Kenapa harus Damar??!!!!!!
Beri tahu aku??? kenapa harus Damar???!!!!
pekik jiwa Miranda sekuatnya.
Raganya sudah tak mampu mengatakan apapun.
Hingga hari itu tiba.
Hari dimana seorang Kinanti Radjasa mengenakan kebaya putih yang cantik. Terselip mahkota kecil berkilau disela rambut yang digelung rapi.
Senyumnya tak henti terpulas, ia menantapi diri dicermin, mengagumi dirinya yang bak seorang putri keraton saat ini.
.
Masjid menjadi saksi pernikahan Damar dan Kinanti, tidak banyak yang hadir hanya kedua orang tua Damar, orang tua Miranda, tuan Hendra dan Fabian.
Tangan Miranda bergetar hebat tatkala suaminya Damar mengucapkan ijab kabul atas wanita lain tepat dihadapannya sendiri. Berulang kali keinginan yang awalnya sangat ditentang Damar itu ia yakini sebagai keputusan yang benar meskipun kedua orang tuanya berulang kali mengingat kan.
Pernikahan sederhana antara suaminya dan seorang owner produk kecantikan itu hanya dihadiri kerabat dekat saja. Sekuat hati Miranda menahan tangis sambil sesekali mengusap rambut Amanda putri kesayangannya dan Damar.
Ia ingat betul bagaimana Damar tidak menginginkan pernikahan ini terjadi. Damar tidak pernah berharap statusnya yang hanya asisten pribadi Kinanti akan berubah menjadi suami !
Saat ijab Kabul, hati Miranda seakan telah di iris-iris menjadi potongan kecil tak berbentuk lagi.
Meskipun untuk dua tahun tetap saja ia sukar menerima semua ini.
Kenapa harus Damar pria yang dipilih Kinanti??
Miranda bahkan tidak punya jawaban atas semua pertanyaan yang memenuhi rongga dadanya.
Bayangan kemewahan dihadapannya sudah menanti didepan mata. Lalu apa yang harus ia khawatirkan.
Tidak ada yang lebih mengerikan jika ternyata dalam dua tahun Damar jatuh cinta pada boss cantiknya itu.
Namun Miranda membuang jauh pikiran itu, semua sudah ada dalam kontrak, kecuali pihak pria menolak perceraian setelahnya.
.
Damar... mampukah cintamu itu akan tetap untuk ku??
Miranda menahan sesak.
---
Tatapan istri pertama menjadi kosong, yah... dia akan disebut istri pertama karena ada istri kedua. Semua bagai mimpi. Mimpi yang tak pernah dia inginkan.
.
Setelah ijab kabul Miranda memilih kembali kerumahnya. Disana ia bersama Amanda,putri semata wayangnya dan ditemani oleh ibunya.
Sementara pengantin baru akan menikmati malam pertama mereka di hotel berbintang.
.
Sore semakin syahdu diiringi gemuru langit dan hujan yang berderai. Wanita yang baru saja resmi memiliki madu itu berdiri di balkon lalu membiarkan angin bersama percikan hujan menerpa wajah sendunya.
"kamu yang sabar ya nak..." suara dari wanita yang telah melahirkan nya itu terdengar lembut "kamu pasti kuat ... doakan saja ini yang terbaik untuk keluarga kalian..."
Tangis Miranda pecah dalam pelukan sang ibu. Biar bagaimanapun, dihari bahagia Damar dan Kinanti tetap ada sepotong hati yang remuk redam saat ini.
Ada cinta yang ikut terluka.
"bagaimana Mira bisa kuat Bu.....?? huhuhuhu..."
"serahkan semuanya pada Gusti Allah nak... kamu pasti kuat..."
"Mira yang salah,, Mira yang salah.... huhuhuhu.."
"ikhlas kan nak... ikhlaskan ya..."
.
Disisi lain.
Sepasang pengantin baru selesai menunaikan sholat dua rakaat. Damar mengecup dahi istri keduanya untuk pertama kali. Dalam benaknya terlintas wajah wanita yang lebih dulu menjadi bidadari surganya.
Pipi Kinanti merona. Tak terbayangkan apa yang ia inginkan sekarang menjadi kenyataan.
Dia sudah bersabar selama bertahun-tahun untuk hari ini.
Meskipun dengan cara tak sepantasnya, namun ia harus lakukan. Paling tidak, kematian akan menyenangkan setelah menjadi istri dari pria yang dicintai.
