Laten hanya bisa tertawa dalam hati, memaki para suri konyol itu dengan berbagai macam umpatan. "Mereka kira aku ini sampah? Bisa dibuang begitu saja tanpa perlu rasa iba atau bersalah karena mengotori lingkungan?" Laten menggeleng kepala, sudut bibirnya terangkat. "Aku lebih dari itu semua."
Lapisan di depan mata Laten kembali tertutup, menyisakan pemuda itu sendirian di dalam ruangan serba putih yang dihindari oleh semua orang. Tidak ada yang mau berakhir disana, enggan berdiam barang satu menit pun. Tidak lain dan tidak bukan adalah karena sistem arena putih yang kejam, melegenda dari telinga ke telinga, mulut ke mulut, sampai semua orang memberinya julukan arena kematian.
Jikalau arena merah adalah arena tanpa pengampunan, makah lebih kejam lagi sosok arena putih, si arena kematian. Arena merah mungkin memnga tida memiliki aturan yang mengikat, membuat salah satu dari para petarung akan gugur jikalau mengalami kekelahan telak.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com