webnovel

Jina [END]

Seorang gadis dari desa kecil menjalani hidupnya dengan banyak harapan. Sejak kecil dia selalu menderita dan tertekan. Hingga dirinya beranjak remaja, tekanan dan kesulitan ekonomi selalu ada dan erat bersamanya. Hingga suatu hari, tanpa menyelesaikan sekolah, atau berbekal pendidikan yang terbatas, dia memberanikan diri pergi merantau ke tempat yang jauh. Tempat yang belum pernah dia kunjungi sebelumnya. Dia berharap, suatu saat hidupnya bisa berubah menjadi lebih baik. Tapi yang ada hanyalah kekecewaan dan sakit hati. Semua kerja kerasnya tak pernah dipandang. Sampai suatu ketika, kekecewaan terbesar datang dari teman dekatnya sendiri. Teman dekat yang dia sudah anggap seperti saudara, tega meninggalkannya dengan semua kerugian yang harus dia tanggung sendiri. NOTE : KARYA PINDAH KE NOVELTOON

Kily_Kiky · Urban
Zu wenig Bewertungen
5 Chs

Episode 5. Keluar Dari Lubang Singa Masuk Ke Lubang Buaya

Tiga tahun sudah Jina menghabiskan waktunya bekerja di tempat

itu dengan penuh airmata dan tekanan. Mungkin hanya lagu-lagu yang menghiburnya ketika dia memutarnya di ponsel sederhana miliknya. Dan selama 3 tahun itu bapaknya juga tak pernah memberikan kabar pada keluarganya di kampung. Seolah hilang dari permukaan bumi.

Dia merasa waktu 3 tahun itu sudah cukup baginya untuk dia habiskan bekerja disana. Kini dia memutuskan untuk pindah bekerja di tempat lain dan mencari pengalaman baru. Dia ingin mengubah haluan hidupnya agar tidak berkutat pada satu tempat yang sama.

Maka setelah mempersiapkan surat pengunduran diri, dia pergi memasuki ruangan sang menejer dan menyerahkan surat itu padanya.

"Permisi pak! Kedatangan saya kemari untuk menyerahkan surat pengunduran diri saya pak." (Sambil menyodorkan surat itu)

"Surat pengunduran diri? Kenapa mengundurkan diri. Kamu kan sudah nyaman bekerja disini. (Balas sang menejer sambil membuka amplop surat tersebut)

"Benar pak. Saya juga bersyukur bisa bekerja disini."

"Yah sudah, tapi sebelum itu, kamu harus training karyawan baru pengganti mu selama 3 bulan."

"Baik pak, saya mengerti."

"Yah sudah kamu boleh pergi."

"Terima kasih pak, permisi"

**********

Selama masa itu, Jina berfokus untuk menyelesaikan pekerjaannya sambil menunggu karyawan baru ada. Dia juga memasukkan surat lamaran kerjanya lewat on line. Dia berharap dirinya bisa cepat mendapat pekerjaan setelah keluar dari perusahaan itu. Sehingga tidak menganggur cukup lama.

Seminggu kemudian karyawan baru itu datang.

Jina menyambut dan memperlakukan karyawan baru itu dengan baik. Memberikan semua perhatian dan ilmu yang dia dapatkan sendiri. Dia tidak membalas perlakuan buruk yang dia terima saat bekerja.

Waktu tiga bulan itu pun berlalu dengan cepat dan tanpa terasa dia harus pergi meninggalkan tempat itu.

Seraya dia melangkah mendekati pintu keluar, hatinya terus berkata,

"Bagaimana pun inilah tempat pertama ku mencari rejeki di ibukota. Meski harus bermandikan airmata, tapi itulah hidup. Penuh perjuangan dan kerja keras. Semoga nanti aku bisa menemukan tempat yang lebih baik."

**********

Beberapa hari pun berlalu sejak dia keluar dari tempat kerjanya.

Dia terus sibuk mencari-cari pekerjaan di tempat lain di kota itu. Memasukkan surat lamaran kerja ke berbagai tempat.

Tapi dia tak kunjung menemukannya. Sementara persediaan uang yang dia punya tinggal sedikit. Maka untuk menghemat uang yang dia miliki, dia sering makan dua kali sehari dan terkadang sehari sekali agar uang yang dia punya bisa dia bagi untuk membayar uang kos dan ongkosnya pergi mencari pekerjaan. Masa-masa itu berlangsung sampai tiga bulan.

Akhirnya setelah berjuang penuh dan bertanya pada orang-orang yang dia kenal, akhirnya dia mendapatkan pekerjaan.

Dia berharap pekerjaan yang baru ini lebih baik dari pekerjaan sebelumnya.

