"berhenti....!!!" terdengar suara bariton seorang pria yang tidak asing untuk Miranda.
Damar!!
yeah itu suaminya Damar!
Lalu disebelahnya adalah Kinanti!!
Semua orang fokus pada sosok yang baru tiba itu. Miranda nyaris menjadi pesakitan jika berapa menit saja suaminya itu terlambat.
Pupil matanya membulat, dia bahagia, mungkin saja Damar telah menemukan cara lain untuk menyelesaikan masalahnya kali ini.
Peluh memenuhi dahinya, seumur hidup baru kali ini Miranda merasa dipermalukan. Dia akan benar-benar akan membuat perhitungan pada Tanti!!!
"enak aja suruh berhenti, kami ngga akan biarin Miranda kabur!!"
Suara gaduh membahana, sampai-sampai tidak bisa dibedakan lagi darimana suara itu.
Tanpa banyak bicara Damar membungkam mulut orang-orang yang hendak membawa istrinya dengan membuka tas berisi uang.
Semua terperangah termasuk Miranda.
Matanya berkaca-kaca, dia yakin Damar pasti akan membantunya kali ini.
"apa aku bilang... hari ini uangnya, kalian ngga sabar sih...." kicau Miranda melepaskan cengkraman ibu-ibu yang hendak menyeretnya ke jalur hukum, ia segera berlindung dibalik tubuh kekar suaminya, lalu merapikan rambutnya yang jadi awut-awutan tak karuan.
Wanita bermata bulat itu bisa bernafas lega setidaknya untuk beberapa jam kedepan.
Satu masalah selesai.
----
Kontrak perjanjian didepan mata.
Ada beberapa poin yang diajukan oleh Kinanti untuk pernikahannya dengan Damar.
Satu masalah baru saja selesai, setidaknya dia tidak harus selalu dihantui oleh para investor dan tidak perlu merasakan dinginnya lantai penjara.
Hanya 2 tahun saja berbagi suami dengan syarat jika Damar tidak ingin melanjutkan pernikahan itu, lalu setelahnya seperti kesepakatan di awal, Miranda akan memiliki saham perusahaan, salon, rumah dan beberapa properti lainnya.
Uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang!!!
Gemetar.
Takut.
Ragu.
itulah yang Miranda rasakan.
Sementara Damar adalah pria paling tidak berdaya seantero jagat raya.Dia sangat mencintai ibu dari putrinya itu. Perasaan dalam yang bisa mengalahkan egonya sendiri.
**
Sebelumnya....
Damar sadar Kinanti akan sulit ia goyahkan pendiriannya. Gadis berusia 28 tahun itu tetap ingin menjadi istri Damar sebagai syarat dari bantuan yang akan dia berikan.
"Kinan,, kamu gadis yang cantik dan punya masa depan yang bagus,, kenapa harus aku?? aku bisa bekerja seumur hidupku untuk melunasi semua hutang-hutangku" ucap Damar coba bernego pada Kinanti yang duduk di sebelah kursi pengemudi.
Mata indahnya tertutup oleh kacamata hitam, ia menyunggingkan senyum misterius.
"Damar,,, kamu hanya punya dua pilihan, ikut dengan syarat yang aku berikan atau.... biarkan istrimu tinggal dipenjara....??"
Damar menepikan mobil, ia mengepal erat stir hingga kulitnya terlihat pucat. Ada kemarahan yang membuncah. Mereka teman baik sejak masa kuliah, bisa-bisanya Kinanti dengan kejam ingin menjadi orang ketiga dalam rumah tangga sahabatnya sendiri.
Bagaimana dia harus berbagi cinta sementara dia hanya mencintai satu wanita saja.
Akh! Miranda, ini sangat sulit!!!
"apa kita belum terlambat untuk menolong istri mu??" Kinanti melirik jam di lengan kirinya, membuat Damar tersentak dan tersadar dari lamunannya.
"kenapa?? kenapa kau sanggup melakukan ini pada ku??" Damar meninggikan suaranya, matanya menyala, sementara di mata itu nyaris meluncurkan manik bening yang terus ditahan keberadaannya. Hatinya bergemuruh hebat.
Kinanti masih terlihat kalem dan tenang, dia seakan tidak peduli dengan segala kemarahan seorang Danu Umar yang ia kenal sangat santun.
"lakukan sekarang atau tidak sama sekali..." pungkas Kinanti dingin menunjukkan tas yang penuh isi uang didalamnya.
