Ketika Laguna sedang bingung mengenai protokol kerajaan, tiba tiba seorang ajudan Jenderal Raka yang ditugaskan mengawalnya datang. " Hormat hamba yang Mulia, Tetua Raka, Dayang dayang yang akan bertugas membantu Yang Mulia sudah tiba. " Kata pengawal tersebut sambil menunjuk kearah serombongan gadis kaum Mer yang antusias.
Laguna menoleh dan kaget melihat jumlah gadis gadis tersebut, " Banyak sekali?! memangnya semuanya dibutuhkan? Lalu bagaimana aku membayar mereka?" tanya Laguna pada Tetua Agil. " Tentu saja tidak semua, Yang Mulia harus memilih pegawainya sendiri. Minimal diperlukan seorang asisten pribadi, seorang yang bertugas mengurus makanan, seorang yang mengurus taman yang telah diciptakan Yang Mulia ini, anggap saja wilayah ini sudah jadi hak milikmu. lagipula wilayah ini tadinya kosong tak bertuan. sedangkan untuk alat pembayaran, nanti akan hamba jelaskan lebih lanjut. Pegawai adalah orang yang mengabdi padamu, Yang Mulia bertanggung jawab terhadap kesehatannya, keselamatannya, kebahagiaannya, intinya kelangsungan hidupnya."
Laguna mengangkat alis pada tetua Agil ketika diberitahu harus bertanggung jawab terhadap seseorang sampai sedalam itu. " ya, disini berbeda dengan dunia manusia, disini kelangsungan hidup seseorang benar benar dikuasai oleh atasannya. Uang tidak berlaku disini, tidak seperti manusia yang sepertinya diperbudak oleh uang. Sekarang, Yang Mulia pasti bertanya tanya bagaimana yang mulia bisa menjamin kelangsungan hidup seseorang saat berada dibawah kekuasaan yang Mulia?" tanya Tetua Agil yang sebenarnya tidak mengharapkan jawaban tetapi Laguna tetap membalasnya dengan anggukan. "Seperti Yang Mulia sudah lihat, yang mulia dapat menciptakan kehidupan. Artinya adalah sumber makanan, siapa saja Yang hidup dibawah Yang Mulia tidak akan kekurangan, mereka dapat memanen makanan setiap hari, membarter kelebihan panen dengan benda benda lain yang tidak dipunyai Yang Mulia. Bahkan Raja Ratu saja tidak sehebat Yang Mulia. " kata Tetua Agil. Laguna menepuk dahinya, " Apa Raja dan Ratu akan merasa tersaingi dengan adanya aku disini? "
"Hmmm... mungkin, makanya Yang Mulia, baik baiklah dengan Raja dan Ratu, Yang Mulia tidak ingin punya musuh di hari pertama yang Mulia menjadi kaum Mer kan?" kata Tetua Agil enteng.
Laguna ingin sekali menyentil telinga Tetua Agil dihadapannya, bukannya merasa tenang ia malah semakin gundah. "Ya sudah, suruh mereka masuk, biar kulihat dulu." kata Laguna kepada pengawalnya. Lalu sambil menunggu para gadis gadis itu masuk, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. " Kalau tempat ini jadi rumahku sekarang, apa saja yang aku perlukan?" pikir Laguna. Saran dari tetua Agil ia pertimbangkan, tetapi otak Laguna masih berpikir secara manusia. Sepengetahuannya, di Dunia manusia, orang yang sangat berkuasa biasanya perlu banyak pembantu yang bekerja padanya, bila disamakan saat ini rumahnya lebih luas dari istana negara di dunia manusia, kalau di istana saja punya ratusan staff, bagaimana dengan dirinya? Laguna merenung lalu mendapat ide, dia akan memilih asisten pribadi terlebih dahulu, dari situ ia akan bertanya pada asistennya apa saja lagi yang harus diperlukan.
