webnovel

Penjelasan Tentang Kejadian Yang Sebenarnya

Tapi setelah dipikir-pikir, sepertinya itu bukan hal yang tidak mungkin. Melihat Dina Baskoro dengan karakter nya itu. Di masa lalu, untuk menolak menikah dengannya, dia bahkan sempat mengancam untuk lompat dan bunuh diri.

Wanita yang konyol!

Teddy Permana berpikir sejenak, tetapi akhirnya tidak bisa menahan diri, lalu melangkah menuju kamar di atas.

_ _ _ _ _ _ _

Dina Baskoro sedang tidur lemas dengan kepala tertutup selimut dan dia tidak mendengar pintu terbuka.

Ketika Teddy Permana masuk, dia melihat Dina menutupi dirinya dan merasa apa yang dilakukannya sedikit lucu, jadi Teddy melepas selimut itu.

Kemudian Teddy melihat Dina Baskoro, meletakkan tangannya di atas perutnya, caranya tidur seperti anak kecil.

Setelah itu, tatapan Teddy tertuju pada tangannya dan kulit melepuh yang sedikit menghitam, Teddy Permana mengerutkan kening, "wanita bodoh ini kenapa tidak mengobati lukanya."

Teddy Permana tiba-tiba merasa tertekan, ada rasa bersalah di matanya, dia seharusnya tidak melakukan ini padanya.

Tapi Teddy juga tidak tahu mengapa dia tidak bisa menahan emosi ketika tahu Dina sedang bersama Budi Gumelar saat itu. Tapi nyatanya Teddy juga menyalahkan diri sendiri karena percaya pada Dina Baskoro, mengira dia sudah berubah, padahal tidak. Itu sebabnya Teddy marah pada dirinya sendiri.

Melihat Dina Baskoro sudah tidur cukup lama, luka di tangannya pasti akan menjadi lebih parah jika dia tidak mengobatinya, jadi Teddy Permana harus membangunkannya. Dina Baskoro sedang berada dalam mimpi, lalu membuka matanya dengan linglung ketika merasakan seseorang mendorongnya.

Melihatnya membuka matanya, Teddy Permana lalu mundur selangkah dan menjaga jarak darinya. Dina Baskoro membuka matanya dan terkejut ketika melihat Teddy Permana di sampingnya.

Dina Baskoro masih memiliki keyakinan kalau Teddy Permana tidak akan begitu saja melepaskannya. Namun, Dina Baskoro masih berpura-pura marah, dan bertanya dengan cuek, "Apa yang kamu lakukan disini?"

Tanpa diduga ternyata Teddy Permana masih bersikap dingin padanya,"Aku kesini untuk mengambil dokumen."

Singkat kata, Dina Baskoro sedikit marah untuk sementara waktu, "bukankah Teddy Permana harusnya peduli padaku?" Dina tidak percaya bahwa Teddy Permana tidak bisa melihat luka bakar yang begitu jelas.

Oke, mungkin dia tidak bisa melihatnya, Dina Baskoro lalu hanya mengingatkannya, "Oh, ternyata begitu. Kupikir kamu masih memiliki hati nurani, dan pulang untuk melihat lukaku, tapi sepertinya aku salah." Setelah itu, Dina Baskoro berdiri dan pura-pura pergi.

Tanpa diduga triknya berhasil. Melihat bahwa dia akan pergi, Teddy Permana akhirnya berkata,"Aku tahu kamu terluka, kenapa kamu tidak mengobatinya?"

Dina Baskoro tertawa mencela diri sendiri, dan dengan sengaja berkata, "Apa yang bisa aku lakukan? Kubiarkan saja lukanya membusuk. Lagipula tidak ada yang peduli padaku. " Setelah itu, Dina Baskoro berjalan ke kamar mandi.

Melihat Dina akan pergi ke kamar mandi, Teddy Permana berpikir, luka itu sudah memerah, bisakah dia menyentuh air?

"Kemarilah!" Tiba-tiba Teddy Permana tiba-tiba meraih tangan Dina Baskoro, dan langsung menariknya ke dalam pelukannya.

Dina Baskoro jatuh ke dalam pelukan Teddy Permana dan sedikit terkejut, lalu bereaksi menolak, "Teddy Permana, apa yang kamu lakukan? Bukankah kamu tidak menyukaiku? Jangan sentuh aku!"

Teddy Permana mengabaikannya, lalu menariknya ke sofa,"Duduk!"

Nadanya tegas, membuat Dina Baskoro diam, lalu duduk dengan patuh.

Lalu Teddy Permana memanggil pembantunya untuk membawakan kotak P3K, dan kemudian mulai mengobati Dina Baskoro dengan hati-hati.

Dina melihat Teddy Permana memegang kapas di satu tangan, mencelupkannya dengan desinfektan dan obat luka, lalu dengan lembut mengusapkan kapas itu di area yang melepuh.

Selama proses mengoleskan obat, gerakan Teddy sangat hati-hati dan tidak ceroboh sama sekali. Dina Baskoro awalnya ingin mengatakan sesuatu untuk setidaknya membuat Teddy Permana meredakan sedikit amarahnya. Tetapi melihat Teddy Permana sangat lembut dan teliti ketika mengobatinya, Dina merasa tidak bisa berkata-kata.

