webnovel

Istri Simpanan

Warning: 21+ Mohon bijak dalam memilih konten bacaan. Menikah dengan orang yang tidak kita cintai terasa hidup seperti di neraka. Terlebih lagi mengetahui ternyata sang suami ternyata sudah mempunyai istri. Soo Yin sangat membenci Dae Hyun karena telah membohongi dirinya. Ia mengira Dae Hyun belum memiliki istri sehingga ia mau menikah dengan pria itu. Ikuti terus kelanjutan kisah Soo Yin dengan Dae Hyun. Mohon beri dukungannya, agar Author semangat nulisnya...

Nayya_Phrustazies · Urban
Zu wenig Bewertungen
628 Chs

Bab 11 - Cemburu

Semalaman Dae Hyun mencoba menghubungi nomor ponsel Soo Yin, tapi tetap saja tidak aktif. Pagi hari Dae Hyun melewatkan sarapan bersama Jo Yeon Ho, padahal putranya merengek ingin mereka sarapan bersama. Meski ingin tetap tinggal dengan putranya tapi Dae Hyun benar-benar merasa khawatir dengan keadaan Soo Yin. Setelah bersiap-siap ia langsung bergegas menuju Pyeongchang-dong.

Belum sempat memasuki pintu gerbang villanya. Dae Hyun melihat Soo Yin yang tengah berdiri di pinggir jalan untuk menunggu taksi. Sehingga memilih berbalik arah untuk menghampiri Soo Yin.

Soo Yin pura-pura tidak melihat mobil Dae Hyun. Memilih terus berjalan tanpa menolehkan wajahnya sambil melihat jam tangannya.

Melihat gadis itu yang tidak berhenti meski sudah beberapa membunyikan klakson, Dae Hyun memberhentikan mobilnya tepat di depan Soo Yin berusaha menghalangi langkahnya.

Dae Hyun bergegas turun dan langsung memeluk tubuh Soo Yin. Semalam sebenarnya berniat untuk pulang ke Pyeongchang-dong tapi takut kalau Aeri akan mencurigainya. Apalagi saat tengah malam ternyata Jo Yeon Ho terbangun dan mencarinya.

Soo Yin berusaha melepaskan pelukan Dae Hyun. Meronta dengan sekuat tenaga. Tapi Dae Hyun tidak melepaskannya, saat ini merasa lega karena karena Soo Yin dalam keadaan baik-baik saja.

"Dae Hyun, lepaskan!" teriak Soo Yin.

"Tahukah kau, aku sangat mengkhawatirkan dirimu," ujar Dae Hyun lirih.

Soo Yin terdiam mendengar kata-kata Dae Hyun. Tapi kemudian tersadar dan tidak begitu saja percaya dengannya. Soo Yin tetap pada pikirannya kalau Dae Hyun semalam bersenang-senang dengan wanita lain. Ia berusaha mendorong tubuh Dae Hyun.

"Ayo kita berangkat bersama!" Dae Hyun perlahan melepaskan pelukannya karena Soo Yin terus saja mendorongnya.

"Aku sudah memesan taksi," ujar Soo Yin datar sembari merapikan pakaiannya. Tak lama kemudian taksi berhenti tepat di belakang mereka. Soo Yin berbalik untuk menghampiri taksi namun pergelangan tangannya sudah dicekal oleh Dae Hyun.

"Soo Yin," ujar Dae Hyun lirih.

"Kau tak lihat taksi itu sudah menungguku," tukas Soo Yin sambil berusaha melepaskan pergelangan tangannya.

Dae Hyun berjalan mendahului Soo Yin ke arah taksi, memberikan beberapa lembar uang kemudian menyuruhnya untuk segera pergi.

"Untuk apa kau menyuruhnya pergi?" teriak Soo Yin dengan rasa kesal.

"Sudahlah, ayo masuk!" tukas Dae Hyun mendorong tubuh Soo Yin agar masuk ke kursi penumpang.

Sepanjang perjalanan Soo Yin memalingkan wajahnya ke samping. Setiap melihat Dae Hyun ia merasa emosinya akan meledak.

"Kenapa nomormu tidak aktif?" Dae Hyun membuka percakapan.

"Tanyakan saja pada Manajer Han!" tukas Soo Yin sambil memutar bola matanya.

"Apa maksudmu? apa hubungannya dengan Han?" tanya Dae Hyun sambil mengerutkan dahinya.

"Gara-gara Manajer Han mengejutkanku sehingga ponselku terjatuh dari lantai lima," ujar Soo Yin sembari mendengus.

"Nanti aku akan membelikanmu ponsel baru," ujar Dae Hyun.

"Tidak perlu, aku akan membelinya nanti setelah gajian," tukas Soo Yin datar.

"Berikan saja pada kekasihmu yang lain!" sambung Soo Yin dengan nada menyindir.

