Mari kita membuka cerita kali ini dengan cara yang rasanya sudah lama tidak kulakukan.
Selamat siang semuanya, Sakaki Hiyama ada di sini dan sedang berhadapan dengan setumpuk pasukan Undead bersama dengan Skeleton Knight ynag memimpin mereka semua.
Sepertinya aku berhasil mencapai kemenangan dengan sedikit mengotak-atik sihir api yang merupakan spesialisasi utama milikku.
Sihir atau Magic pada dasarnya terbentuk oleh imajinasi milik kita juga, Chant atau Mantra adalah salah satu cara untuk memperkuat bayangan kita akan hal semacam apa yang beruasaha untuk dimunculkan.
Karena menggunakan imajinasi juga itu berarti kita bebas melakukan perubahan terhadap Sihir itu sendiri, terutama jika kita mengeluarkan Sihir tanpa perlu mengucapkan Mantra dimana hal semacam itu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki keahlian tinggi.
Tidak usah membayangkan bentuk sambil mengucapkannya, cukup bayangkan apa yang ada di dalam pikiranmu itu kemudian rubahlah beberapa hal dan pada saat dikeluarkan hal-hal yang terkesan aneh serta tidak masuk akal macam api biru yang baru saja keluar tadi akan muncul.
Yahahaha, pada dasarnya sistem sihir ini mirip dengan salah satu novel ringan yang kubaca mengena seorang NEET berusia 34 tahun berreinkarnasi menjadi seorang bocah di dunia lain dan menjalni kehidupannya yang berakhir dengan penyelamatan dunia, terdengar klise tapi aku memberikan jaminan kalau cerita itu amatlah bagus.
Perbedaannya bisa dibilang adalah pada elemen, di sini hampir semua hal bisa menjadi elemen yang kau kendalikan sekali cara untuk mengeluarkan mereka dengan menggunakan sihir paling dasar ketahuan.
Selain itu adanya sistem pemantauan skill dan semacamnya.
Sebenarnya untuk status layaknya game juga ada di dunia ini tetapi karena pemeriksaan status semacam itu memakan banyak biaya, aku memutuskan untuk melewatinya saja.
Mungkin setelah pulang dan membawa kepala si Skeleton Knight aku akan mendapatkan uang banyak dan melakukan pemeriksaan.
Setidaknya itu adalah apa yang dipikirkan olehku sesaat sebelum melihat ada bayangan dari balik kepulan asap hasil pembakaran api biruku yang seharusnya tidak menyisakan apapun.
Namun pada kenyataanya ada sesuatu di balik sana.
Sesuatu dengan wujud bayangan dari orang mengendarai kuda diiringi dengan puluhan orang berlarian ke arah tempatku dan Shigure berada.
Tanpa perlu dikasih tahu pun kami sudah tahu apa itu.
"[Fly]!"
Refleks, aku meneriakan nama sihir yang pertama kali muncul di dalam pikiranku dan aku pun berhasil melayang di atas udara, dalam hitungan detik aku berhasil menggapai tangan Shigure lalu menariknya ikut ke atas juga.
Suara derapan langkah berat dari para Undead tersebut memenuhi telinga semua orang yang berada di sana, termasuk para penduduk desa yang ada di belakang sana.
"Geh, mereka tidak mati bahkan setelah dilahap oleh api biru ciptaanku?"
Dengan nada yang sama sekali tidak menunjukan rasa panik, aku bertanya kepada diriku sendiri sambil membenarkan posisi mengangkat Shigure dimana sekarang dia sedang digendong dengan gaya ala seorang tuan putri.
Rasanya aku bisa mendengar kalau dia meneriakan sesuatu tetapi aku tidak bisa terlalu mendengarkannya pada saat sedang berpikir dengan dalam seperti saat ini.
Aku hanya bisa memikirkan akan bagaimana cara mereka bisa menahan serangan sihirku dan semua pasukan undead itu masih bisa berdiri terus.
Namun jawabannya tak lama kemudian menjadi begitu jelas gara-gara si Skeleton Knight sudah buka mulut duluan.
"Meskipun kami Undead tapi kami semua adalah mantan Paladin sehingga menahan serangan yang seharusnya tidak bisa ditahan oleh mereka yang sudah tidak suci bukanlah perkara besar."
Dan dia telah membebarkan semuanya.
Jujur hal semacam ini ingin membuat diriku mempertanyakan apakah mereka semua ini tidak berpikir kalau dengan memberi tahu kekuatan utama dari diri mereka itu sama saja dengan memberitahuku untuk menghabisi mereka dengan cara yang bisa kupikirkan.
