"Baik Yang Mulia, semoga kisah hamba yang hamba ceritakan ini dapat menjawab pertanyaan yang ada di benak Yang Mulia saat ini, cerita hamba ini sudah hamba sederhanakan, kalau Yang Mulia ingin membacanya dengan lebih teliti, kami mempunyai berjilid-jilid buku sejarah kaum Mer yang tersimpan di perpustakaan kota kami" kata Tetua Agil. " Kita punya perpustakaan?" tanya Laguna kagum, ternyata peradaban kaum Mer cukup berbudaya dan maju. " Tentu saja, peradaban kami hampir mirip dengan manusia, teknologi juga tidak kalah dibandingkan manusia, hanya saja menurut kami teknologi kami lebih ramah lingkungan daripada yang manusia punya, bagaimana? sudah siap mendengarkan kisah kaum Mer?" tanya Tetua Agil dan Laguna pun mengangguk. Lalu tetua Agil pun mulai mengisahkan asal muasal Kaum Mer.
"Alkisah, Sang Hyang Gusti menciptakan Manusia untuk menguasai daratan dan Kaum Mer untuk menguasai Lautan. Kalau Sang Hyang Gusti menempatkan Manusia pertama di sebuah Taman yang Indah sebagai rumah mereka, Kaum Mer pertama di tempatkan di Atlantis, dahulu Kaum Mer dan Manusia tidak ada bedanya, hanya manusia lebih suka tinggal di darat dan mempunyai kuasa atas daratan, kaum Mer sebaliknya, senang melaut dan berkuasa atas lautan, Dahulu daratan lebih luas dari lautan, tetapi tidak ada masalah bagi manusia maupun kaum Mer, awalnya mereka saling bahu membahu dan hidup berdampingan. Seiring waktu manusia dan kaum Mer bertambah banyak dan semakin jahat, iri dan dengki tertanam dalam hati mereka, sama sama haus kekuasaan sehingga rela membunuh, mencuri, dan banyak kejahatan lainnya yang membuat Gusti murka. Maka Sang Hyang Gusti menenggelamkan bumi ini dengan air.
Terjadilah gempa bumi yang dashyat, hujan badai angin puting beliung yang belum pernah dilihat manusia maupun kaum Mer sebelumnya. Atlantis yang saat itu sudah menjadi kota pelabuhan yang sangat maju dan modern, bahkan lebih modern dibanding peradaban manusia saat itu, jatuh dan tenggelam ke dasar laut. Hanya segelintir manusia yang selamat bersama hewan hewan darat pilihan Gusti. Sedangkan Kaum Mer banyak yang musnah karena dahulu Kaum Mer seperti manusia, tidak hidup didalam laut. Tetapi Gusti mengaruniakan keselamatan kepada satu orang hambaNya, yaitu Raja Iravan, arti dari namanya adalah Raja lautan, Ia dan seluruh keluarganya sangat patuh terhadap Gusti, sehingga Gusti mengasihani mereka dan menyelamatkan mereka. Dan saat itu mereka menguasai kota Atlantis dibawah laut dan seluruh mahkluk laut yang ada di dalamnya, semua tunduk dibawah raja Iravan. Syaratnya dari Gusti hanya satu, jangan sampai monster monster di lautan yang hidup di lautan terdalam menyerang dan memangsa manusia. Jadi sejak saat itu kaum Mer terpisah dari manusia, dan manusia hidup damai tanpa gangguan dari mahkluk mahkluk monster laut. Tapi tidak selamanya kedamaian itu terjaga. Raja Iravan dan keluarganya tentu saja mempunyai keturunan, dan semakin hari semakin bertambah banyak, hingga ribuan bahkan jutaan, keturunannya tersebar ke seluruh samudera, dan tidak semuanya sepatuh dan sebaik raja Iravan, banyak yang memiliki sifat sifat kejahatan dalam hati mereka, haus kekuasaan, perang saudara, saling membenci dan membunuh, saling mengirimkan monster monster laut untuk membunuh saudaranya, bahkan mencari monster monster itu untuk diperbudak. Laut yang tadinya tempat yang damai indah hampir setiap hari menjadi merah. Badai selalu terjadi, pemberontakan dimana mana. Keturunan Raja Iravan bernama Coresy yang memimpin pemberontakan ini, ia adalah seorang yang sangat kejam, di daerah kekuasaannya yang berlaku adalah yang terkuat yang menang, menunjukan tanda tanda kelemahan sedikit saja pasti akan mati. Keturunan Raja Iravan yang masih setia siang dan malam berdoa kepada Yang Kuasa untuk menuntun mereka mencari jalan keluarnya karena Laut semakin hari semakin sakit dan rusak. Keseimbangan alam mulai terganggu dan manusia bisa merasakannya. Dan akhirnya Yang Kuasa Gusti mendengar jeritan mereka yang teraniaya, Dan mengubah bentuk Kaum Mer selama lamanya, Ia memberi bentuk duyung, ular, kuda laut, kepiting dan lain sebagainya lalu Gusti memberi mereka masing masing tugas yang harus diemban. Yang Mulia dapat mempelajarinya nanti apa saja tugas tiap klan, contoh yang paling gampang adalah saya, klan saya hidup untuk melayani ritual ritual keagamaan, kami kebanyakan adalah filsuf filsuf kaum Mer, dan kami tidak punya daerah tertentu, kami harus membaur dengan semua kaum . Klan duyung kebanyakan ada di perairan tropis, mereka adalah penjaga lautan, nanti Yang mulai akan bertemu dengan klan lainnya seperti klan kepiting yang biasanya ada di dekat gunung berapi dan tugasnya menambang batu mulia sekaligus menjaga gunung berapi tetap aktif tetapi tidak berbahaya. Tetapi untuk raja Coresy dan pengikutnya, sang Gusti merubah mereka menjadi mahkluk yang tidak bisa dimengerti, kuat tetapi tidak mempunyai akal budi. Mereka seperti hewan, dan mempunyai bahasa sendiri. Mereka ditempatkan di lautan terdingin dan terdalam di bumi, dimana sinar matahari tidak pernah tembus kedalamnya.
