webnovel

Jodoh dan Takdir

menikahi kekasih sodara kembar, tentu bukan pilihan. Namun apa daya saat tuhan malah menakdirkan Adila menikah dengan kekasih sodara kembarku sendiri. Adila saat itu benar-benar terjebak dengan permintaan terakhir kakanya sendiri, begitu juga Fadhil. Alhasil Adila dan Fadhil menikah tepat di hadapan Aira di detik-detik terakhirnya menghembuskan napas terakhir. Akankah pernikahan mereka berakhir bahagia, ataukah hanya pernikahan yang bersifat sementara.

Ayyana_Haoren · Urban
Zu wenig Bewertungen
25 Chs

bab 4.Kesal

Entah kenapa, sore ini tiba-tiba saja Satya berhalangan menjemput Adila, dan akhirnya Adila pun memilih untuk memesan taxi online untuk bisa pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah seperti biasa Adila mengucap salam terlebih dahulu, kini langkah kakipun mulai menyelusuri setiap sudut ruangan, Namun keadaan rumah begitu sepi.

"Biasanya momi suka ada di dapur atau ruang bersantai saat aku pulang kerja. Dimana momi sekarang?  kenapa aku tidak melihatnya,"gumam Adila.  memutar  kedua bola matanya, seraya mencari keberadaan Rossali.

"Mom!  Where are you!" teriak Adila sembari mencari keberadaan Rossali yang belum terlihat.

"Mbo zum, momy di mana?" Tanya Adila pada pegawai rumah yang sudah cukup lama.

"Non, nyonya tadi pergi entah kemana, tapi tadi nyonya berpesan sama mbo, klo non Adila suruh makan kalo udah pulang kerja. itu saja."ujar mbo zum pada adila.

Seketika adilapun tetdiam mendengan jawaban tersebut.

"Kemana momy pergi,"gumam Adila yang merasa penasara. Karna biasanya Rossali tidak pernah pergi keluar sendiri.

"Saya tidak lapar, kalo mamy sudah pulang, tolong beritahu saya, atau bilang pada momy, saya mencarinya,"tegas Adila lalu pergi begitu saja.

Kini Adilapun melangkah menuju kamar tempat beristirahatnya. Perlahan Adilapun mulai membuka  pintu kamar yamg tidak terkunci.

"Arghhh kenapa seketika kaamar ini bau parfum lelaki, siapa yang menumpahkan parfun begitu banyak di kamar ini, bisa gila lama-lama kalo aku terus berlama-lama satu kamar dengan lelaki itu,"grutu Adila sembari melempar tasnya ke atas kasur.

Seketika adilapun berjalan menuju meja rias dan mencari parfum yang menurutnya tiadak enak di hirup itu. Kini matanya tertuju pada parpum lelaki, dan seketika tangan adilapun meraih lalu membuangnya ketempat sampah.

"Ini kamarku, jadi aturan ada di tanganku," ucap Adila sinis.

Adilapun kini menghempaskan tubuhnya di atas kasur yang begitu empuk dan dan nyaman. Hanya untuk mengurangi rasa lelahnya setelah bekerja seharian. Perlahan mata Adila mulai tertutup rapat, karna rasa ngantuk yang menyelimutinya tidak tertahan lagi.

Sampai-sampai adila tidak menyadari kalo rok mininya terangkat.

Disisi lain Fadhil yang baru pulang kerja langsung melangkahkan kakinya ke arah kamar, karna sedari tadi dia sudah merasa tidak nyaman dengan tubuhnya yang lengket dan ingin segera mandi,

"Hemmm, kenapa pintu terbuka,"gumam Fadhil dalam hati, karna melihat pintu kamar yang sedikit terbuka. Perlahan Fadhilpun memasuki kamar, tiba-tiba saja padhil kaget saat melihat sosok perempuan yang sedang berbaring di atas kasur tanpa beban.

Kini langkah kaki mulai mendekat ke arah sosok perempuan tersebut bukan untuk menatapnya melainkan mengambil sebuah selimut dan menutupi kaki dan pahanya yang sudah terekspos. Fadhilpun meraih remot AC dan menyalakannya.

" mungkin kalo Aira masih ada seperti ini wajah Aira tanpa hijab, Astagfirullah apa yang aku fikirkan,"gumam Fadhil seketika memalingkan wajahnya ke arah lain.

" Aira maafkan aku yang sangat merindukanmu, sampai-sampai Adila aku angap dirimu, entah kenapa sosok dirimu sangat melekat dalam diri Adila, itu yang membuatku tidak berani menatap Adila,"gumam Fadil dalam hati. Perlahan Fadhilpun menjauh dari sosok Adila dan beranjak memasuki kamar mandi. Guna membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian Fadhipun keluar dari kamar mandi, tak di sangka sosok Adila sedang membulatkan kedua matanya menatap Fadhil begitu tajam.

"Apa kau mengambil kesampat tadi, kenapa kamu masuk kamarku begitu saja tanpa mengetuk terlebih dahulu,"ucap Adila dengan penuh kekesalan.

Fadhil yang mendengar ucapan, dan kemarahan Adila hanya diam tanpa kata. Dan tidak sedikitpun Fadhil menatap kembali adila.

Aku itu sedang bicara padamu, apa kamu tuli. Ataukah pura-pura tidak mendengarnya,"tegas Adila yang sedikit meninggikan ucapannya

Namun Fadhil tetap saja tidak mempedulikan ucapan Adila, karna dirinya fokus pada sebuah sejadah dan sarung, guna menunaikan ibadah sholat magrib.

Adila benar-benar semakin di buat kesal dengan sikap Fadhil yang tak pernah mengubris amarahnya. Dia hanya menapakan wajah datarnya.

"Aira, Inikah lelaki yang kamu bilang baik, humoris, selalu membuatmu tertawa, tapi bagiku dia lelakimu yang tidak jauh beda seperti seorang jombi."gumam adila dalam hati.

.

.

.

.

.

Bersambung.