Masalahnya adalah dia ini Undead juga mantan Paladin, begitu juga dengan para anak buahnya.
Mereka seperti kumpulan mimpi buruk yang berkumpul menjadi satu.
Bagi pengguna sihir sepertiku mereka terlihat seperti itu.
Maksudku ayolah!
Mereka ini Undead dan Paladin.
Sihir suci, sihir kegelapan, sihir elemental.
Sihir-sihir semacam itu tidak akan terlalu berpengaruh kepada diri mereka semua ini.
"Sakaki!"
"Eh?"
Secara tiba-tiba aku merasakan sebauh getaran yang begitu hebat dan sempat membuatku kehilangan keseimbangan pada saat masih melayang di atas udara.
Ternyata getaran tersebut berasal dari Shigure yang meronta di dalam gendonganku.
"Uwah, uwah! Shigure! Tenang, tenanglah!"
"Ini terlalu memalukan!"
"Lebih baik melakukan hal yang memalukan daripada menemui akhir duluan."
"Bagaimana kau bisa setenang itu sih?!"
"Yah… banyak alasan…."
Maksudku….
Kalau kau sudah sering bertaruh nyawa sebelumnya maka hal semacam ini sudah menjadi hal wajar yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Aku sedang berbicara soal masa-masa dewasaku dimana ternyata hidup di dunia asal lebih menyusahkan daripada menjadi pahlawan di dunia lain.
Aku sempat hampir mati beberapa kali karena tidak bisa mengembalikan utang.
"Biar terlihat seperti ini, aku adalah seseorang yang kurang jago dalam urusan keuangan!"
"Kenapa kau malah meneriakan hal semacam itu di kondisi semacam ini?!"
"Ahh, maaf. Hanya kenangan tidak mengenakan terlintas dalam pikiran sehingga menciptakan keinginan secara refleks untuk meneriakkan apa yang terlintas itu sendiri."
"Jangan menggunakan bahasa yang susah untuk dimengerti!"
"Maaf, maaf."
"Kalian! Jangan mengobrol sendiri!"
Kumpulan anak panah kemudian meluncur ke arah kami berdua yang sedang melayang di atas tanah.
Shigure langsung berteriak histeris pada saat melihat kumpulan anak panah tersebut berterbangan di atas udara dan berusaha untuk mengenai kami tetapi dengan menggunakan kemampuan pengendalian keseimbang serta sedikit bantuan tenaga sihir untuk menggerakan tubuh di atas udara, aku berhasil menyelamatkan kami dari menjadi kumpulan mayat penuh lubang.
"Hoi! Apa yang kau lakukan?! Kami bisa mati tahu!"
Tentunya, dipenuhi dengan amarah, aku langsung melontarkan protes ke arah sang Skeleton Knight.
"Berisik!"
Itulah jawaban yang kudapatkan dan bisa kulihat dari gestur tangannya kalau dia sedang menandakan para anak buahnya untuk menyiapkan anak panahnya sekali lagi untuk ditembakan ke arah kami.
"Keh! Merepotkan saja."
Gelombang kedua anak panah yang meluncur pun tiba.
Shigure kembali berteriak histeris.
Hanya saja aku sudah kesal dengan segalanya sehingga kuputuskan untuk menggunakan sihir sekali lagi.
"[Flame]."
Sihir paling dasar pun kugunakan.
Namun apa yang keluar justru adalah semacam cambuk dari api yang mengelilingi kami dan mulai menepis anak panah yang datang dengan begitu lihainya dan cepat.
"Kalau kau ingin diperhatikan tinggal ngomong saja kan, oi, Skeleton Knight."
"Apa—Skeleton Knight katamu?!"
"Hoi, kalau kau selalu saja marah dengan apa yang kukatakan maka apa artinya aku berusaha untuk berkomunikasi denganmu."
"Aku tidak peduli!"
Sekali lagi dia membuat gestur untuk mempersiapkan para anak buahnya untuk menembakan anak panah gelombang tiga dalam waktu dekat namun jujur aku sudah lelah dengan semua ini.
Sepertinya menghindari menjadi pusat perhatian setelah tiba di kota akan mustahil kalau aku melakukan hal ini…
Tapi kurasa tidak ada pilihan lain kah….
Secara tiba-tiba aku mulai meluncur ke arah para penduduk desa yang sebelumnya tidak dipedulikan oleh Skeleton Knight beserta anak buahnya dan meletakan Shigure di kerumunan mereka semua.
