webnovel

Last Boss

Kenapa Iblis itu harus dibunuh? Pertanyaan itu muncul di kepalanya ketika ia diminta untuk mengisi kuisioner setelah dirinya berhasil mengakhiri game yang baru saja keluar kemarin. Edward, dia adalah seorang pelajar SMA tahun terakhir yang memiliki hobi bermain game. Dia adalah seorang maniak, hampir semua game yang dikeluarkan 2 atau 3 tahun sudah ia selesaikan. Game baru keluar, Aester World, ia menamatkannya hanya dalam waktu kurang dari 48 jam. Game menunjukkan credit staff yang terlibat bergerak ke atas sebagai tanda akhir dari permainan, namun ketika kredit selesai muncul sebuah pertanyaan. Ia berpikir jika itu hanya ulasan untuk iklan game mereka, namun semakin lama muncul pertanyaan yang semakin aneh. Hingga terakhir muncul sebuah pertanyaan yang tidak bisa ia jawab. Kalau begitu, bagaimana jika Kamu menjadi Raja Iblis? Monitor seketika berubah menjadi warna putih, cahaya dari layar menjadi sangat terang daripada biasanya sampai membutakan matanya untuk sesaat, lampu kamar tiba-tiba menyala sangat terang lalu meledak. Ruangannya bergetar hebat seolah di terjang gempa, ia melompat dari kursi karena panik, berlari kearah pintu keluar. Ketika matanya terbuka, semuanya berubah. Tidak ada lagi ruangan sempit yang berantakan, tidak ada lagi cahaya monitor yang menjadi sumber cahaya ruangannya. Semuanya berubah, hanya ada ruangan luas dengan cat merah gelap, ranjang yang luas, dan seorang perempuan yang siap melayaninya kapan saja. Ia berubah menjadi Boss Terakhir dari game Aester World, mungkin itu terdengar sangat luar biasa namun tidak untuknya ketika tahu takdirnya akan berakhir di tangan sang pahlawan. "Jangan bercanda! Aku tidak mau hidup ku berakhir! Aku akan bertahan hidup dan mengubah takdir ku!"

Sonzai · Fantasy
Zu wenig Bewertungen
181 Chs

Chapter 83 - Kerajaan Uridonia

Memandangi pemandangan pepohonan rindang yang disajikan restoran, tidak jarang ia melihat burung-burung berterbangan bermain dibalik pepohonan. Begitu menenangkan pikiran Void untuk sesaat hingga dirinya lupa jika ia masih berada di Kota yang sebelumnya memberontak.

Makanan diatas meja telah habis, kecuali piring Roxine yang masih tersaji daging burung yang dipanggang. Menatap gemas melihat gadis ajin itu yang sangat fokus dengan makanannya, sang Kaisar hanya tersenyum sembari sesekali mengelus kepala Roxine.

"Hidangannya benar-benar luar biasa, aku menikmatinya," ucap Void memuji sang pemilik restoran yang berdiri cukup jauh dari mereka.

Pujian yang sederhana tetapi menjadi hadiah besar untuk sang pemilik restoran, dirinya membungkuk seraya berterima kasih kepada sang Kaisar.

"Paduka, apa ada tempat lagi yang ingin anda kunjungi?" Tanya Corvus.