webnovel

Labirin (Dimensi Misteri)

Caution! Cerita ini penuh dengan Adegan yang tidak patut untuk di tiru. Adegan di dalam novel ini mengandung beberapa Adegan Gory yang menyebabkan rasa tidak nyaman setelah membacanya. Dianjurkan bagi para pembaca yang sudah menginjak 18 tahun ke atas. Labirin (dimensi misteri) Angga, menjadi salah satu dari banyaknya orang yang terpilih yang pada akhirnya masuk ke dalam sebuah tempat yang tidak pernah ia datangi sebelumnya. Tempat itu merupakan sebuah dimensi yang penuh dengan tanda tanya, dan menjadikan orang-orang yang masuk ke dalamnya merasa depresi hingga pada akhirnya menyebabkan mereka memiliki sifat egois yang tinggi, bahkan sifat itu mampu membuat mereka menjadi seseorang yang tega menghabisi nyawa orang lain secara sadis. Sifat itu muncul secara naluri karena mereka ingin mendapatkan kunci untuk kembali pulang ke dunia yang pernah mereka singgahi. Tidak ada waktu yang berdentang, tidak ada pula situasi siang dan malam yang mendatangkan mentari dan rembulan. Hanya memiliki terang beserta gelap sebagai penggantinya, dan juga dinding semak tinggi yang menutupi pandangan dalam mencari jalan keluar. Tak ada yang bisa di lakukan oleh Angga selain melawan balik mereka yang hendak menyakitinya dan melindungi orang-orang yang membutuhkan dirinya. Satu hal yang bisa dilakukan oleh Angga, bertahan dan berusaha untuk mendapatkan kunci kembali. Bagaimana perjuangannya untuk bisa lolos dari dimensi misteri itu??

Ay1004 · Horror
Zu wenig Bewertungen
244 Chs

Pertarungan

(Menceritakan tentang Yama dan Philip yang bertarung dengan musuh di dalam Dimensi Labirin)

Malam yang gelap saat itu membuat Yama dan juga Philip yang tengah bersembunyi pun tidak dapat melakukan apa-apa lagi, sebenarnya Philip bisa saja melawan mereka, namun karena ada Yama yang usianya lebih muda dan tidak mungkin bagi Philip untuk memperlihatkan kesadisannya di hadapan Yama, ia pun memilih untuk bersembunyi bersama dengan Yama.

"Apa yang akan terjadi, jika mereka menemukan kita Philip?" tanya Yama kepada Philip yang kini menoleh menatapnya,

"Jika mereka menemukan kita, kita harus melawannya … tapi, jika kau tidak sanggup untuk melawannya, berlindunglah selalu di belakang tubuhku, kau mengerti?" ucap Philip kepada Yama yang kini mengerutkan dahinya mendengar ucapan Philip,

"Kenapa seperti itu?" tanya Yama kepada Philip yang kini mendenguskan napasnya sebelum akhirnya berucap,

"Karena aku tidak mau kau menjadi seseorang yang menyeramkan, dan lagi kau adalah anak baru di sini … kau belum mengetahui apa yang harus kau lakukan terhadap musuhmu." ucap Philip kepada Yama yang kini mengerutkan dahinya menanggapi ucapan dari Philip.

"Apakah kau mengerti??" tanya Philip kepada Yama yang kini menganggukkan kepala saja karenanya,

"Yeah … aku mengerti" jawab Yama kepada Philip yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu.

Tidak lama dari sana, setelah mereka beristirahat cukup lama, waktu gelap pun berubah menjadi terang. Hal itu membuat Philip menoleh menatap langit dan Yama menjadi terbingung dan bertanya-tanya karenanya. "Apa yang terjadi?? apakah ini sudah menjadi siang??" tanya Yama yang membuat Philip menganggukkan kepalanya seraya menoleh ke kanan dan ke kiri, sebelum akhirnya bangkit dari sana dan mengajak Yama untuk pergi dari lokasi itu.

"Ayo! Kita harus kembali berjalan" ucap Philip kepada Yama yang kini mengerutkan dahinya lagi,

"Apakah kita harus terus berjalan??" tanya Yama kepada Philip yang kini menganggukkan kepalanya lagi untuk menjawab pertanyaan dari Yama. Hal itu pun membuat Yama beranjak dari tempatnya dan berjalan mengikuti langkah Philip yang pergi dari sana.

"Sebenarnya, apakah sangat sulit untuk mencari kunci itu?" tanya Yama kepada Philip yang kini berdeham untuk berpikir dan akhirnya mengangguk mengiakan hal itu,

"Ya … katakan saja itu sulit karena kita harus melawan orang-orang lain yang ada di sini." jelas Philip kepada Yama, mendengar penjelasam dari Philip membuat Yama menelan salivanya dengan sulit, ia sudah tahu bagaimana jadinya jika ia tidak mampu melawan mereka.

Mereka berjalan cukup lama, dan baru saja mereka berbelok ke salah satu tikungan yang ada di hadapan mereka, secara tiba-tiba saja sebuah batu yang besar melayang dan nyaris menghantam Philip dan juga Yama. Beruntung lah Philip memiliki sebuah reflek yang bagus, yang karenanya dengan cepat ia mendorong Yama untuk menghindari hantaman dari batu kristal itu.

