webnovel

Kepingan Sayap Memori Penuh Dendam

Mitos mengatakan angka 7 merupakan sebuah angka keberuntungan. Bagi Dina, angka 7 merupakan kesempatan dari Tuhan! Dulunya, Renata yang merupakan sahabat terbaiknya memanipulasi Dina hanya demi seorang pria, Teddy. Tidak berhenti disitu, Renata menjebak Dina dan menjebloskannya ke dalam penjara, lalu menyuruh seseorang untuk membunuh Dina didalam sel yang suram itu. Dina berpikir dia hanya akan berakhir di Neraka dengan beribu penyesalan. Tapi nyatanya Ia terbangun kembali ke 7 tahun lalu, sebelum semua masalah hidupnya dimulai. Kini Dina tidak boleh jatuh kedalam lubang yang sama, Ia harus menyiapkan rencana serangan balik sebelum semuanya terlambat!

Pena_Fiona · Teenager
Zu wenig Bewertungen
424 Chs

Ternyata Semua Itu Karena Ulahnya

Mendengar penjelasan itu Dina Baskoro segera memahaminya. Yang dibicarakan Teddy Permana adalah ketika dia bertemu Budi Gumelar di restoran barusan.

Tiba-tiba, Dina Baskoro merasakan sakit di kepalanya.

"Bagaimana Teddy Permana tahu tentang ini dan apakah dia mengirim seseorang untuk mengikutiku?" Dina Baskoro mencoba bertanya-tanya dan mencari tahu, Dina merasa sangat bersalah.

Karena antara dia dan Budi Gumelar, tidak ada apa-apa.

Jika bukan karena memesan begitu banyak hidangan, Dina tidak akan mau berurusan dengan Budi Gumelar begitu lama.

Dina sudah berusaha menghindari Budi Gumelar, dan setelah tangannya disentuh Dina segera memalingkan wajahnya dan berlari ke kamar mandi untuk mencuci tangannya berulang kali.

Kenapa Teddy Permana mengira itu adalah pertemuan pribadi dengan kekasihnya.

Mungkinkah dalam hati Teddy Permana, Dina Baskoro adalah orang yang sangat kotor?

Dina Baskoro mengakui bahwa dia dulu memang bersalah, tetapi sekarang, perubahan yang dia buat untuk memperbaiki hubungan ini. Apakah Teddy Permana tidak bisa melihat itu sama sekali?

Tiba-tiba, Dina Baskoro merasakan sakit di dalam hatinya, matanya memerah, lalu berteriak pada Teddy Permana, "Teddy Permana, kamu bajingan yang menyebalkan! Tahukah kamu bagaimana aku sudah berusaha selama ini? Tahukah kamu berapa banyak yang aku masukkan ke dalam pikiranku hanya untuk membuatmu bahagia? Kamu tidak tahu apa-apa, kamu hanya bisa menyalahkanku, aku sangat membencimu! Aku tidak mau melihatmu lagi! "

Setelah itu, Dina Baskoro berlari dengan air mata berlinang.

Melihat air mata Dina, Teddy Permana sedikit tertegun, mengapa dia yang marah, tapi Dina yang menangis? Hanya keheningan yang tersisa, dan kewarasan Teddy Permana perlahan mulai kembali.

Hati Teddy Permana tiba-tiba menjadi sesak dan berusaha mengejar Dina.

Dan Rahmi yang baru saja masuk, tercengang saat melihat makanan di tempat itu berantakan.

Kemudian berkata dalam hati, "Tuhan, apakah ini perang dunia? Makanan ini masih hangat, seharusnya baru disajikan."

Setelah melihat Rahmi, Teddy Permana kembali duduk di kursinya dan bertanya, "Ada apa?"

Rahmi terkejut dan berkata,"Pak Teddy, saya baru saja melihat Bu Dina lari sambil menangis keluar"

Ini pertama kalinya Rahmi melihat Dina Baskoro menangis. Sejujurnya, meskipun menurut Rahmi, Dina adalah orang yang menyebalkan dulu, air matanya membuat orang merasa iba.

Teddy Permana diam sebentar, memikirkan Dina yang menangis tadi hatinya melunak. Tapi nadanya tetap cuek."Jangan khawatirkan dia, cepat bersihkan lantai ini, aku harus kembali bekerja."

Meskipun Rahmi tidak tahu apa yang terjadi, dia tidak berani mengabaikan perintah Teddy, jadi Rahmi segera membersihkan barang-barang dan makanan yang ada di lantai.

Dan terakhir Rahmi menyemprotkan sedikit parfum ke dalam ruangan untuk menutupi aroma makanan yang menyengat.

...

Teddy Permana, orang yang jahat, sangat buruk! Jangan pernah mengucapkan sepatah kata pun padanya lagi! Dina Baskoro berlari keluar dari kantor dengan ekspresi jelek sambil mengutuk di dalam hatinya.

Dan kejadian itu kebetulan dilihat oleh Renata Sanjaya yang sedang duduk di kafe seberang. Melihat penampilan Dina yang menangis itu Renata Sanjaya merasa senang, dan seperti yang dia harapkan, keduanya berpisah!

Renata Sanjaya tersenyum dengan penuh kemenangan, "inilah cara yang benar untuk menyingkirkan Dina Baskoro, wanita bodoh sepertimu benar-benar tidak layak untuk Teddy Permana? Wanita yang sangat cocok untuk bersama Teddy Permana harus memiliki IQ dan EQ yang tinggi untuk bisa menyamai Teddy Permana yang luar biasa."