Barusan saja Laguna merasa siap dengan rencananya, rombongan gadis gadis itu datang dengan gaduh. Kalau diperhatikan tidak ada bedanya dengan gadis gadis muda di dunia manusia hanya fisiknya saja yang berbeda, tetapi tetap saja mereka adalah seorang gadis. Ada yang menatap secara terang terangan, ada yang melongo menatap sekitarnya penuh kekaguman, ada yang cekikikan lalu sibuk bertelepati satu dengan yang lain dan mengajak temannya cekikikan juga. Mata Laguna menyipit melihat keempat gadis yang sedang cekikikan tersebut, entah bagaimana ia dapat mendengar mereka sedang membicarakan pakaiannya. Padahal tetua Agil tidak mendengar, kalau mendengar mungkin ia akan marah. Ternyata bullying ada dimana dan kapan saja. Sudah biasa diintimidasi sejak kecil karena bisu, sekarang pun Laguna biasa saja menghadapi mereka, memangnya dia mau pakai baju apa? namanya juga pendatang baru, tentu saja ia berpenampilan seperti alien bagi mereka. Lalu matanya menangkap seorang gadis berkaki ular yang berdiri dengan tenang, wajahnya menatap Laguna dengan sopan, Laguna pandai membaca karakter orang dan sering mendapat firasat. Saat ini instingnya mengatakan bahwa gadis ular ini adalah orang yang sangat cakap dan dapat diandalkan. Sepertinya dia sudah mendapatkan calon asistennya. Lalu pandangan Laguna berpindah kepada gadis yang melihat sekeliling dengan terpesona. Rambut merah gadis duyung itu berkibar kesan kemari. Dan kali ini Laguna pun dapat mendengar pikiran si gadis duyung itu, gadis duyung itu sedang sibuk memikirkan penataan kebun, bagaimana cara memanen, kapan memanen, harus menyajikan apa, bahkan Laguna takjub dengan kecepatan pikirannya memikirkan tetek bengek rumah tangga. Laguna kagum dengan gadis duyung yang cekatan tersebut. Lalu ia bergeser ke gadis disebelahnya yang sedang berpikir betapa semua orang akan iri kepadanya kalau ia berhasil dipilih oleh si keturunan Atlantis yang baru ini. Tentu saja akan banyak duyung pria yang mengaguminya. Laguna buru buru menghentikan pengamatannya pada gadis duyung tersebut, ia Takan memperkerjakan duyung ini sudah pasti.
" Yang Mulia, apakah sudah bisa dimulai?" tanya Tetua Agil dengan bingung. Ia heran melihat Laguna terdiam.
" Ya, silahkan dibuka Tetua, beritahukan, yang pertama kucari adalah asisten pribadi, lalu untuk pegawai yang lain aku akan mengambil waktu untuk berunding dengan asistenku itu."
kata Laguna. Ia tidak mengatakan pada Tetua Agil bahwa ia dapat mendengar pikiran gadis gadis itu. Tetapi ia tidak bisa mendengar pikiran tetua Agil atau jenderal Raka, hanya gadis gadis ini saja, sebentar, Laguna juga tidak dapat mendengar pikiran si calon asistennya, mungkin ia akan tanyakan kemudian nanti, pikirnya. Sementara Tetua Agil membuka acara pemilihan pegawai tersebut, Laguna kembali mengamati gadis gadis yang datang kepadanya, beberapa terlihat menjanjikan, beberapa tidak tulus, dan banyak sekali yang narsis. Mungkin benar juga kata Tetua Agil bahwa raja dan ratu juga Narsis, Laguna menyimpan pemikiran tersebut dan memilih untuk melihat dengan mata kepalanya sendiri saja bagaimana Raja dan Ratu tersebut.
" Baiklah, saat ini yang mulia sedang mencari asisten pribadi terlebih dahulu, Siapa yang ingin melamar menjadi asisten pribadi silakan maju." kata Tetua Agil.
Beberapa gadis maju ke depan termasuk si gadis ular tersebut.
"perkenalkan diri kalian masing-masing kepada yang mulia, lalu sebutkan mengapa kalian pikir kalian cocok menjadi asisten beliau, dimulai dari yang paling kiri, silahkan" kata Tetua Agil. Laguna memperhatikan calon pelamar yang paling kiri, seorang gadis duyung, ia tidak mendapatkan firasat apa apa, tanpa terasa akhirnya tiba giliran si gadis ular yang memang diincar oleh Laguna. "Salam hormat yang mulia, hamba bernama Chantara dari klan ular laut, hamba memang dididik untuk membantu upacara upacara keagamaan, tetapi hamba senang mengorganisasi sesuatu dan merasa panggilan jiwa hamba bukan seputar keagamaan. Hamba pikir hamba cocok disini.
