webnovel

Ketika Dia Pergi Sebentar

Ini bukan kisah laki-laki yang tampan dan juga kaya raya. Dengan wajah yang jelek, dan tidak mempunyai banyak uang tetapi Prasetyo juga ingin merasakan rasanya di cintai dan mencintai seseorang, bagaimana Prasetyo mendapatkan cewek yang bisa menerima wajah buruk rupanya? Prasetyo merupakan seseorang yang sudah bekerja di sebuah Perusahaan yang cukup besar, ia di sana juga sudah bekerja cukup lama. Bekerja dengan sistem shift cukup menguntungkan bagi Prsetyo sendiri. Uang demi uang ia sisihkan untuk biaya pernikahannya yang akan terjadi sekitar beberapa tahun lagi. Namun, ketika mendekati acara pernikahannya, ia bertemu dengan seorang perempuan yang bekerja dengannya atau bisa di sebut partner kerjanya. Mengerjakan pekerjaan bersama, istirahat bersama, dan sudah sering menghabiskan waktu bersama juga dalam waktu yang cukup lama. Sampai pada akhirnya sempat di tegur oleh bosnya, apa yang akan di lakukan mereka berdua? Apakah yang harus di lakukan Prasetyo dalam masalah ini? Apakah akan tetap melaksanakan pernikahannya yang sudah di rencanakan jauh-jauh hari dengan kekasihnya yang bernama Devi atau malah memilih bersenang-senang dengan partner kerjanya yang bernama Mei? Ini juga bukan tentang kisah percintaan saja, tapi juga memberikan pembelajaran tentang dunia kerja yang sangat keras dan licik.

Ervantr · realistisch
Zu wenig Bewertungen
279 Chs

Mencuri

Pagi ini cuaca sangat dingin, bahkan suhu udara di sini mencapai 18 derajat celcius. Pukul 3 pagi, Pra terbangun dari tidurnya, ia tak kuat menahan dinginnya udara kali ini. Pra berniat mengambil sarung dan juga mematikan kipas angin yang menyala. Masalahnya adalah ketika kipas angin ini mati, banyak nyamuk berterbangan kesana kemari, Pra juga takut jika mengganggu tidurnya Toni.

"Gilaa, dingin banget. Udah kayak di luar negeri gue. Kipas angin juga nyala, ntar kalo gue matiin si Toni bagaimana kalo banyak nyamuk" batin Pra dengan melihat ke arah kanan dan juga kiri. Siapa tahu dengan melihat ke lain, Pra menemukan ide yang cemerlang.

Ternyata cuaca dingin ini tak hanya di rasakan Pra, berselang waktu sekitar 5 menit Toni terbangun dari tidurnya dan menyuruh Pra untuk mematikan kipas angin.

"Praa, lu yang deket dari arah kipas angin. Matii aja dah, tumben banget cuaca kali ini dingin" tukas Toni dengan memeluk gulingnya.

Pra berdiri dan mematikan kipas anginnya, "Gue aja juga kedinginan. Ntar kalo nyamuknya banyak gimana? Kan kipasnya mati"

"Ada obat nyamuk bakar kan, Pra?" tanya Toni.

"Gue gak tahu, di kamar sini perasaan nggak ada deh" jawab Pra karena ia sedari tadi sudah melihat ke arah kanan dan kirinya.

Toni terbangun dari tidurnya, dan mulai berjalan ke arah kamar Nenek. Biasanya Nenek selalu mempunyai persediaan obat nyamuk bakar, "Gue ke kamar Nenek, biasanya dia punya. Tapi mesti selalu di sembunyiin, lu tahu tempatnya nggak?" kata Toni yang berhenti sejenak.

"Kayaknya di bawah kasurnya, di sebelah lemari. Tadi gue lihat ada di sana!" jawab Pra. Karena ia selalu mengetahui tempat-tempat yang persembunyian Nenek.

"Yakin? Okee, gue ambil. Lu ada koreknya?"

"Adaa" jawab Pra dengan menunjuk ke arah pojok, "Noh di sana"

Toni kembali berjalan pergi ke kamar Nenek, kamarnya bersebelaham dengan Toni dan juga Pra. Jadi, untuk pergi ke sana tak membutuhkan waktu yang lama, "Mana ya, kata Pra tadi di dekat lemari di bawah kasur" batin Toni yang sudah berada di depan pintu. Pintu di kamar Nenek selalu tak pernah di tutup ataupun di kunci, karena memang pintunya terhalangi oleh beberapa perabotan rumah tangga, seperti lemari dan rak sepatu.

Toni mulai berjalan masuk, dan langsung mengarah ke arah clue yang sudah di berikan Pra, "Gue lihatt" batin Toni dan langsung mengambil obat nyamuk bakar. Tanpa tanggung-tanggung, Toni membawa satu bungkus obat nyamuk alias semuanya dan berjalan dengan pelan ke kamarnya lagi.

Pra yang melihat Toni membawa semuanya juga ikut heran, "Kenapa lu ambil semuanyaa?" kata Pra pelan.

