webnovel

Ditagih Janji

Kini Madesh tengah bergerak cepat untuk mencabut nyawa para manusia yang namanya sudah dijadwalkan hari ini. Dan tentu saja ini termasuk tugas yang berat karena Madesh harus menyebar ke seluruh penjuru dunia untuk menuntaskan tugasnya.

Hari-harinya memang dilalui dengan mengelilingi dunia sambil mencabut nyawa. Antara senang dan lelah sebenarnya karena wilayah yang ia cakup dan juga jutaan orang yang ia cabut nyawanya setiap harinya.

Walaupun Madesh memiliki partner dan beberapa pencabut nyawa lainnya namun ia tetap yang bertanggung jawab atas semuanya karena dialah tahta tertinggi dalam kasta dewa kematian. Jadi semuanya harus dilaporkan pada dirinya dan dia juga mengampu tugas yang banyak dari raja neraka dan surga.

"Masih ada 672.017 manusia yang masih harus aku datangi! Aku harus cepat menyelesaikan pekerjaanku supaya aku bisa menemui Azura! Entah kenapa rasanya baru saja berpisah namun aku begitu ingin berjumpa dengannya," gumam Madesh yang tengah mencabut nyawa.

Biasanya Madesh melakukannya dengan santai karena dulu ia tak memiliki tujuan dan keinginan apapun. Dan karena Azura dia menjadi ingin segera menyelesaikan pekerjaannya.

Tak butuh waktu yang lama secepat kilat Madesh sudah menyelesaikan tugasnya. Ia hanya tinggal melapor pada raja neraka dan surga. Tak lupa ia harus membuat kepalsuan terhadap raja surga mengenai satu orang yang harusnya berada di istananya kini malah akan ia tahan di sisinya.

"Lebih baik aku mendatangi Azura dulu baru melapor! Aku sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan dirinya!" gumam Madesh yang langsung terbang menuju ke ruang UGD tempat Azura dirawat dan ditangani.

***

Sementara itu di rumah sakit, Azura yang salah mengomel menjadi takut dan merasa bersalah apalagi yang ia omeli ternyata adalah Madesh sang dewa kematian itu sendiri.

Madesh yang sudah menyelesaikan tugasnya mencabut nyawa ternyata langsung datang ke rumah sakit untuk melihat keadaan Azura. Harusnya waktu Madesh masih panjang namun Madesh bergegas menyelesaikannya dengan cepat karena sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Azura.

Azura yang telah memarahi Madesh merasa bersalah dan berjalan menghampirinya. Azura langsung membungkuk dan meminta maaf kepada Madesh.

"Maafkan aku karena telah mengomeli dirimu! Aku... aku tidak bermaksud melakukan itu! Aku pikir tadi kamu adalah mantan kekasihku jadi aku mengomeli dirimu. Aku sungguh minta maaf, emmm... maksud saya saya minta maaf, Tuan!" ucap Azura yang meralat panggilannya yang dirasa kurang sopan.

Madesh yang dipanggil oleh Azura dengan panggilan Tuan dan mendengar perkataan Azura mengenai mantan kekasihnya pun merasa sedikit kesal. Ia tidak suka mendengar Azura membicarakan mengenai orang lain terlebih lagi adalah pria.

"Panggil saja aku Madesh! Dan jangan bicarakan mengenai pria lain lagi saat kau berada di hadapanku!" suruh Madesh dengan tegas.

"Tetapi Tuan..."

"Aku bilang panggil aku Madesh!" sahut Madesh yang berseru.

"B-baik, Madesh!" jawab Azura yang menuruti permintaan Madesh.

Azura tidak mengerti kenapa Madesh meminta dirinya untuk memanggilnya dengan sebutan namanya saja dan melarang Azura untuk membicarakan pria lain. Namun Azura tak merisaukan mengenai hal itu karena ada hal lain yang ia rasa lebih penting.

Mumpung Azura bertemu dengan Madesh di sini Azura ingin mengucapkan terima kasihnya yang begitu mendalam karena berkat Madesh ia bisa memeluk kedua orang tuanya.

