Pembimbing Ya bertepuk tangan secara meriah, begitu pula dengan para penonton. Sebagian penoton ada yang melepas diri dari tabung dengan tutup, sebagian lagi tetap duduk namun menhentak-hetak kaki layaknya sedang mengikuti olimpiade lari.
Adik kecil yang melihat pemandangan itu mengualas senyum tipis, apalagi saat pelapis transparan arena menghilang dan membiarkan teriakan dari tabung-tabung dengan tutup penonton menyapa telinga para petarung.
"Azmata! Azmata!" teriak pendukung adik kecil serentak, mereka berseru-seru layaknya orang-orang yang telah memenangkan perang antara negara, sungguh riuhnya mengalahkan bisingnya ibu-ibu yang bergosip di acara minum teh.
Jangan pernah kalian terkejut perihal bagaimana banyaknya pendukung pemuda bersurai biru tua itu, bagaimana dijunjung tingginya dia di muka Sekolah Menengah Kosong, dan bagaimana bisa dia masih mendapatkan kasih walaupun satu arena tau dia hampir membunuh kakak kandungnya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com