"Kalo gue ambil 1 aja, dan membukanya di sana pasti Nenek kedengeran dan juga nanti bangun. Yaudah gue bawa semuanya aja, nanti kalo kita udah ambil baru di kembaliin" jawab Toni dengan santai, wajah tanpa dosa.

"Siapa yang ngembaliin?" tanya Pra.

"Ya elu lah, kan gue tadi udah ambil. Kita nagi tugas, gue juga yang menyalakan obat nyamuk nya deh" Toni membuka bungkus dari obat nyamuk itu dan mengambilnya 1 pasang. Lalu memberikannya bungkus itu ke Pra, "Nih cepat kembaliin, biasanya Nenek sering bangun di jam segini. Hati-hati aja yee" tukas Toni menakut-nakutin. Tetapi, emang benar Nenek selalu sering bangun di tengah malam seperti ini, untuk pergi ke kamar mandi. Karena penyakit gulanya ini membuatnya sering membuang air kecil.

Pra menerima bungkus obat nyamuk tersebut, mulai berdiri dan berjalan ke kamar milik Nenek, "Gitu aja takut" jawab Pra dengan tubuh yang tegap, berjalan seperti layaknya pejuang yang memenangkan pertempuran.

Pra tak lama mengembalikan bungkus obat nyamuk itu, bahkan Toni belum selesai menyalakan, Pra sudah kembali, "Cepat banget?" tanya Toni yang heran.

"Tinggal ngembaliin aja lama amat" jawab Pra.

Setelah obat nyamuk bakar sudah menyala, Toni dan Pra kembali ke tempat tidurnya masing-masing dan melanjutkan mimpi mereka masing masing juga. Pra tipe orang yang suka bangun siang, maksimal Pra bangun mungkin sekitar jam 8-9 pagi.

Biasanya Pra selalu begadang dengan teman-temannya, meminum kopi, dan berbincang-bincang masalah kehidupan ini. Pra yang jelek dan bermuka seperti kerbau ini juga mempunyao cita-cita setinggi langit, dan juga ia sangat bersyukur bisa mencintai dan di cintai oleh kekasihnya si Devi. Pra selalu di ejek oleh teman-temannya, Pra di kira menggunakan dukun dan juga ilmu hitam dalam mendapstkan si Devi. Tapi, Pra selalu membantah dengan perkataan, 'Untuk biaya makan saja susah, apalagi biaya ke dukun. Mikirr!'

Karena temannya, yang mempunyao wajah yang bersih, putih dan kaya raya belum juga mendapatkan kekasih. Ia selalu iri dengan Pra, ia mengatakan kalau kaya raya dan mempunyai fisik yang bagus belum jaminan untuk mendapatkan seorang wanita. Karena laki-laki juga di lihat dari hatinya, bukan soal fisik saja.

Berhubung ini juga hari minggu, Pak Sul, Ibu Rini beserta anak-anaknya selalu membeli sarapan di luar. Jam 6 pagi, Pak Sul sudah membangunkan analnya satu persatu, kecuali Pra.

Karena kendaraan motor Pak Sul hanya 2, dan ketika semua mencari sarapan hanya Pra dan Nenek yang tak ikut, tetapi Pak Sul selalu membawakan Pra dan Nenek sarapannya. Pra hanya bisa menerima, malah ia bersyukur masih di bawakan makanan.

Menu favourit Pak Sul di saat weekend seperti ini adalah Soto Babat. Jaraknya dengan penjual soto tersebut juga lumayan jauh, mungkin menempuh waktu kurang lebih 15 menit.

"Praa, bangun. Udah siang" kata Nenek yang membangunkan Pra, karena jam juga sudah menunjukkan pukul 8.

"Hmmmm" jawab Pra singkat.

"Anak kok suka banget bangun siang, nanti rejeki mu di patuk ayam lho" Nenek terus mencoba berbagai cara untuk membangunkan Pra, tetapi Pra sudah kebal dengan semua nasihat yang Nenek berikan.

"Kan rejeki udah ada yang ngatur, kenapa masih bingung?" jawab Pra lagi seadanya.

"Gundulmu! Kalo kerjaan kamu hanya tidur begini, mana mungkin Tuhan memberimu rejeki, Pra" Nenek sudah mulai kesal karena Pra tak kunjung bangun.

"Praaa! Itu udah ada sarapannya dari Pak Sul, cepat bangun. Kalo nggak bangun makanannya aku buang" teriak Nenek yang kali ini sudah habis kesabarannya.

Pra langsung bangkit dari tempat tidurnya dan langsung duduk di kasur, "Iyaa ini bangun"

"Kalo sampai habis ini tidur lagi, makanannya aku buang!" itu adalah salah satu cara Nenek untuk membangunkan Pra yang super duper susah.

"Iyaaa astaga" karena Pra juga jengkel, ia langsung pergi ke kamar mandi, membersihkan wajahnya dari tidur semalam.

Memang benar rejeki udah ada yang ngatur, tetapi itu berlaku hanya untuk orang yang berjuang. Tidak ada namanya rejeki datang sendiri padahal kita tak melakukan aksi apapun. Semangat, Tuhan juga tidak akan mengkhianati usahamu.