Mohon dipertimbangkan."Kata Chantara. Beberapa gadis maju selain Chantara, tetapi Laguna sudah menetapkan pilihan.
"Baiklah terimakasih atas perhatian kalian semua, untuk Asisten pribadi saya memilih berdasarkan kesan pertama yang saya dapatkan, berhubung saya tidak pernah mengenal salah satu dari kalian sebelum ini, maka saya sangat mengandalkan firasat yang saya punya. Dan saat ini firasat saya mengatakan bahwa Chantara lah yang dapat bekerjasama dengan saya, sekali lagi saya mohon maaf apabila mengecewakan yang lain. " ujar Laguna. "Terimakasih atas kepercayaan Yang Mulia" ujar Chantara dengan mata berbinar gembira.
" Pilihan yang baik Yang Mulia, saya pribadi mengenal Chantara sebagai anak yang baik, berbudi luhur dan terampil mengorganisasi, suatu kehilangan bagi klan kami ia tidak melayani dalam pengaturan upacara keagamaan, tetapi kami tidak akan menghalangi apa yang sudah digariskan oleh Yang Kuasa." Tetua Agil ikut menambahkan.
" Terimakasih tetua, sekarang saya akan berunding dengan Chantara untuk mencari tahu siapa lagi yang saya perlukan." kata Laguna. Laguna lalu mengajak Chantara untuk berunding. Chantara langsung membuktikan kepada Laguna betapa ia sangat berguna bagi Laguna. Akhirnya dalam waktu singkat mereka telah memilih seorang pengurus taman, yaitu si gadis duyung berambut merah bernama Avisa, dan seorang pengurus rumah tangga dari klan kuda laut bernama Gali.
Tetua Agil mulai membubarkan para gadis yang tidak terpilih. Beberapa menggerutu, si gadis yang suka membully menyuarakan pendapatnya bahwa seseorang seperti Laguna harus mempunyai seorang yang ahli dalam hal fashion dan menata rambutnya. Lalu Laguna dengan tegas menjawab, " tidak, saya tidak butuh!" lalu membalikan badan memunggungi mereka. Si gadis penggerutu terdiam lalu pergi bersama teman temannya, diikuti dengan gadis gadis lain yang juga kecewa karena tidak terpilih. Lama lama halaman rumput Laguna mulai kosong.
Dari sudut matanya Laguna melihat seorang gadis dari klan kepiting maju mundur dan terlihat bingung. Laguna mendengar pikiran si gadis kepiting, " Aku tidak bisa pulang dan mempermalukan klan ku, sekarang atau tidak sama sekali!"
"Permisi!Mohon maaf Yang Mulia, ampunilah hamba yang lancang ini." kata si gadis kepiting sambil memotong jalan Laguna. Pengawal mulai bergerak, tetapi Laguna menahan mereka dengan ayunan tangan. " bicaralah." kata Laguna sambil dalam hati merutuk sendiri, kesal karena ia mulai berbicara seperti dalam drama kerajaan saja.
" Tidak apa, jangan takut, apa yang bisa saya bantu?" tanya Laguna lembut.
" Perkenalkan, Hamba bernama Kairi, hamba tahu, klan hamba tidak banyak berguna selain untuk pekerjaan yang berhubungan dengan pertambangan, tetapi hamba ingin sekali melayani Yang Mulia, hamba bisa melakukan apa saja, pekerjaan kasar juga bisa , saya tidak asing dengan bekerja keras. " kata Kairi memohon pada Laguna. Sekali lagi Laguna mendengar pikiran Kairi, " tolong angkat derajat klan kami, kami selalu dipandang sebelah mata karena fisik kami yang tidak elok dipandang."