Tentu saja, Renata Sanjaya merasa bahwa wanita yang layak adalah dirinya sendiri.

Renata Sanjaya merasa di dalam hatinya bahwa Teddy Permana hanya bisa menjadi miliknya, dan siapa pun yang berani mengambilnya tidak dapat diampuni

...

Setelah meninggalkan kantor, Dina Baskoro langsung naik taksi pulang. Di depan pintu, suara hangat Mbak Tiwi menyapa,"Bu Dina, apakah sudah makan, ayo makan dulu."

Dina Baskoro masih memikirkan kejadian tadi dan bahkan Mbak Tiwi pun tidak memperhatikannya, jadi Dina langsung naik ke atas.

Setelah naik ke atas, dia langsung membuka kamar, lalu naik ke tempat tidur dan menutupi kepalanya dengan selimut.

Dina tidak bisa mengendalikan emosinya, dia merasa sangat kesal di dalam hatinya, dan semakin dia memikirkannya, semakin marah rasanya.

"Bagaimana Teddy Permana bisa salah paham tanpa memikirkannya dulu? Setidaknya bertanya apa yang terjadi! Kenapa dia berpikir bahwa aku tega melakukan hal itu." Dina Baskoro benar-benar merasakan sakit di hatinya.

Tetapi setelah beberapa saat, Dina Baskoro menjadi lebih tenang dan mencoba mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya. Mengapa Teddy bisa tahu tentang Budi di restoran itu.

Mengapa hal ini terjadi? Dina turun untuk memesan makan, dan bertemu Budi Gumelar. Dan pada saat itu, Budi Gumelar jelas melihat sekeliling, seolah menunggu sesuatu atau seseorang. Dan Teddy Permana jelas sedang rapat pada saat itu, tapi bagaimana dia tahu ini? Apakah ada yang melaporkan padanya?

"Melaporkan?"

Dan tiba-tiba Dina Baskoro sudah tahu siapa yang melaporkan pada Teddy, dan sebuah nama siap untuk keluar.

"Tentu saja, hanya Renata Sanjaya yang bisa melakukan hal busuk seperti ini! Wanita jalang itu!" Dina Baskoro benar-benar marah di dalam hatinya untuk beberapa saat, Renata Sanjaya ini benar-benar licik, sangat licik.

Namun, Dina Baskoro kemudian berpikir sebentar dan menyalahkan dirinya sendiri karena kelalaiannya. Sebenarnya, Dina sudah tahu saat melihat Budi Gumelar melihat sekeliling saat itu. Orang yang ceroboh seperti itu pasti akan mengikuti jalan Renata Sanjaya. Dina Baskoro diam-diam berpikir, kali ini Renata Sanjaya sudah tidak bisa dibiarkan begitu saja.

Setelah memikirkan hal itu, Dina Baskoro sudah tidak mengkhawatirkannya lagi, tapi tiba-tiba merasakan sakit yang panas di tangannya. Dan melihat di tangannya ada bekas melepuh karena terbakar, Dina teringat saat sup tumpah tadi mungkin mengenai tangannya. Bahkan ada tiga atau dua tempat di mana ada luka merah melepuh, dan terasa sangat sakit bila disentuh.

Dina Baskoro melihat lengannya, lalu merasa frustasi dan tidak berencana untuk mengobati tangannya. Dina memikirkan Teddy Permana yang memilih untuk tidak mempercayai dirinya, "Lalu apa lagi yang dia pedulikan?"

Kemudian, Dina Baskoro memasukkan kepalanya ke selimut lagi, matanya ditutup, bingung, dan tidak berapa lama kemudian tertidur.

...

Teddy Permana menambahkan beberapa shift di kantor dan ketika dia kembali ke rumah, sudah hampir jam tujuh.

Berdiri di depan pintu rumah, melihat ke arah lampu yang terang di dalam, Teddy Permana ragu-ragu, tidak tahu apakah harus masuk atau tidak.

"Siang tadi di kantor, Dina Baskoro menangis, mungkin dia tidak akan kembali kesini. Kalau dia tidak kembali, aku tidak perlu masuk." Teddy Permana bimbang.

Lalu ada seorang pembantu kebetulan keluar untuk membuang sampah dan melihat Teddy Permana berdiri di depan pintu lalu mendekat untuk menyambutnya, "Selamat malam Pak Teddy." Teddy Permana hanya mengangguk tapi tiba-tiba menghentikannya dan bertanya,"Apakah kamu melihat Dina hari ini?"

Pembantu itu menjawab,"Bu Dina hanya diam di kamar sejak pulang ke rumah siang tadi dan tidak pernah turun."

Teddy Permana tidak bisa menahan perasaannya dan berkata dengan nada khawatir, "Dia terluka, apakah kamu tidak mengobatinya?"

Pelayan itu menggelengkan kepalanya untuk menunjukkan bahwa dia tidak tahu, dan kemudian kembali berjalan membuang sampah.

Teddy Permana hanya diam berdiri dan berpikir, "haruskah dia begitu bodoh sehingga dia tidak peduli dengan luka sendiri?"

Tapi setelah dipikir-pikir, sepertinya itu bukan hal yang tidak mungkin. Melihat Dina Baskoro dengan karakter nya itu. Di masa lalu, untuk menolak menikah dengannya, dia bahkan sempat mengancam untuk lompat dan bunuh diri.

Wanita yang konyol!

Teddy Permana berpikir sejenak, tetapi akhirnya tidak bisa menahan diri, lalu melangkah menuju kamar di atas.