'Aku tidak mengerti dengan apa yang mereka lakukan, kenapa mereka harus menyakiti seseorang dan membunuh seseorang secara sadis dan mereka sendirilah yang mengatakan bahwa itu merupakan sebuah permainan. Tempat apakah ini?? kenapa mereka berintak seolah ini merupakan sebuah permainan?? apakah ini adalah dimensi yang mereka angga sebagai permainan?? apakah mereka tidak tahu jika mereka adalah nyata dan mereka juga bisa merasakan kesakitan?? aku merasa bahwa aku pun menjadi tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang fana, setelah selama aku berada di dalam dimensi misteri ini. - Nakamura Yama'
Sraakkk …
"Hahh …" Eiji mendesahkan napasnya dengan pelan, ia menjadi ikut bertanya-tanya mengenai apa yang ditanyakan oleh Yama di dalam buku catatan miliknya.
"Kenapa mereka bisa berpikir bahwa itu adalah permainan??" gumam Eiji bertanya kepada dirinya sendiri, pandangan Eiji kini tertoleh menatap jam yang menunjukkan pukul sepuluh pagi.
Hari itu merupakan hari sabtu, ia tidak memiliki rencana untuk pergi ke manapun bersama dengan Shuta, karena ia tahu bahwa Shuta akan pergi berlibur dengan kedua kakaknya untuk pergi ke Tokyo. Eiji sendiri pun menolak untuk ikut karena merasa tidak nyaman jika ia ikut berlibur ke sana dan membebani biaya dari kedua kakak Shuta yang katanya akan membelikan tiket kereta dan juga menyewa hotel untuk satu hari.
Eiji tidak berencana untuk pergi ke mana pun dan hanya berniat untuk membaca buku catatan Yama selama seharian penuh. Namun, pertanyaan yang hinggap di dalam kepalanya saat ini tidak bisa begitu saja dilupakan oleh Eiji.
Ia bertanya-tanya mengenai perubahan sikap dari mereka yang terjebak di sana, dan begitu pun dengan kata-kata dari Yama sendiri yang mengatakan bahwa ia menjadi tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang Fana, yang pada akhirnya membuat Eiji memutuskan untuk pergi mencari tahu jawaban dari pertanyaan yang hadir di dalam kepalanya tersebut.
Ia segera beranjak dari Futon miliknya yang empuk, ia pun segera membereskan tempat tidurnya itu dan memasukkannya ke dalam lemari. Ia juga meraih celana panjang jeans hitam dan juga hoodie hijau yang tergantung di pintu kamarnya. Ia segera memakai celana dan juga hoodie tersebut untuk kemudian memutuskan akan pergi mencari tahu jawabannya di internet dengan meminjam laptop milik sang paman yang rumahnya tidak jauh dari rumah dirinya.
Zreet!
Eiji berjalan keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga yang ada di rumahnya, pandangan Eiji pun bertemu dengan sang adik yang tengah asyik menonton Tv.
"Oniichan (panggilan untuk kakak laki-laki) mau kemana?" tanya Takuya kepada Eiji yang kini menunjuk ke arah luar dan menjawab,
"Aku akan pergi ke Paman Hitoshi, apakah kamu mau ikut juga Takuya?" tanya Eiji kepada Takuya yang kini mengerutkan dahinya mendengar jika sang kakak akan pergi ke rumah paman mereka yang terletak tidak jauh dari sana.
"Apa yang akan kakak lakukan di sana?" tanya Takuya kepada Eiji,
"Aku akan meminjam komputernya, aku mau mencari sesuatu." jawab Eiji kepada Takuya yang kini ber'o'ria dan kemudian mengangguk menanggapi sang kakak,
"Aku ikut!" ucap Takuya seraya bergegas untuk berdiri dan berlari dari ruang tv untuk mengambil jaket dan juga celana panjangnya.
Eiji dan Takuya pun pergi menuju rumah paman mereka yang lokasinya tidak jauh dari rumah mereka, hanya membutuhkan waktu sekitar setengah jam berjalan kaki menuju rumah sang paman.
