webnovel

Istri Simpanan

Warning: 21+ Mohon bijak dalam memilih konten bacaan. Menikah dengan orang yang tidak kita cintai terasa hidup seperti di neraka. Terlebih lagi mengetahui ternyata sang suami ternyata sudah mempunyai istri. Soo Yin sangat membenci Dae Hyun karena telah membohongi dirinya. Ia mengira Dae Hyun belum memiliki istri sehingga ia mau menikah dengan pria itu. Ikuti terus kelanjutan kisah Soo Yin dengan Dae Hyun. Mohon beri dukungannya, agar Author semangat nulisnya...

Nayya_Phrustazies · Urban
Not enough ratings
628 Chs

Bab 12 - Pergi Menonton

Beberapa hari belakangan ini Soo Yin sering berjumpa dengan Jae-hwa karena mereka sering melakukan pekerjaan dalam satu ruangan yang sama. Jae-hwa juga tidak segan untuk membantu pekerjaannya. Membuat Soo Yin merasa tidak enak hati.

Hubungan Dae Hyun dan Soo Yin masih seperti biasa. Soo Yin selalu bersikap cuek dan acuh pada Dae Hyun. Terlebih sekarang Dae Hyun jarang pulang ke Pyeongchang-dong. Membuat Soo Yin yakin kalau Dae Hyun sudah memiliki wanita lain ataupun memilih bersama dengan istri pertamanya.

Saat ini Soo Yin dan Jae-hwa tengah membersihkan kamar yang sama. Kamar itu cukup luas sehingga perlu dua orang membersihkan semuanya agar cepat selesai.

"Biar aku saja yang membersihkan kamar mandi," ujar Jae-hwa ketika Soo Yin hendak masuk ke kamar mandi.

"Tidak apa, biar aku saja. Kau pasti lelah karena selalu melakukan semuanya," tolak Soo Yin. Merasa tidak enak hati karena Jae-hwa selalu membersihkan kamar mandi setiap mereka membersihkan kamar bersama.

"Aku senang melakukan semuanya. Selagi bisa bersama denganmu, aku rela melakukannya," ujar Jae-hwa.

"Hah?" tanya Soo Yin. Tidak terlalu paham dengan perkataan Jae-hwa.

"Maksudku, kalau ... kalau kita bersama semuanya terasa ringan," tukas Jae-hwa terbata. Memegang rambutnya karena merasa telah salah bicara.

"Oh, begitu ya?" tanya Soo Yin sembari tertawa.

Di sela waktu melakukan pekerjaannya mereka saling bercanda dan tertawa riang. Tanpa sengaja Dae Hyun mendengar tawa mereka karena pintu kamar dalam keadaan sedikit terbuka.

Dae Hyun penasaran sehingga melihat apa yang terjadi. Ternyata Soo Yin dan Jae-hwa tengah saling kejar-kejaran sambil memukul satu sama lain dengan bantal. Soo Yin tertawa sangat lepas seperti tidak ada lagi beban di pundaknya.

"Kenapa kau hanya bersikap seperti itu dengan orang lain? begitu bencinya kau padaku," lirih Dae Hyun sambil mengepalkan jemarinya.

Dae Hyun juga mendengar perbincangan kalau nanti malam mereka akan pergi nonton. Padahal tempo hari Dae Hyun sudah mengajak Soo Yin untuk pergi makan malam tapi gadis itu justru menolaknya. Dae Hyun menghela napas panjang kemudian memilih pergi untuk meninggalkan mereka. Takut ada yang tiba-tiba saja memergokinya.

°

°

Jae-hwa dan Soo Yin berangkat terlebih dahulu ke bioskop untuk membeli tiket. Rencananya Jean menyusul, tapi ternyata tidak berjalan sesuai rencana. Jean mendadak tidak bisa ikut menonton karena mengalami sakit perut. Padahal Soo Yin sudah membeli tiga buah tiket. Saat berjalan Soo Yin membuang begitu saja tiket yang seharusnya untuk Jean di lantai.

"Kau mau sesuatu?" tanya Jae-hwa saat akan masuk ke dalam ruangan.

"Hmm, aku hanya ingin minuman dan makanan ringan," jawab Soo Yin. Kurang pas rasanya jika nonton tanpa membawa camilan.

"Baiklah, tunggu di sini sebentar! aku akan segera kembali." Jae-hwa langsung bergegas pergi dan menghilang di kerumunan.

Soo Yin duduk di sebuah bangku panjang sambil terus memeriksa arlojinya. Setengah jam sudah berlalu, tapi Jae-hwa tak kunjung kembali. Padahal sebentar lagi filmnya akan dimulai.

"Kenapa lama sekali?" gerutu Soo Yin. Bangkit dari duduknya, mondar mandir sambil menggigit bibir bawahnya.