Memikirkan tentang kejadian yang terjadi hari ini, sebenarnya tidak ada kesalahpahaman, cukup jelaskan saja, tetapi kedua orang itu sudah saling marah. Dina Baskoro tiba-tiba merasa sangat tidak nyaman dan mulai menangis. Air matanya jatuh di tangan Teddy Permana yang sedang mengobatinya.

Teddy Permana terkejut, lalu memandangi wajah Dina yang berlinang air mata, berpikir bahwa tangannya tadi tidak sengaja menyakiti Dina saat mengobatinya, "Apakah sakit? Maaf aku akan lebih berhati-hati."

"Ya, itu menyakitkan! Sangat menyakitkan! Kamu begitu galak padaku tadi siang, kamu hampir membuatku ketakutan sampai mati." Tapi Dina Baskoro menangis lebih keras.

"Kamu tidak tahu saat aku membelikanmu makan siang tadi, aku tidak sengaja bertemu dengan Budi Gumelar. Dia ingin mengajakku makan dan pergi jalan-jalan tapi aku menolak dan dia lalu menyentuh tanganku. Aku merasa jijik ketika dia memegang tanganku, lalu aku berlari ke kamar mandi untuk mencuci tanganku. Akhirnya ketika makanan sudah dikemas, aku kembali ke ruangan untuk mencarimu, tetapi kamu... Kamu sudah salah paham menganggap aku sengaja bertemu dengannya seperti sepasang kekasih dan kamu menyia-nyiakan semua makan siang yang sudah ku siapkan, Teddy Permana, kamu bajingan, apakah kamu tidak tahu betapa sedihnya aku! Kamu jahat!"

Dina Baskoro tidak tahu apa yang dia katakan, dia menangis dengan tidak jelas saat mengungkapkan isi hatinya dan memukul Teddy Permana.

Setelah penjelasan Dina, Teddy Permana merasa mungkin itu yang sebenarnya terjadi. Ternyata Dina Baskoro bertemu dengan Budi Gumelar memang dengan kebetulan dan Budi Gumelar berencana melakukan sesuatu dengan Dina, tetapi Dina menolak. Dan yang Teddy lihat hanyalah sebuah foto yang diambil di luar konteks oleh orang lain.

Teddy Permana memikirkan hal itu, tetapi dia masih sedikit skeptis,"Apakah kamu tidak ingin menikah dengan Budi Gumelar? Mengapa kamu menjadi berbeda sekarang?"

Kalimat Teddy mengejutkan Dina Baskoro dan akhirnya Dina hanya menjawab, "Aku pikir aku buta saat itu, tidak berpikir...."

Teddy Permana bingung dengan jawaban barusan, tetapi karena Dina Baskoro tidak ingin melanjutkan, Tidak tidak bertanya lebih jauh.

Lalu kemudian Teddy berdiri dan berkata dengan ringan, "Oke."

Dina Baskoro melihat lukanya sudah diobati dan tidak sakit lagi.

Teddy Permana mengembalikan kotak obat kepada pembantu, lalu melihat Dina Baskoro dan melihatnya masih berbaring di sofa, teringat apa yang dikatakan pembantunya barusan bahwa Dina tidak keluar kamar sejak dia pulang pada siang hari.

Mau tidak mau Teddy bertanya karena peduli, "Apakah kamu sudah makan?"

Dina menjawab dengan jujur, "Belum."

"Kalau begitu ayo makan dulu." Teddy Permana berkata.

Dina Baskoro berpikir, "dia masih ingat untuk makan? Begitu banyak makanan yang terbuang tadi siang."

Jadi Dina hanya menjawab dengan ketus, "Aku tidak lapar."

Begitu mengatakan itu, perut Dina berbunyi dua kali dan Dina Baskoro merasa sangat malu, membuatnya merasa ingin mencari lubang dan mengubur dirinya sendiri.

Teddy Permana memandangnya, merasa lucu dan bertanya lagi, "Apa kamu benar-benar tidak lapar?"

Dina Baskoro memprotes,"Kamu ingin kamu mengaturku?"

Mendengar kata-kata Dina, Teddy Permana tercengang dan tiba-tiba tertawa, lalu berkata "Ya, aku seharusnya tidak perlu mempedulikanmu."

Dina Baskoro tiba-tiba menyadari bahwa dia telah mengatakan sesuatu yang salah.

Karena di kehidupan sebelumnya, satu hal yang paling sering Dina katakan kepada Teddy Permana adalah, "Kamu tidak bisa mengaturku! Kamu tidak memenuhi syarat untuk mengaturku!"

Dan setiap kali Teddy mendengar kalimat itu, Teddy Permana akan berbalik dan pergi dengan marah, lalu mengabaikannya.

Dina Baskoro merasa menyesal dan ingin memperbaikinya, tetapi sudah terlambat. Teddy Permana sudah menanggapi kata-katanya barusan dan berjalan keluar kamar.

Next chapter