Shigure hanya bisa berteriak kecil pada saat aku melepaskannya di tengah kumpulan para penduduk desa sementara diriku kembali berhadapan dengan para Undead sialan yang kelihatannya semakin percaya diri setelah melihat tindakanku.
"Ada apa, Sakaki Hiyama? Apakah dengan meletakan gadis yang selama ini ada di dekapanmu itu adalah tanda kalau kau akan memilih bertarung sampai mati?"
Ujar si Skeleton Knight dengan nada bicara layaknya seorang penjahat miliknya.
Pada kenyataannya dia memang penjahat yang sudah membumi hanguskan sebuah desa sih….
Mengingatnya saja jujur sudah membuatku naik pitam dan melihat tingkah sok ingin diperhatikan beserta cara bicara yang begitu chuuni miliknya membuat semakin ingin memukul wajahnya menggunakan kepalan tanganku.
Itulah apa yang kulakukan.
*Blar!*
Suara yang begitu keras bisa terdengar dari arah tempat dimana sang Skeleton Knight sebelumnya berdiri.
Semua penduduk desa hanya bisa membuka mulut mereka lebar-lebar pada saat melihat apa yang terjadi dalam jarak waktu beberapa detik setelah untuk kali terakhir sang Skeleton Knight melakukan provokasi.
Apa yang menyambut mata mereka adalah pemandangan yang sangan mencengangkan dimana diriku, Sakaki Hiyama, baru saja menonjok seorang Undead dengan menggunakan tangan kosong tepat di bagian armor dan tubuhnya.
Pemandangan ini terasa begitu aneh karena bukan aku yang kesakitan melainkan Skeleton Knight yang sudah bertemu dengan kepalan tanganku tersebut memasang wajah terkejut setengah mati pada saat zirah hitam legam miliknya baru saja terpecahkan menjadi berkeping-keping.
"De—dengan tangan kosong… zirahku dipecahkan?"
"Sayang sekali, tidak dengan tangan kosong."
Titik merah yang merupakan mata milik Skeleton Knight tersebut bergulir ke arah bagian bawah tubuhnya yang mengenakan zirah.
"Sihir penguat… membuat kerusakan ini?!"
"Yah, kalau kau memiliki tubuh yang kuat beserta bisa menggunakan sihir kuat maka hal semacam ini pun bisa terjadi."
"Tapi! Hanya para pahlawan saja yang bisa memiliki kekuatan fisik dan sihir yang kuat!"
"Sudah kubilang kan sebelumnya… aku adalah pahlawan itu!"
Dipompa oleh perasaan penuh amarah beserta keinginan untuk segera mengakhiri ini semua.
Aku kemudian menusukan tanganku yang berhasil menembus zirah milik Skeleton Knight tersebut sampai akhirnya bisa memasuki daerah dalam tubuhnya dan dilanjutkan dengan sebuah bantingan dari atas kudanya.
"Hiyaaaaaaah!"
Teriakanku menggelegar dan membuat semua orang desa mengambil langkah mundur.
Setelah Skeleton Knight tersebut terjatuh dari kudanya, semuanya masih belum selesai.
Secara berulang-ulang aku terus memberikan bogem mentah ke berbagai bagian tubuh milik Skeleton Knight tersebut.
Tubuh, kepala, tangan, dan lain sebagainya.
Semuanya tak lolos dari gempuran pukulan yang kulancarkan.
Dengan menggunakan tangan yang sudah diperkuat oleh sihir maka pekerjaan semacam ini pun berhasil selesai dalam waktu singkat.
Hanya sekitar sepuluh menit berlalu dan tubuh milik Skeleton Knight itu sudah menjadi abu karena ditumbuk oleh pukulanku.
Aku sendiri kemudian menoleh ke arah para anak buah Skeleton Knight tersebut dan menemukan kalau mereka secara perlahan mulai berjatuhan setelah kehilangan bentuk tubuh mereka.
"Sudah kuduga kalau mereka adalah hasil sihir pembangkitan Skeleton Knight sialan ini…"
Langsung saja aku menoleh ke arah sisa-sisa tubuh milik Undead sialan yang sekarang hanya bersisa tengkoraknya.
"Kau…."
Tengkorak tersebut masih bisa berbicara rupanya.
"Kau tahu siapa aku kan?"
"Salah satu calon Raja Iblis kan?"
Tanpa ragu, aku langsung membanting tengkorak tersebut ke atas tanah dan meninggalkan debu hasil pecahan tengkorak itu.
Aku kemudian menoleh ke arah para penduduk desa.
"Sekarang semuanya telah aman."