Mellisa tidak bergerak, darahnya seperti membeku.
Dia berpikir, angin di Surabaya benar-benar lebih dingin dari Jakarta. Kalau tidak, bagaimana mungkin dia bisa gemetar.
Mike naik mobil ketiga bersama Leila, sedangkan Lilia serta Jean juga turun dari mobil.
Pria itu membisikkan beberapa patah kata ke telinga Clifford. Clifford mengangguk dan berjalan ke posisi mengemudi mobil. Beberapa detik kemudian, dia menyalakan mesin dan meninggalkan tempat parkir.
Mobil itu berjalan pergi, tetapi Mellisa masih berdiri di tempatnya.
Begitu Mike menggendong Leila ke kursi belakang, Leila bangun.
Meski masih kesakitan, matanya tidak terlihat lemas, malah penuh ekspresi. "Mike, kita mau ke mana…"
"Rumah sakit, apakah perutmu masih sakit ?" Mike memeluknya, matanya menatap dengan penuh kekhawatiran.
Saat mengemudi, Clifford melirik diam-diam ke kaca spion, dan sarkasme muncul di wajah pokernya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com