"Aku semalam mengantarkan putraku, dia ingin tidur bersama denganku," ujar Dae Hyun sembari memandang wajah Soo Yin.

"Terserah! aku tidak peduli." Soo Yin membenarkan posisi duduknya sambil menggigit kuku jari telunjuknya.

"Aku sungguh tidak melakukan apapun dengan Aeri. Semalaman aku tidur di kamar putraku," tukas Dae Hyun.

"Tidak ada urusannya denganku." Soo Yin menoleh memandang Dae Hyun. Mereka saling menatap untuk beberapa saat. Tidak ada kebohongan di mata Dae Hyun. Begitu juga dengan Soo Yin yang menatap Dae Hyun dengan sorot cemburu.

"Apa kau cemburu?" tanya Dae Hyun sambil tersenyum.

"Cemburu? aku tidak mungkin cemburu dengan pria buaya seperti dirimu!" ucap Soo Yin dengan nada berapi-api.

"Kalau tidak cemburu, tidak perlu berteriak seperti itu," tukas Dae Hyun sambil mengulum senyum.

Soo Yin terdiam mendengar perkataan Dae Hyun. Mencoba untuk merenungkannya. Ia masih berpikir tidak sama sekali cemburu. Hanya merasa marah karena pria itu selalu berbohong dan memainkan perasaan wanita.

"Turunkan aku di sini!" ujar Soo Yin. Seperti biasa meminta diturunkan dari mobil di tengah perjalanan untuk berganti naik taksi.

"Sabtu nanti ayo kita pergi makan!" ajak Dae Hyun sambil perlahan memberhentikan mobilnya.

"Tidak bisa, aku akan pergi menonton," ujar Soo Yin sambil melepaskan sabuk pengaman, kemudian seger ke luar tanpa menoleh lagi ke arah Dae Hyun.

°

°

Soo Yin masuk lewat pintu gerbang belakang yang memang diperuntukkan untuk para pegawai. Tangannya memainkan tali selempang tas sambil terus melangkahkan kakinya. Entah kenapa jika berada di dekat Dae Hyun, selalu saja ingin marah dan berpikiran buruk tentangnya.

"Soo Yin, tunggu!" panggil Jae-hwa. Berjalan dengan cepat ke arah Soo Yin.

Soo Yin menoleh ke belakang ketika mendengar seseorang memanggilnya.

"Hai, kau tidak membawa mobil?" tanya Soo Yin ketika Jae-hwa sudah berada di sampingnya.

"Tidak, Kakek membawanya pergi," ujar Jae-hwa dengan terengah-engah.

"Apa yang kau bawa?" tanya Soo Yin saat melihat Jae-hwa menenteng kantong plastik di tangan kanannya.

"Ah, ini ... ini ... Nenek menitipkan sesuatu untukmu." Jae-hwa menyodorkan kantong plastik dengan malu-malu.

"Apa ini?" Soo Yin mengulurkan tangan kanannya untuk menerima pemberian dari Jae-hwa.

"Aku tidak tahu, Nenek hanya bilang untuk makanan untukmu," ujar Jae-hwa sambil mengangkat bahunya. Neneknya memang sudah lama mendukung agar Jae-hwa dan Soo Yin untuk berkencan. Menurutnya mereka adalah pasangan yang serasi.

Soo Yin membuka sedikit ikatan kantong plastik. Tercium aroma sangat nikmat yang masuk ke dalam indra penciumannya. Sepertinya mengenal bau khas makanan itu. Soo Yin penasaran sehingga langsung membuka untuk mengintipnya, ternyata isinya adalah Nakji Bokkeum, hidangan yang diolah dengan gurita goreng yang disajikan bersama dengan tumis sayur dan saus pedas.

Dengan melihat penampilan dan aromanya Soo Yin sudah tidak sabar untuk menyantapnya. Soo Yin kembali teringat saat masih SMA berkunjung ke rumah Jae-hwa. Neneknya menyiapkan hidangan Nakji Bokkeum yang sangat nikmat. Ia merasa malu karena telah menghabiskan begitu banyak makanan di sana.

"Ternyata Nenek masih mengingatnya," ujar Soo Yin tersenyum malu.

"Iya, Nenek juga menanyakan tentangmu. Ingin agar kau mengunjungi kami, Nenek akan membuatkan makanan lagi untukmu," ujar Jae-hwa.

"Terima kasih banyak, lain kali aku akan mengunjungi Nenek," ujar Soo Yin.

"Sama-sama," ucap Jae-hwa.

"Ayo kita makan bersama!" Soo Yin menarik pergelangan tangan Jae-hwa agar mengikutinya.

Hati Jae-hwa benar-benar berdebar saat ini. Berulang kali melihat tangannya dipegang oleh Soo Yin. Takut kalau semua ini hanyalah mimpi belaka.

