webnovel

King Mafia My Husband

Nattarin, seorang wanita berusia 22 tahun yang dijual oleh ibunya yang mempunyai hutang yang sangat banyak pada seorang rentenir. Dia tidak bisa membayar hutang tersebut sampai pada akhirnya dia dijual oleh ibunya sendiri pada seorang mafia kejam yang bernama Bryan. Bryan McEden, pria berumur 29 tahun yang merupakan seorang mafia yang digilai banyak wanita, walaupun dia sendiri terkenal sangat kejam. Dia tidak segan-segan membunuh jika ada orang yang mencoba untuk melarikan uangnya atau pun menghianatinya. Kekejamannya berubah menjadi cinta saat seorang wanita yang bernama Nattarin yang dijual kepadanya. Bagaimana kisah cinta mereka? Happy ending atau kah sad ending?

Flo_YY · Teenager
Zu wenig Bewertungen
31 Chs

Chapter 5

"NATTARIN...." teriak Bryan dan Perth bersamaan.

"Nnnggghhh ... tu-tuan....." panggil Nattarin.

"Bertahanlah Nat. Aku akan membawamu ke rumah sakit. KALIAN .. BERESKAN YANG ADA DISINI. JIKA BISA MENANGKAP ORANG TERSEBUT, TANGKAP DIA." pinta Mew

Dalam perjalanan ke rumah sakit, Bryan terus melihat ke arah belakang dimana dia menidurkan Nattarin. Bryan sungguh kuatir dengan keadaan Nattarin yang boleh terbilang cukup serius. Bryan merasa bersalah padanya atas apa yang terjadi dan dia berjanji pada dirinya akan menebus kesalahan yang sudah dia lakukan pada Nattarin.

Sesampainya di rumah sakit, Nattarin langsung ditangani di ruang UGD sampai berjam-jam lamanya. Bryan menunggu dengan sangat gusar. Tak berapa lama Perth menelepon Bryan untuk mengabarkan kalo orang yang berusaha membunuhnya sudah ditaruh didalam gudang. Bryan mengatakan dia sendiri yang akan menginterogasi orang itu setelah dia mengetahui kabar dari Nattarin.

Selama berjam-jam Bryan menunggu kabar dari dokter mengenai keadaan Nattarin, seperti seorang suami yang sedang menunggu istrinya melahirkan. Penantian Bryan pun berbuah dengan keluarnya dokter yang mengatakan kalo Nattarin sudah lewat dari kritis. Hanya tinggal menunggu siuman saja. Bryan pun mengabarkan pada Perth dan menyuruhnya untuk menjaga Nattarin, sementara dia ke gudang untuk menginterogasi orang yang berniat membunuh Perth.

Tiba di gudang, Bryan disambut dengan penuh hormat oleh anak buahnya. Setelah melihat hasil tangkapannya yang diikat ke kursi dan mata ditutup dengan kain hitam, Bryan kemudian melepaskan 3 kancing bajunya, siku bajunya dilipat sampai siku dan melepaskan semua aksesoris yang dia kenakan di tangan serta melepaskan ikat pinggangnya. Bryan pun membuka kain yang menutup matanya, kemudian menghajar orang itu. Tak sampai disitu saja, Bryan juga memakai ikat pinggang nya untuk mencambuk orang itu sampai kulitnya terkelupas.

Orang itu sempat pingsan beberapa kali, tapi kemudian berhasil dibangunkan dengan siraman air. Karena tak tahan dipukuli terus, orang itu buka mulut mengatakan kalo yang memerintahkan dia untuk membunuh Perth adalah kepala pelayannya, Joe yang sudah mempunyai rencana akan membunuh Bryan supaya bisa menguasai harta keluarga Jongcheveevat.

Setelah agak lama berpikir, akhirnya Bryan melepaskan orang itu dengan syarat, apapun rencana Joe, Bryan harus mengetahui nya. Sebagai jaminannya, istri dan anaknya akan dipindahkan ke tempat yang aman jika suatu saat ketahuan. Orang itu pun setuju. Sementara di rumah sakit, Nattarin telah sadar dan orang pertama yang dilihatnya adalah Perth.

"Nat sudah sadar? Maafkan aku yang sudah mempermainkanmu." sesal Perth.

"Tu...tuan, jangan bicara seperti itu." jawab Nattarin.

"Sebenarnya ini hanyalah rencanaku dengan kakak untuk menjebak Joe. Kakak curiga kalo meninggalnya ayah kami ada hubungannya dengan Joe. Kakak juga pernah memergoki mobilku dibawa Joe ke bengkel tanpa ada kerusakan. Setelah aku cek, ternyata tali rem ku sudah diputusin. Kami pun berniat membuat sebuah sandiwara dimana aku akan memakai mobilku dan akan duduk di kursi roda. Sialnya saat itu Bass malah masuk ke mobilku dan kamu sudah tahu apa yang terjadi dengannya." cerita Perth.

"Lalu soal tuan duduk di kursi roda?" tanya Kana.

