"Arsya," panggil Intan. Dia sebenarnya sedikit risih memanggil majikannya sendiri dengan nama aslinya.
Tapi jika tidak, Arsya akan protes.
Arsya yang dipanggil itu pun mengulum senyum.
"Ya?" sahut Arsya. Arsya sedikit mendongak ke belakang. Berusaha melihat wajah Intan.
Tapi Arsya tak bisa. Dia pun menyerah dan kembali menatap lurus ke depan.
Sebenarnya, Arsya menolak pakai kursi roda. Tapi Intan memaksa. Karena kata Intan, kalau pas berangkat mungkin Arsya akan sanggup hanya dengan pakai tongkat saja. Akan tetapi, pulangnya nanti mungkin Arsya akan cape juga.
Tapi jikalau pakai kursi roda, bisa lebih fleksibel. Tadi Intan pun juga sempat melatih Arsya untuk berdiri dan berjalan beberapa langkah.
Namun, Arsya tidak terlalu kuat untuk terus belajar berjalan lagi. Jadinya dia lebih memilih duduk di kursi roda saja.
"Ada tahu gejrot. Kamu suka gak?" tanya Intan, "kalau gak suka pedas, gak usah pakai pedas aja."
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com