Syutt!!

BUMM!!

Peristiwa itu berlangsung dengan sangat cepat, dan bahkan karenanya Yama sangat terkejut ketika mendapati sebuah batu yang besar baru saja menabrak salah satu dinding semak hingga dinding tersebut roboh separuhnya.

Adrenalin Yama menjadi meninggi, dirinya bahkan bisa mendengar suara deruan napas darinya sendiri dan juga detakan jantung yang cepat, dengan segera Yama melangkah mundur ketika Philip berdiri dan menghalangi tubuh Yama dari sana.

"Wah … Wah … Wah … lama tidak bertemu lagi denganmu … Philip, kupikir kau tidak akan menyisakan sesuatu yang kau temui lagi setelah kuhabisi salah satunya, tapi kurasa aku salah … siapa yang kau bawa saat ini?" sebuah pertanyaan yang terlontar dari seorang laki-laki, membuat Yama merasa penasaran dan menolehkan kepalanya dengan sedikit memiringkan kepalanya dan melihat seseorang tengah berdiri di ujung lorong labirin itu.

Itu adalah seorang lelaki dengan rambut yang gondrong memiliki tubuh yang gempal serta bebatuan yang melayang di sekitarannya, membuat Yama sempat terkejut dengan apa yang baru saja di saksikan oleh dirinya

Apakah itu pengendali batu? Itulah kata yang sempat masuk ke dalam pikiran Yama, sebelum akhirnya ia kembali terkejut ketika bebatuan itu melesat untuk melukai dirinya dan juga Philip, yang membuat Yama tidak berani untuk menyaksikannya dan memilih untuk memejamkan matanya ketika batuan kristal itu melesat menuju ke arah mereka.

BUMM!!!

Sebuah suara dentuman yang keras terdengar di kedua telinga Yama, dan setelah ia tidak merasakan apapun di dalam pijakannya, dengan berani Yama pun menolehkan pandangannya ke arah depan, dan melihat bahwa batuan yang ukurannya cukup besar itu tertahan oleh cairan yang mengeras milik Philip, dan katakan saja itu semacam Oobleck atau cairan yang dinamakan non-newtinian.

Batuan besar yang hampir menghantam mereka pun terhenti dan bahkan terlihat remuk hingga beberapa serpihan pecah ketika bertubrukan dengan keras oleh Oobleck yang menghalangi Philip dan juga Yama tepat di hadapan mereka berdua.

Saat itu lah Yama menyadari bahwa semua yang dikatakan oleh Philip kepadanya mengenai kekuatan dan juga penyerangan memanglah benar. Mungkin jika disamakan dengan games, ini merupakan games VR dengan nyawa yang asli, jadi jika kita kalah … itu dapat diartikan bahwa kita tamat. Hal itu membuat Yama semakin merasa cemas karenanya, namun ia juga tidak bisa terus bersembunyi seperti ini, ia ingin bertindak untuk membantu Philip, tapi ia belum mengetahui bagaimana cara mainnya, jadi Yama memutuskan untuk terus berlindung di balik tubuh Philip seraya melihat bagaimana cara mereka bertarung saat ini.

Lelaki yang bertubuh gempal berambut gondrong itu kini kembali melemparkan batu kristalnya dan kali ini dua buah, yang membuat Philip entah bagaimana caranya dan dari mana asalnya, cairan Oobleck keluar begitu saja dari dalam tanah dan menghalangi kedua kristal itu hingga hantamannya pun sama sekali tidak melukai kami berdua.

"Menyerahlah Ken! Kau tidak akan pernah bisa menyentuh atau melukai kami berdua" ucap Philip kepada Ken, lelaki bertumbuh gempal dan berambut gondrong itu.

Dari ucapan yang dilontarkan oleh Philip, membuat Yama meyakini jika Philip pasti mengenal lelaki yang kini tertawa dengan kencang di hadapan mereka.

"Tidak bisa menyentuhmu?? bukankah waktu itu aku bisa melakukannya?? aku bahkan menghabisi Amanda itu, tidakkah kau ingat dengan wanita itu?? wanita sinting yang nyaris membunuhku." sebuah perkataan yang membuat Yama merasa penasaran pun akhirnya menoleh mantap Philip yang kini menghembuskan napasnya cukup dalam dan berusaha untuk tetap tenang.

Ia terlihat sangat tenang menanggapi perkataan dari Ken yang terlihat sengaja memancing amarah dari Philip, namun uasahanya ternyata gagal karena Philip tidak terlihat marah sama sekali.

"Wah … bukankah kejadian itu tidak lama dari sini?? kau sudah melupakannya??" tanya Ken kembali dan lagi ia berusaha untuk memancing amarah Philip.

Pandangan Philip kini dengan tenang menoleh menatap mata Ken yang terlihat membara, "berhentilah berucap, Ken … aku tahu niatmu, tapi sayang … ucapanmu tidaklah lagi bisa memancing emosiku." jelas Philip kepada ken yang kini menggeram tidak suka.