"Memang benar kalo aku harus duduk di kursi roda, tapi itu hanya untuk sementara. Setelah menjalani beberapa kali terapi, aku sudah sembuh. Kakak menyarankan agar aku tetap duduk di kursi roda sampai kedatanganmu yang sebenarnya cukup membuat kami kaget. Kakak mengatakan kalo kamu dijual ibumu untuk melunasi hutang. Awalnya kakak mau menjadikanmu sebagai maid, tapi Joe pasti akan melakukan sesuatu padamu. Akhirnya kakak menempatkanmu untuk mengurusku sekaligus mengetes kesetiaanmu yang ternyata pantas diacungi 2 jempol. Apalagi saat kamu melihat kalo Joe sedang mencekikku. Kamu melakukan apa yang seharusnya kamu lakukan dan sekarang malah berakhir disini karena melindungiku. Aku benar-benar minta maaf." sesal Perth.

"Aku hanya melakukan apa yang harus dilakukan sebagai seorang maid. Tuan tidak usah meminta maaf padaku." ucap Nattarin.

"Tidak. Kamu bukan menjadi seorang maid di keluarga kami. Kamu sangat istimewa di hati kakakku. Apa kamu tidak menyadari itu?" tanya Perth.

"Menyadari apa?" tanya Nattarin kembali.

"Menyadari kalo sedari awal aku sudah jatuh cinta padamu." jawab Mew yang mendadak masuk ke kamar dimana Nattarin dirawat.

"Kak// Tuan" panggil keduanya.

"Tidak Nat. Jangan panggil aku tuan. Panggil namaku Bryan" ujar Bryan.

"Kalian berdua ngobrollah. Aku ke cafetaria dulu nyari makan. Bye." pamit Perth.

"Hati-hati Perth. Ingat, orang-orangnya Joe masih berkeliaran." peringat Mew pada Perth yang disertai anggukan dari si empunya.

"Ehm ... Nat ... maafkan aku" sesal Bryan.

"Tuan, tangannya kenapa terluka seperti ini?" tanya Nattarin saat melihat tangan Bryan terluka yang diakibatkan karena menghajar hasil tangkapannya terlalu keras.

"Gak pa-pa. Hanya luka kecil saja. Tidak usah kuatir" jawab Bryan.

"Tapi tangan tuan harus diobati dan kalo tidak....."

"Nat, bisa tidak jangan panggil tuan? Panggil namaku Bryan!!" pinta Mew dengan nada meninggi.

"Baiklah. Bryyyan" panggil Nattarin yang membuat Mew menahan tawanya.

"Kamu sengaja memanggil "Bryyyan" gitu?" tanya Bryan.

"Hah? Bukankah nama tuan seperti itu? Maaf kalo aku..."

"Tidak. Aku hanya bercanda denganmu. Panggil namaku senyaman Nat saja. Ok!!" ujar Bryan sambil mengelus halus rambut Nattarin.

Jauh didalam hati Nattarin saat pertama kali bertemu dengan Bryan, dia sudah jatuh cinta dengan nya. Tapi kemudian dia sadar kalo dirinya dengan Bryan bagaikan langit dan bumi. Tidak akan bisa bersatu. Sekarang setelah dia tahu Bryan mencintainya, Nattarin pun tidak akan melepaskan pria di depannya itu lagi dan hanya ingin bahagia dengan nya.

2 minggu setelah dirawat, Nattarin pun pulang diantar Bryan ke rumah. Mendadak dalam perjalanan pulang, mobil mereka ditembaki orang tak dikenal. Supir Bryan meninggal di tempat. Sementara Bryan mengambil alih mobil dan dia juga menyuruh Nattarin untuk menunduk. Bryan pun melajukan mobilnya ke sebuah hutan, kemudian membawa Nattarin turun dari mobil dan melewati hutan yang penuh dengan jebakan. Perjalanan mereka pun sampai ke sebuah rumah kayu dan mereka pun melepas lelah didalam rumah tersebut.

"Ini darah apa ya? Aku gak terluka ..... Bryan .. Bryan, kamu terluka!!" teriak Nattarin saat tahu Bryan terluka.

"Sssttt ... gak pa-pa sayang. Sekarang Nattarin bawa aku ke kamar, terus Nat tolong ambilkan pisau dan lilin kemari." pinta Bryan yang kemudian Nattarin ke dapur mengambil pisau dan lilin.

"Ini untuk apa, Bryan?" tanya Nattarin kebingungan.

"Nyalakan lilin itu, kemudian bakar pisau itu dan berikan padaku." pinta Bryan yang kemudian membuat Nattarin mengambil korek dari laci nakas disamping tempat tidur Bryan.

"Ini. Apa yang akan kamu lakukan, Bryan?" tanya Nattarin penasaran.

"Aku akan mengeluarkan peluru sialan ini dari perutku." ujar Bryan.

"Astaga" kaget Nattarin.

"Aku tahu ini pertama kalinya bagimu untuk melihat ini. Tidak apa-apa, sayang. Tetaplah disini menemaniku." ucap Bryan.

"Baiklah. Tapi bolehkah aku menelepon Perth untuk mengabarlan keadaan kita?" tanya Nattarin.

"Tidak. Aku tidak mau Perth tahu. Aku curiga dia ada hubungannya dengan kejadian tadi" jawab Bryan yang membuat mulut Nattarin menganga.