Pada awalnya semua berlangsung dengan baik dan normal. Teman-teman kerjanya menyambutnya dengan baik tanpa memandang latar belakangnya. Sehingga dia merasa yakin bahwa inilah pekerjaan yang dia cari-cari. Meski tempat dia bekerja tidak sebagus tempatnya bekerja dulu, tapi baginya punya teman-teman yang saling mengerti itu lebih baik dari pada bangunan megah.

Tapi belakangan kenyamanan itu hilang. Tempat itu bahkan menjadi tempat kerja yang lebih buruk dari sebelumnya.

Jika sebelumnya dia hanya mendapat teriakan, hinaan, cacian, tapi kali ini ada unsur kekerasan dan seksualitas.

Ini seperti pepatah yang mengatakan, 'Keluar dari lubang singa masuk ke lubang buaya.'

Suatu hari, dia melihat salah seorang karyawan wanita diminta naik ke lantai dua menemui bos.

Penampilannya saat naik sangat rapi dan cantik. Pakaiannya tertata dengan baik.

Tapi beberapa jam setelahnya, saat karyawan itu turun  penampilannya sangat buruk, pakaiannya sudah berantakan, lipstik yang tadinya melekat indah di bibir sekarang sudah tak tampak wujud aslinya. Rambut pun terlihat sangat tidak rapi.

Entah apa yang terjadi di ruangan lantai dua itu. Dia dan teman-temannya yang berada disana sangat terkejut dengan apa yang mereka lihat. Belakangan sang bos juga turun dengan pakaian yang tidak rapi lagi. Lalu setelah karyawan itu masuk ke ruang kerjanya dan sang bos sudah pergi, salah seorang karyawan menghampirinya dan bertanya padanya tentang kejadian itu. Tapi dia tak menjawabnya sedikit pun.

Maka saat itu mereka hanya bisa diam saja sambil menatapnya dan tak tahu harus bicara apa lagi. Sampai tiba-tiba sang bos muncul dan berteriak,

"Hei! Kenapa kalian diam saja? Kenapa tidak bekerja? Dan kau, apa yang kau lihat?" (Teriaknya pada Jina sambil menunjuk ke arahnya)

"Tidak. Tidak pak." (Balasnya gemetar)

"Cepat kerja! Aku tidak menggaji kalian untuk diam, tapi bekerja." (Teriaknya lalu pergi meninggalkan ruangan)

Mereka semua sangat kaget terlebih lagi Jina yang saat itu masih training di bagian gudang. Maka karyawan yang mengajarinya pun memberitahu bahwa dia harus berhati-hati dan pintar-pintar menjaga diri.

Mendengar itu, Jina menjadi sangat takut dan tidak bisa fokus bekerja. Dia juga takut jika matanya suatu saat saling bertatapan dengan bosnya.

Suatu hari salah seorang karyawan wanita di bagian customer service diajak oleh sang bos untuk bertemu dengan klien.

Sang bos pun mencari restaurant terbaik di kota itu, dan memesan tempat yang cukup ekslusif.

Saat itu, karyawan itu tak menaruh curiga sedikit pun pada sang bos.

"Tina mau makan apa? Pesan saja apa yang kamu suka, jangan khawatir. Bapak sudah lapar, dan klien yang kita tunggu juga belum datang." (Ucap sang bos sambil melempar senyum menggoda Tina)

"Saya tidak terlalu paham pak tentang menu makanan di restoran mahal seperti ini. Terserah bapak saja mau pesan apa." (Balasnya terbata-bata)

"Mmm, baiklah bapak pesan yang ini dan minumnya yang ini juga." (Balasnya sambil menunjuk menu yang tertera di daftar)

Kemudian sang bos memanggil pelayan dan memesan makanan. Sembari menunggu makanan datang, sang bos terus saja memperhatikan Tina. Dia begitu cantik. Kulitnya putih dan rambutnya panjang. Dia juga memiliki dada yang besar.

Belakangan sang bos mulai gelisah di hadapan Tina. Maka dia bertanya,

"Pak, bapak kenapa? Apa bapak sedang tidak sehat?"

"Ah tidak. Tidak. Santai saja. Mungkin ruangan ini agak panas jadi bapak berkeringat."

"Tapi bapak sudah mengecilkan suhu AC nya kan. Saya sampai kedinginan seperti ini pak. Ngomong-ngomong, jam berapa klien kita akan datang pak?"

"Entahlah mungkin sebentar lagi. Santai saja. Yang penting kita makan dulu. Klien kita ini dari luar kota, dia seorang bos besar. Dia juga tampan. Nanti kamu pasti jatuh cinta padanya. Kamu belum punya pacar kan?

"Ah bapak bisa saja. Aku jadi malu."

Mereka pun tampak asyik mengobrol sambil menunggu makanan datang. Sang bos sesekali melempar senyumannya sambil merayu Tina.