Gadis licik! dia sudah mempersiapkan dengan matang.
Damar segera menginjak pedal gas dengan cepat. Dia harus segera menyelamatkan istri yang amat ia cintai
**
Miranda menatap Damar yang duduk bersebelahan dengan Kinanti di ruang tamu rumah mereka. Setelah semua drama penagihan hak investasi, kini ia harus berperang melawan dirinya sendiri.
Hak sudah diberikan, tinggal kewajiban yang harus dijalankan.
"mas.....maaf ...." Miranda berdesis lirih, hatinya tak kalah koyak laksana daging yang dicabik-cabik hingga ketulang belulang.
Hancur.
Sedih.
dan kecewa.
Damar tampak sedikit tegar, sementara Kinanti menunggu dengan sabar penandatanganan kontrak dari Miranda.
Dia gadis ambisius, akan berusaha dengan keras untuk mendapatkan keinginannya. Berasal dari keluarga kaya dan putri bungsu dari keturunan Hendra Radjasa, dia mempunyai seorang kakak laki-laki bernama Fabian Radjasa, sementara ibunya sudah lama meninggal sejak ia masih SMA.
Kinanti membangun usaha dengan kemampuannya sendiri, semua bisa ia raih dengan kegigihannya, ketenaran, nama baik semua ia miliki kecuali Damar!
yeah! Damar yang amat dia ingin kan sejak dulu, Damar yang hanya akan melihatnya sebagai teman, Damar yang selalu mendampingi dirinya saat orang lain menganggap dia gadis cantik yang aneh. Damar yang ia tunggu sejak masih belia hingga saat ini.
Satu kesempatan tidak akan pernah mau ia lewati meski hanya satu jengkal!
---
Sebuah awal kehidupan baru Miranda, Damar dan Kinanti setelah satu tanda tangan dibubuhkan dalam satu carik kertas perjanjian.
Semua akan baik-baik saja. batin Miranda menguati.
Meskipun silauan kemewahan akan segera tampak tepat didepan matanya, tetap saja hatinya ngilu membayangkan bukan hanya dirinya sendiri yang akan menemani tidur pria pemilik rahang tegas dan sepasang mata berkilau layaknya batu zamrud.
.
- aku sangat mencintaimu mas... maaf karena kebodohan ku kau harus menanggung semuanya....- lirih Miranda dalam batinnya.
Kinanti menyimpan surat perjanjian mereka, dan menyepakati hanya mereka yang tahu tentang pernikahan kontrak itu.
.
"kenapa kau ingin menjadi istri Damar??" tanya Miranda dingin, tatapannya kosong sementara air mata menggenang di pelupuk matanya.
Damar sudah lebih dulu menuju ke mobil, mereka harus kembali lagi kekantor.
Kinanti enggan menanggapi pertanyaan bakal calon madunya itu, ia berdiri sambil merapikan Coat yang melapisi midi dress nya.
"jawab aku..." tahan Miranda kemudian menarik lengan Kinanti hingga mereka bisa saling menatap, tubuh mereka nyaris sepadan hingga seakan ada kilatan mata tajam bak pedang siap menghunus lawannya.
Gadis itu mendengus kasar lalu menyungging kan senyum sinis.
"aku tidak punya banyak alasan untuk itu ... kamu tahu, aku sudah bersamanya sejak dulu... apa aku masih kurang pantas untuk disisinya??"
Miranda menganga, jawaban ambigu yang diberikan oleh gadis berambisi yang menginginkan suaminya. Air matanya meleleh seketika.
Dia terpaku.
langkah kaki Kinantipun samar terdengar menjauh. Tatapannya rabun hingga Kinanti tidak nampak lagi disana.
Sakit.... hanya sakit yang terasa, lebih sakit dari hantaman apapun. Tubuh langsing itu melorot kelantai, ia tangisi kebodohannya, keserakahannya, dan rasa tidak pernah puas dengan apa yang ia miliki.
Semua telah terjadi, apa masih ada ruang untuk menyesal???
apa masih ada tempat untuk memperbaiki semuanya??
apa ia bisa mengulangi masa dimana ia tidak harus terpedaya pada janji palsu Tanti??!!
ya Tuhan...
Bahkan bahu tempat dia bersandar kelak tidak hanya ada dia disana, akan ada satu hati lain yang juga akan bersandar. Semua harus ia tanggung sebagai konsekuensi dari semua yang telah ia buat sendiri.
kenapa harus Damar??!!!!!