Sepasang kelopak matanya terkatup, jantungnya berdesir laksana ombak bergulung di lautan. Suaminya tengah menjamah pipinya, lalu hendak turun kebagian bibir yang belum pernah disentuh siapapun.
Kinanti memang gadis modern yang terjaga. Ia menjaga semua mahkota berharga untuk suaminya kelak.
Dia sama sekali tidak bisa mengendalikan detak jantung yang berdegup kencang, mungkin Damar bisa mendengar suara itu saking kerasnya.
Ini pertama kalinya, tidak pernah mereka sedekat ini.
Tanpa jarak.
Tanpa batasan.
Gerakan damar terhenti, sebelum semua berlanjut ke babak berikutnya. Spontan mata Kinanti membelalak. Pria yang tadi siang mengucapkan ijab kabul atas dirinya, kini memalingkan muka di kamar pengantin mereka.
Damar membisu.
Ia segera beranjak ke kamar mandi. sungguh dia tidak bisa melakukannya tanpa dasar cinta. Bagi seorang Damar, wanita harus dicintai dan mendapatkan cinta yang sebenarnya, bukan hanya karena nafsu ataupun sekedar kewajiban.
Suara keran dari bilik kamar mandi terdengar mengalir deras. Sang pengantin wanita tertunduk menahan dukanya. Dia menangis dalam diam. Bahkan pakaian seksi, kamar yang indah lagi harum, lalu ranjang bertabur kelopak mawar merah tidak membuat dirinya menjadi seorang istri seutuhnya.
Damar keluar mengenakan piyama,rambutnya nampak basah. Kinanti berpura-pura tidak kecewa. Dia tersenyum manis menyiapkan secangkir teh hangat, lalu meminta suaminya duduk di salah satu sofa.
"kamu pasti lelah kan mas... diminum dulu tehnya..." Kinanti mengaduk teh, sementara Damar menatapnya lekat.
"Kinan... maaf aku... aku tidak bisa melakukan ini pada mu...."
deg!
Kinanti terlalu bisa menutupi perasaannya. Gadis bermata coklat itu masih menyungging kan senyum berhias gigi gingsul yang manis.
"aku mengerti mas ....semua pasti ngga mudah buat kita... terutama kamu,, aku tahu kamu seperti apa, kita jalani dulu ya... aku pasti menunggu kamu...."
akh! Kinanti, kamu gadis yang baik,, kenapa kamu memilih jalan ini??, Damar membatin.
Ia tak mampu mengatakan apapun lagi kecuali
"ayo kita tidur....."
Suasana jadi canggung, biasanya mereka bersenda gurau, bicara banyak tentang perusahaan, lalu jadwal apa saja yang akan dilakukan Kinanti seharian ini. Tetapi malam ini mereka seperti dua orang asing. Seakan ini perkenalan pertama, bahkan mereka tidur saling memunggungi.
Damar memilih tidur di tepi kanan dan Kinanti di tepi kiri. Tidak ada yang bisa terlelap dengan tenang malam ini.
.
Mirandapun ditempat lain terus menerus melihat gawainya. Berharap sang suami akan menghubunginya sekedar berkabar.
Hatinya masih nyeri, membayangkan bahwa mungkin saja saat ini suaminya sedang terlelap dalam pelukan istri baru. Memadu kasih hingga melupakan dirinya.
Ia memutuskan untuk berwudhu lalu sholat malam, sekedar menenangkan diri bercerita pada sang khalik yang Maha membolak balik kan hati.
.
Damar menggenggam gawainya, wajahnya diterpa temaram lampu tidur. Dia sangat ingin menanyai kabar istirnya. Pasti saat ini Miranda sangat terluka.
Beberapa kali ia menuliskan pesan, lalu dihapus kembali. Dia benar-benar berada ditengah kegundahan.
[sayang....]
Akh!!!! kalimat itu terketik namun tidak terkirim. Kinanti mungkin cukup terluka karena malam yang seharusnya menjadi kenangan indah seumur hidup harus ia lewati dengan perasaan kecewa, dia tidak bisa menambah luka lagi dengan menghubungi Miranda.
Mata Kinanti masih terjaga, ia simpan dalam- dalam tangisnya. Belum dicintai saat ini tidak masalah, masih waktu yang akan membawanya pada kesempatan.
.
Malam bergemuruh....
Malam berlalu
Ia pergi tanpa kesan apapun....