"Tuan... maksudku Madesh, aku ingin mengucapkan terima kasih banyak atas pertolongan darimu hari itu dengan mengizinkan jiwaku ke ragaku kembali. Aku tahu mungkin ini melawan takdir tetapi aku sungguh belum siap untuk meninggalkan kedua orang tuaku! Sekali lagi terima kasih banyak!" ujar Azura.

Karena Azura sudah membahas mengenai hari itu jadi sekalian saja Madesh bersiap untuk melancarkan rencananya. Madesh langsung menagih apa yang pernah Azura katakan padanya dulu.

"Apakah kau masih ingat dulu apa yang kau katakan ketika aku menolongmu?" tanya Madesh.

Azura terdiam dan mencoba mengingat apa yang pernah ia katakan pada Madesh. Namun Azura merasa jika banyak yang ia katakan jadi dia tidak paham perkataan mana yang dimaksud oleh Madesh.

"Kita berbicara lumayan banyak saat itu jadi aku tidak tahu perkataan yang mana. Apakah kamu bisa langsung saja memberitahuku?" tanya Azura yang tidak ingat.

"Kalau begitu aku bantu untuk mengingatkanmu! Apakah kau ingat dengan hutang budi?" Madesh langsung memperjelas maksudnya.

Karena kali ini pertanyaan Madesh sudah jelas jadi Azura paham dengan apa yang ingin Madesh tanyakan. Tetapi Azura masih tidak paham kenapa Madesh menanyakan mengenai hal itu.

"Yah, aku memang bilang padamu waktu itu jika aku berhutang budi kepadamu! Lalu apa hubungannya hutang budi denganmu? Apakah kamu mau aku membalas hutang budiku padamu?" tanya Azura yang langsung bisa menebaknya.

Selain cantik dan cerdas rupanya Azura begitu peka. Ia langsung tahu mengenai maksud Madesh. Dan Madesh pun tak mau menutupi apapun dan berterus terang.

"Ya! Aku ingin kau membalas hutang budimu!" jawab Madesh dengan mantap.

Azura bingung harus membalas budi yang bagaimana karena ia hanya pernah mengembalikan hutang uang namun belum pernah membalas hutang budi.

"Bagaimana bisa aku membayar hutang budiku? Aku sebelumnya belum pernah membalas hutang budi seseorang," tanya Azura yang memang tidak tahu.

"Tenang saja semuanya sudah aku atur! Sekarang tutuplah matamu dan jangan mengintip!" suruh Madesh.

Sebenarnya Azura agak ragu terhadap Madesh kali ini karena ia merasakan jika akan terjadi hal yang buruk terhadap dirinya. Namun jika Azura tidak melakukannya sama saja dengan dia yang tidak mau membalas budinya.

"Baiklah aku akan menutup mataku! Selanjutnya apa?" Tanya Azura yang penasaran dengan apa yang hendak dilakukan oleh Madesh.

Karena segalanya sudah Madesh persiapkan jadi Madesh hanya tinggal melaksanakannya saja. Madesh langsung merangkul pinggang Azura dan memeluknya dengan erat.

"Jangan buka matamu sampai aku yang memerintahkan! Apa kau paham?!" ujar Madesh yang kembali mengingatkan Azura.

"Baik!" jawab Azura dengan patuh.

Langsung saja Madesh membawa Azura berserta dengan koper yang berisi pakaiannya tadi. Kini Azura sudah dibawa pergi oleh Madesh.

Sedangkan di luar ruangan, papa dan mama Azura ternyata baru saja kembali dari bagian administrasi untuk melunasi biaya perawatan Azura. Mereka juga sudah tidak sabar untuk membawa Azura pulang.

"Pa, akhirnya Azura sudah bisa pulang!" ujar mama Azura yang begitu senang.

"Yah, kita patut bersyukur karena Azura masih diizinkan bersama dengan kita berdua!" jawab sang papa.

"Benar, Pa! Dan karena Azura diberikan kesempatan untuk kehidupan yang kedua kita tidak boleh membiarkan Azura bersedih dan mengalami kesengsaraan! Kita harus merawatnya dengan baik!" ujar mama Azura dengan penuh keyakinan.

Papa Azura hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan apa yang dikatakan sang istri hingga akhir mereka tiba di ruangan UGD dan membukanya. Alangkah terkejutnya keduanya yang tak menemukan siapapun di sana.

"Azura?!"

TBC...