Dan pemersatu semuanya adalah klan Atlantis, mereka tidak berubah, tetap berwujud sebagai manusia, tetapi bila mau mereka dapat berubah wujud seperti kami, merekalah penjaga perdamaian kaum Mer, atau begitulah teorinya, masing masing individunya mempunyai kekuatan unik tersendiri, mereka memegang tampuk kekuasaan turun temurun. Kaum Mer rata rata berumur panjang, mungkin karena itu Gusti tidak mengaruniakan kepada kita kemampuan untuk bereproduksi secara aktif, kami hanya bisa mempunyai keturunan 1 atau 2 anak saja sepanjang kehidupan kami. Apalagi untuk klan Atlantis, sangat jarang terdengar kelahiran dari klan Atlantis. Jumlah mereka saat ini tidak lebih dari 20 orang. Karena itu kedatanganku sangat mengagetkan kami Laguna." kata Tetua Agil sambil menolehkan kepalanya pada Laguna, " Kau adalah keturunan Atlantis pertama yang muncul dalam 200 tahun terakhir ini."
"Aku? Aku adalah seorang Klan Atlantis? tapi.. tapi.. aku manusia.. atau tadinya manusia?!" kata Laguna.
" Kaum Mer adalah kaum yang matrilineal, keturunannya secara genetis selalu mengikuti gen ibunya. Kemungkinan ibumu adalah manusia dan ayahmu adalah seorang Klan Atlantis, yang mana orangnya hamba tidak tahu, yang hamba tahu, hubungan itu tak akan berhasil bila si manusia tidak mempunyai gen Mer, kalau tidak, saat membuka potensi yang mulia barusan tadi tidak akan ada perubahan yang terjadi, dan malahan bisa mengakibatkan kematian." kata Tetua Agil.
"Mengakibatkan kematian? kenapa baru bilang sekarang? kalau tadi aku tidak berhasil bagaimana? Aku sudah pasti akan mati!" seru Laguna sewot.
" Karena itu hamba membawa Yang mulia ke dasar lautan gersang ini, sebenarnya membuka potensi bisa saya lakukan dana saja!" kata Tetua Agil sambil tersenyum jahil. Laguna hanya mengerucutkan bibir dan hidung sambil berkacak pinggang.
Dasar Tetua jahil, untung aku tidak mati, kalau aku mati kalian tidak akan pernah tahu dimana Safira berada, pikir Laguna. Lalu ia menyadari sesuatu, "Lalu bagaimana kita bisa berpindah tempat? apa kaum Mer bisa berteleportasi juga?" tanya Laguna sambil kembali mengagumi keindahan bawah laut dihadapannya. " Tidak, kami hanya menguasai telepati bukan teleportasi, setahu hamba seperti itu. Tempat yang Mulia saat ini berada adalah tempat yang beberapa jam lalu adalah dasar laut yang gersang dan mati. Setiap pembukaan potensi biasanya akan memicu sebuah kehidupan, tapi tidak besar dampaknya kepada lingkungan sekitar, biasanya hanya memicu pertumbuhan karang dan rumput laut dibawah kaki seorang Mer, Hanya yang Mulia yang yang bisa memberikan dampak sebesar ini. Saya tidak heran kalau sebentar lagi kita akan dikunjungi oleh raja dan ratu perairan ini bahkan mungkin salah seorang utusan dari klan Atlantis akan datang menyelidiki." jelas tetua Agil. " Oh ya? Raja Ratu? hmmm, apakah ada protokoler untuk menyambut mereka tetua? aku tidak ingin dianggap tidak sopan" jelas Laguna sambil menutupi kegugupannya.
" Saat ini status yang mulia lebih tinggi dari raja dan ratu. Jadi tidak perlu banyak protokoler, perbanyak saja menyanjung raja dan ratu makan yang mulia akan baik baik saja, bangsa kami cenderung agak narsis yang mulia." kata Tetua Agil. Laguna hanya menatap heran, tidak tahu harus berkata apa dan ragu untuk mempercayai tetua Agil yang ternyata jahil.