak terasa mobil kami sudah sampai di venue. Kami langsung turun dan menuju ke ruang meeting. Sesampainya di sana, Pak Noval sudah ada di ruangan terlebih dahulu dengan beberapa anggota tim lainnya. Setelah semua anggota tim datang, meeting pun dilaksanakan. Kemudian kami berkeliling untuk melihat persiapan stage. Wajah Pak Noval terlihat bahagia dengan hasil dari semua persiapan yang telah tim lakukan. Beliau berharap bahwa event besok akan berjalan dengan lancar.

Malam pun sudah tiba. Saatnya kami kembali untuk pulang. Deni mengajak tim kami untuk makan malam terlebih dahulu sebelum pulang. Katanya dia akan mentraktir kami dan akan membuat pernyataan. Aku Sudah mengetahui kalau dia akan mengatakan kalau sudah berpacaran dengan Lala. Deni segera meluncur ke restoran yang Sudah dipilihnya. Sesampainya di sana ternyata ada Bella dan Lala. Ternyata Deni mengajak mereka untuk bergabung bersama kami.

Setelah kami duduk dan memesan makanan, Deni kemudian berdiri dan menggenggam tangan Lala. Lala pun ikut berdiri. Kemudian Deni mengatakan kalau mereka memutuskan akan segera menikah. Betapa terkejutnya aku, selama ini aku mengira mereka hanya berpacaran biasa. Ternyata Deni sudah sangat cocok dengan Lala dan mereka memutuskan untuk segera menikah. Sontak Bella, Vivi, dan Sasa langsung bertepuk tangan dan memberikan ucapan selamat. Aku pun kemudian mengikuti mereka.

Setelah aku menghabiskan makan malamku, aku pergi menyendiri untuk menikmati langit malam hari. Kebetulan karena ini restoran yang bagus, mereka memiliki kolam ikan dengan nuansa tradisional. Terdapat air mancur dari bambu yang mengeluarkan suara saat berbenturan dengan batu. Aku bersandar pada pagar setinggi perutku dan menikmati suasana saat itu. Sungguh suasana yang sangat indah. Tanpa terasa ternyata Bella datang menghampiriku. Dia berdiri di sampingku dan ikut bersandar seperti yang aku lakukan.

"Lagi apa Yan?" Tanya Bella.

"Lagi melihat bulan aja. Bulan itu kasihan ya. Dia Sudah sendirian dan hanya bisa memantulkan cahaya matahari. Tidak memiliki cahayanya sendiri. Kalau ada awan yang gelap, dia pun bisa hilang tidak tampak. Sama seperti hidup aku haha." Ucapku.

Entah apa yang aku katakan saat itu dan bagaimana aku bisa mengucapkan kata-kata itu. Sungguh memalukan, seperti bukan diriku biasanya. Dan ditengah-tengah kebingunganku tersebut, Bella pun menjawab.

"Tidak kok Yan, Bulan tidak sendirian. Dia memiliki banyak teman. Tuh lihat." Jawab Bella sambil menunjuk ke arah bintang-bintang.

"Walaupun bulan hanya memantulkan sinar matahari, tetapi dia memberikan kenyamanan yang berbeda dari matahari. Sinarnya sangat lembut dan kamu bisa melihat bulan secara langsung, tidak seperti matahari. Dan bulan tidak pernah hilang, dia di siang hari pun masih bisa terlihat. Di mana pun dan kapan pun akan selalu ada." Ucap Bella.

Aku pun terkejut mendengar perkataan Bella. Suasana hening sempat menyelimuti kami sejenak sebelum Bella mulai berkata lagi.

"Kamu tidak sendirian Yan, ada aku kok di sini. Kalau kamu seperti bulan, aku akan menjadi bintangnya yang akan selalu menemanimu." Ucap Bella.

Sungguh perkataan yang sangat lembut ditambah suasana yang sangat indah saat ini. Tanpa ku sadari aku langsung menggenggam tangan kecil Bella. Karena terhanyut oleh suasana ini, aku pun langsung memeluk tubuh mungilnya. Saat tubuh kami bersentuhan, aku seakan melupakan semua masalahku selama ini. Serasa dunia hanya milik kami berdua. Terasa hanya ada saat ini tanpa ada masa lalu dan masa depan.

Hanya saat ini, satu-satunya waktu yang tidak ingin aku cepat akhiri.

Hanya saat ini, kebahagiaan akhirnya ku dapatkan lagi.

Hanya saat ini, izinkan aku untuk bahagia, Tuhan.

Begitulah manusia, ketika ia mendapatkan sesuatu.

ia akan mengharapkan sesuatu yang lebih.