Pengakuan Rival part 2

Makan malam yang berbeda dari biasanya. Entah dengan warna apa aku mendefinisikam malam ini, makan malam dan sebuah pengakuan perasaan dari seorang laki-laki yang tak pernah aku duga sebelumnya. sepanjang jalan menuju pulang aku terus saja diam, begitu juga dengan Rival. Ini terlalu mengejutkanku, hingga aku tidak bisa memberikan tanggapan apa selain diam saja di depan Rival.

Sesaat kemudian tiba kembali di rumah paman dan bibi. Aku hendak segera turun, namun Rival segera menahanku dengan suaranya yang berat memanggil namaku. Aku mengurungkan niat untuk segera turun. "I-iya?" sahutku.

"Jangan terlalu memikirkan apa yang aku katakan tadi. aku harap setelah ini sikap mu tidak akan berubah padaku, atau menjauhiku. Aku tidak ingin jika itu sampai terjadi."

"Tapi bu Siska…"

Rival menarik napasnya seraya memejamkan kedua matanya sejenak. "Lalu jika aku bertanya padamu bagaimana dengan Alex? Apa yang akan kau jawab, hah?'

Aku tertegun dan mengatup rapat bibirku ke dalam rongga mulutku.