Sama halnya dengan yang dulu Soo Yin rasakan saat masa SMA yang mengagumi Jae-hwa yang tampan dan juga pintar. Beberapa teman wanitanya bahkan merasa iri karena Soo Yin bisa dekat dengan Jae-hwa.

Tanpa mereka sadari ternyata Dae Hyun sejak tadi mengikuti sampai ke pantry. Dae Hyun merasa penasaran saat melihat Soo Yin memegang tangan Jae-hwa dan melihatnya bisa tertawa lepas dengan pria lain. Dae Hyun memilih mengintip dari jendela kaca.

"Ayo kita makan!" Soo Yin mengambil dua buah mangkuk. Membagi makanan dari nenek Jae-hwa untuk mereka berdua.

"Tapi ini hanya untukmu saja," ujar Jae-hwa.

"Lebih enak bila makan berdua," ujar Soo Yin. Mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Saat berangkat tadi memang belum sarapan karena tidak berselera. Tapi ketika melihat Nakji Bokkeum membuat perutnya meronta minta diisi.

Jae-hwa merasa senang karena bisa dekat dengan Soo Yin. Sudah lama mereka tidak mengobrol semenjak lulus.

"Cobalah! ini sungguh sangat enak!" Soo Yin menyuapkan makanan ke dalam mulut Jae-hwa.

Jae-hwa membuka mulutnya dan mulai mengunyah makanan. Benar-benar sangat enak, apalagi ditambah makan bersama dengan gadis yang disukainya.

"Tuan Dae Hyun? kenapa anda berdiri di sini?" tanya Jean yang mau masuk ke dalam pantry.

"Aku ... aku hanya ingin membuat kopi ... kopi hitam," tukas Dae Hyun. Terkejut dengan kedatangan Jean, karena sudah kepergok Dae Hyun terpaksa masuk ke pantry.

Soo Yin dan Jae-hwa menoleh ketika mendengar ada suara obrolan. Mereka juga terkejut ketika Dae Hyun tiba-tiba saja masuk pantry padahal tidak pernah sekalipun masuk ke sana.

"Selamat pagi, Tuan Dae Hyun," sapa Jae-hwa segera berdiri menggeser kursinya dan membungkukan tubuhnya.

Soo Yin tidak melakukan apapun, tetap sibuk menyantap hidangan di depannya tanpa ada niat menyapa ataupun menoleh.

"Kelihatannya enak! bolehkah aku mencicipinya?" tanya Dae Hyun memandang Soo Yin yang sedang makan, kemudian duduk di depannya menggantikan Jae-hwa.

"Iya?" Soo Yin memandang wajah Dae Hyun.

"Maaf, anda tidak akan suka makanan seperti ini," ujar Soo Yin pura-pura tersenyum. Kemudian mengambil makanan yang ada di mangkuk bagian Jae-hwa.

Tiba-tiba saja Dae Hyun merebut sumpit yang digunakan Soo Yin untuk makan. Memakan semuanya hingga tidak tersisa. Dae Hyun merasa kesal saat melihat kedekatan Soo Yin dengan Jae-hwa. Sikapnya sangat berbeda ketika berada di dekatnya.

Soo Yin, Jean dan Jae-hwa hanya melongo ketika melihat tingkah bosnya. Terutama Jean dan Jae-hwa yang terkejut melihat Dae Hyun makan dengan sumpit bekas Soo Yin.

"Kenapa kau ... maksudnya anda menghabiskan semua makanannya?" teriak Soo Yin. Makanan buatan nenek Jae-hwa terlalu enak, sehingga tidak rela jika orang lain memakannya.

"Soo Yin, sudah biarkan saja! nanti aku akan menyuruh Nenek untuk membuatkan lagi untukmu. Jangan bersikap tidak sopan kepada Tuan Dae Hyun," bisik Jae-hwa sambil menarik lengan Soo Yin.

"Biarkan saja, bukankah tidak sopan memakan punya orang lain," ujar Soo Yin sembari mengerucutkan bibirnya.

"Maaf, aku menghabiskan semuanya. Aku akan mengirimkan makanan untuk kalian," ujar Dae Hyun bangkit berdiri. Sejenak menatap Soo Yin sambil tersenyum.

"Tidak usah," tukas Soo Yin dengan nada datar.

"Terima kasih, Tuan," ujar Jean. Ia menyikut perut Soo Yin.

"Soo Yin, tolong antarkan minuman ke ruanganku!" ucap Dae Hyun kemudian bergegas pergi.

Soo Yin hanya memutar bola matanya.

"Jean, kau saja yang mengantarkan! aku harus mengerjakan yang lainnya." Setiap mengingat semalam Dae Hyun tidak pulang bersama dengan wanita lain membuatnya ingin terus marah.

"Tapi ...." sanggah Jean.

Soo Yin sudah melangkahkan kakinya ke luar dari pantry.