"Aku memang tidak suka bermain kecuali bersamanya, Azmata. Namun kali ini aku akan mempermainkanmu untuknya." Keok memiringkan kepalanya ke kiri. "Apa pertarungan ini direkam dan disebar luaskan? Aku ingin dia terbahak-bahak mendapatkan video mengocok perut berlatar dirimu."
Adik kecil menggeram marah, giginya bergemeletuk, bahkan kini wajahnya makin memerah layaknya orang sehabis makan dua kilogram cabai merah super pedas. Keok yang melihat itu malah kesenangan, apalagi wajah lawannya itu benar-benar disorot oleh kamera terbang kecil yang berada di arena merah.
Sosok yang disebut dia oleh Keok tersenyum merekah di atas tabung dengan tutup, dia mengusap-usap bibirnya dengan ibu jari dan telunjuk seakan-akan ada air liur yang tumpah dari mulutnya lantaran pertarungan menggiurkan di depan sana. Jangan lupakan matanya yang sewarna mentari kala tenggelam kini menatap penuh napsu, sepertinya dia menonton pertunjukan paling menarik di satu Negara Dikara.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com