Mendengar pikiran Kairi, Laguna menjadi iba. Firasatnya juga mengatakan bahwa ia akan bersahabat dengan Kairi, firasat yang sama dirasakan ketika Laguna mendengar Avisa dan Gali memperkenalkan diri. Laguna iba, tetapi ia juga tidak ingin menjatuhkan harga diri Kairi. "Pekerjaan yang kasar ya? hmm.. Chantara" panggil Laguna. "Ya Yang Mulia" jawab Chantara. " Apakah menurutmu, apakah Avisa dan Gali dapat menangani seorang diri taman ini?" tanya Laguna. " Tentu saja bisa Yang Mulia, tetapi pasti akan memakan waktu lama. Sebenarnya tadi saya akan meminta Avisa dan Gali untuk memilih masing masing satu orang untuk membantu mereka, tetapi tidak sekarang karena mereka sendiri juga belum sepenuhnya punya ide bagaiman sebenarnya pekerjaan disini Yang Mulia karena baru kali ini kami melihat taman seindah ini, pemeliharaannya juga pasti tidak main main. Alangkah baiknya jika kita mempunyai pegawai dari klan kepiting yang dapat diandalkan di segala medan Yang Mulia." kata Chantara yang dapat menebak maksud Laguna ingin memperkerjakan Kairi.
" Baiklah, kau dengar Kairi, kami ternyata memerlukan seseorang dari klanmu, dan kebetulan kau ada, selamat bergabung. " kata Laguna. Kairi melompat lompat gembira, capitnya membuka dan menutup membuat suara klik klik klik. "Terimakasih Yang Mulia, terimakasih!!!" seru Kairi.
Kairi bergabung dengan Avisa, Gali dan Chantara. Tetua Agil tersenyum memandang Laguna, ia belum pernah melihat pemimpin seperti Laguna, raja atau ratu suatu klan cenderung memakai kaum Mer dari klannya untuk melayani mereka. Tapi Laguna berbeda. Laguna benar benar seperti menyatukan seluruh klan didalam rumah tangganya. Tetua Agil tak akan heran, bila Laguna menambah pegawainya nanti pasti akan dari berbagai klan yang ada di Mer. Sepertinya Laguna mempunyai insting khusus mengenali orang orang yang tulus.
" Baiklah, Terimakasih karena kalian telah mau bekerja padaku, aku akan dengan sekuat tenagaku, melindungi kalian dan menjamin hidup kalian. Seperti yang kalian ketahui, aku masih sangat baru dalam dunia kaum Mer, karena itu aku juga ingin belajar dari kalian. Dan semoga aku bisa belajar dengan cepat. Karena tugas pertama kita adalah menyambut kedatangan Raja dan Ratu yang mungkin tidak lama lagi akan datang. Aku sama sekali tidak ada gambaran bagaimana protokoler kalian, apa yang harus disiapkan, jadi untuk urusan makanan aku serahkan pada Avisa, kuharap kau tahu apa yang harus dan pantas dihidangkan untuk Raja dan Ratu, Lalu Gali dan Kairi, aku tidak tahu bagaimana bentuk rumah kaum Mer, kalian atur dimana nanti aku harus duduk, dimana raja dan ratu duduk, dan jangan lupa tetua Agil juga akan ikut dan kemungkinan jenderal Raka. persiapkan tempatnya. Chantara, kau ajarkan aku semua protokol yang ada. bagaimana? apakah ada yang terlupakan?" kata Laguna. " Bagaimana dengan makanan para pengawal yang mulia?" tanya Avisa. " Oh ya, siapkan untuk mereka juga Avisa." kata Laguna. " Siap Yang Mulia, hamba akan segera menyiapkannya. Permisi." kata Avisa undur diri dan segera mencari bahan makanan dari taman itu. " kami juga akan segera mengatur tempat pertemuan dan menghiasnya Yang Mulia." Kata Gali sambil menggandeng Kairi. " Baiklah, terimakasih" kata Laguna. Lalu Kairi memindahkan beberapa batu dan karang membentuk kursi dan meja bundar , " Silahkan duduk disini dulu Yang Mulia, sementara kami menyiapkan tempat yang layak untuk Yang Mulia bertemu dengan Raja dan Ratu." kata Kairi. Laguna tersenyum sekaligus kaget melihat tiba tiba sudah ada perabotan jadi di depannya. keputusannya menerima Kairi memang tidak salah. Kairi dan Gali pun pergi.
" Baik, hanya tinggal kita bertiga, ayo ajari aku Chantara!" perintah Laguna. Dan Laguna pun mulai belajar protokoler kerajaan dan sekali kali ditambahi dengan komentar tetua Agil.