webnovel

CERITA 10

Tiya filia menatap telepon genggamnya, rasanya tak ingin menjawab panggilan itu tapi semua itu harus dia hadapi.

"ya ayah.." kata Tiya filia dengan riang saat dia menjawab panggilan hp itu.

"kamu di mana filiaa? kenapa jam segini belum pulang? lagi bikin masalah baru ato apa..hm?" Tanya adam lembut tapi tegas.

"kan filia udah ijin ayah.. mau belajar jadi pengacara sama kak Luis"

"iya.. tapi ayah pikir kamu akan langsung pulang. kenapa jam segini belum juga pulang?.. tadi juga ayah dengar dari bibi mira katanya kamu menelpon meminta bibi mira menjaga ibumu untuk beberapa hari, apa maksudnya itu?"

"kan ayah kalau mau belajar nggak mungkin hanya sehari.. jadi aku akan tinggal di kota ini untuk beberapa hari. boleh ya ayah please?.. ini juga agar aku cepat move on.." kata tiya filia dengan suara memelas, tapi ada senyum getir di wajahnya.

"filia.. kau tahu untuk urusan ibumu ayah agak susah percaya orang lain.."

"berarti mulai sekarang ayah harus belajar percaya orang lain"

"f i l i a.."

"a y a h! ini demi masa depan anakmu!.. boleh ya ayah.. ku mohon.. percayalah bibi mira dan percayalah anakmu" bujuk tiya filia. Dan dari seberang adam terdiam sebentar, hanya terdengar tarikan nafas dalam.

" oh anakku.. ayah jadi pusing.. ok ayah ijinkan tapi tidak boleh lebih dari seminggu.. janji!!"

"iya ayah janji" kata tiya filia dan tak lama kemudian panggilan telpon itu di matikan setelah ayah dan anak itu saling melepas rindu.

di saat panggilan telpon itu di matikan, se tetes air mata menetes di pipi tiya filia.

"maafkan aku ayah.. aku ingin cerita padamu tapi aku takut ayah kembali sakit.. aku akan membuktikan dugaan ku dulu. mencari tau cerita yang sebenarnya.. dan aku akan pulang.. ibu.. ku mohon cepat sembuh ya.." kata tiya filia pada dirinya sendiri sambil menatap foto ayah dan ibunya.