…
Saat ini Eiji tengah terduduk di depan komputer milik sang paman dan mulai mencari-cari hal yang dipertanyakan oleh Eiji, yang diyakini olehnya sendiri bahwa pertanyaan itu berhubungan langsung dengan psikologis. Ia pun memulai untuk mencari dan membiarkan Takuya yang tengah berbincang-bincang seru dengan sang paman mengenai sekolahannya dan rencana kedepannya.
Eiji memulai dengan mencari sebuah jawaban mengenai apakah orang yang tertekan bisa melakukan aksi pembunuhan? Namun hasilnya kebanyakan dari orang yang tertekan, mereka akan melakukan aksi bunuh diri dan bukan membunuh seseorang. Eiji belum menemukan jawaban yang tepat dalam pertanyaan itu, yang pada akhirnay membuat Eiji pun segera menghapus jejak pencarian dan kembali mencari dengan kata kunci, motif di balik pembunuhan.
Yang pada akhirnya ia pun mendapatkan sebuah jawaban, di mana motif pembunuhan bisa terjadi jika seseorang manusia tidak bisa mengeluarkan energy agresifnya dalam bentuk katarsis, maka akan muncullah prilaku yang tidak dibenarkan oleh norma seperti tindakan pembunuhan.
Yang membuat Eiji pun memiliki pemikiran jika orang-orang yang berada di dalam labirin itu, tidak bisa menenangkan dirinya dan tidak bisa mengalami kelegaan secara emosional setelah mengalami ketegangan. Eiji merasa mereka terus merasa tertekan sehingga mereka tidak bisa membendung semuanya dan terjadilah pergantian sifat yang membuat mereka menjadi pembunuh yang tidak berakal.
Eiji tentu memahaminya, ia juga merasa jika ia terus tertekan di dalam situasi yang membahayakan. Ia akan mengalami gangguan emosional yang nantinya bisa saja menyebabkan ia menjadi seseorang yang bertindak sesuka hati yang menyakiti orang-orang yang ada di sekitarnya.
Selanjutnya, Eiji pun mencari jawaban mengenai seseorang yang tidak bisa membedakan dunia nyata dan fana, yang pada akhirnya membuat Eiji menemukan sebuah jawaban dari pertanyaan itu. Skizofrenia, yang merupakan gangguan mental yang membuat penderitanya mengalami kesulitan membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak.
Banyak sekali yang menjadi gejala dari Skizofrenia, dan diantaranya adalah kesulitan mengatur pikiran. Eiji merasa bahwa mungkin saja karena banyak hal yang dipikirkan oleh Yama, membujat dirinya merasa seperti itu.
Kedua gangguan ini saling berhubungan, psikologi dan juga mental, orang-orang yang terjebak di dalam labirin yang diceritakan oleh Yama diserang secara berkala mengenai dua hal tersebut, dan tentu saja hal itu membuat mereka akan merasa sangat gila.
"Apakah tempat itu merupakan sebuah hukuman??" sebuah pertanyaan pun akhirnya muncul di dalam benak Eiji, setelah dia menyadari bahwa yang diserang oleh situasi dari dimensi tersebut dalah psikologis dan mental dari mereka-mereka yang berada di sana.
"Tapi jika itu benar hukuman, kenapa Senior Yama bisa masuk ke dalamnya?? apa yang dia lakukan sehingga ia di hukum di dalam dimensi itu??" tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan itu selain Yama sendiri, Eiji mengetahui bahwa Yama pasti tahu apa sebabnya ia di hukum, jika benar dimensi tersebut ada untuk menghukum orang-orang yang ada di dalamnya, seperti yang dipikirkan oleh Eiji saat ini.
Namun ia tidak berani untuk bertanya dan memilih untuk menerka-nerka jawaban dari pertanyaan yang muncul di dalam pikiran dirinya sendiri saja, karena ia tidak mau Yama merasa down dan menyalahkan dirinya lagi. Ia tidak berani membuat psikologis Yama kembali tergoyahkan hanya karena pertanyaan yang muncul dari dirinya.
Dan hari itu, Eiji pun kembali mendapatkan sebuah pertanyaan yang belum memiliki jawabannya, perihal dimensi misteri yang ia baca dari catatan pengalaman senior Yama.
...