Lima menit lagi akan segera dimulai. Tadinya Soo Yin berpikir akan berbalik mencari Jae-hwa tapi mengurungkan niatnya karena mungkin saja kalau Jae-hwa sedang mengantri makanan. Soo Yin memilih untuk masuk dan menunggu Jae-hwa di dalam lagi pula mereka sudah membawa tiket masing-masing.

Di dalam masih terang sehingga Soo Yin dapat melihat setiap yang duduk hampir berpasangan semua. Maklum saja karena ini adalah film bergenre horor sehingga tidak asyik jika pergi menonton sendirian. Awalnya berniat untuk nonton film romantis tapi ternyata sudah main saat mereka belum tiba.

Soo Yin menonton film horor berjudul Gonjiam : Haunted Asylum sebuah film yang mengangkat kisah sekelompok anak muda yang ingin menyaksikan sendiri keseraman Gonjiam, yaitu sebuah rumah sakit kejiwaan angker di Korea Selatan.

Sudah sepuluh menit film dimulai tapi Jae-hwa belum juga menampakkan dirinya. Ia menjadi tidak fokus menonton karena memikirkan Jae-hwa dan terlalu takut melihat beberapa edegannya. Apalagi dia duduk di tengah di antara bangku yang kosong.

Soo Yin menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Menonton hanya dengan melihat dari sela-sela jari yang renggang karena tidak berani. Soo Yin meletakkan tangannya di sisi kursi namun tiba-tiba saja ia merasakan tangannya menyentuh sesuatu. Gadis itu terlonjak, sambil memegang dadanya yang berdegub kencang. Dengan rasa takut Soo Yin menoleh untuk melihatnya, ternyata ada seseorang yang duduk di sampingnya. Menonton film horor membuat pikirannya berangan-angan kalau yang berada di sampingnya adalah hantu.

"Dae Hyun?" ujar Soo Yin ketika sudah melihat wajah pria yang berada di sampingnya. Meski memakai kacamata dan topi untuk menutupi wajahnya, tapi Soo Yin sangat yakin kalau itu Dae Hyun.

Dae Hyun membuka kaca mata dan topi yang dikenakan satu persatu.

"Untuk apa kau di sini?" ujar Soo Yin dengan suara agak keras.

Para penonton yang tidak jauh dari bangku mereka langsung menoleh ke arahnya. Mereka merasa terganggu dengan suara gadis itu.

Soo Yin hanya menyunggingkan senyum sambil meminta maaf dengan melambaikan tangannya.

"Kenapa kau di sini? bukankah pria yang sudah berumur tidak suka pergi menonton?" sindir Soo Yin.

"Aku tidak ingin kau menonton sendirian," ujar Dae Hyun dengan santai.

"Aku pergi bersama Jae-hwa jadi kau tidak perlu khawatir," tukas Soo Yin sambil memutar bola matanya.

"Dia tidak akan kembali karena sudah pulang," ucap Dae Hyun dengan santai. Meletakkan sebelah kakinya di atas kaki yang lain.

"Dari mana kau tahu dia sudah pulang?" tanya Soo Yin.

"Aku yang menyuruhnya kembali ke hotel untuk mengerjakan sesuatu," jawab Dae Hyun sambil menikmati popcorn yang ada di tangan. Ia tadi juga merebut makanan yang telah dibeli oleh Jae-hwa.

"Kau menyebalkan!" Soo Yin memukul lengan Dae Hyun dengan keras.

"Apa kalian tidak bisa diam?" protes seorang remaja putra yang duduk di sebelah Dae Hyun.

"Maaf," ujar Soo Yin. Mengambil posisi duduk seperti semula.

Tidak ingin mengganggu semua penonton, Soo Yin akhirnya fokus menonton film. Tanpa memperdulikan Dae Hyun yang berada di sampingnya, tidak menganggapnya ada.

Para wanita hampir semuanya menjerit ketika sosok tak kasat mata mulai muncul. Tanpa sadar Soo Yin memegang pergelangan tangan Dae Hyun dengan erat dan meremasnya ketika merasa sangat ketakutan. Terkadang pula menggunakannya untuk menutupi wajahnya.

"Kalau kau takut untuk apa pergi menonton," bisik Dae Hyun di telinga Soo Yin.

"Pergilah! tidak ada yang menyuruhmu untuk tetap tinggal di sini." Soo Yin menoleh kemudian melepaskan tangan Dae Hyun dengan kasar.

Dae Hyun hanya mengulum senyum saat melihat tingkah Soo Yin. Jadi seperti ini yang dilakukan remaja sekarang. Mereka menghabiskan sabtu malam untuk pergi nonton film.

Setelah hampir dua jam, akhirnya film pun berakhir. Lampu kembali dinyalakan, para penonton satu persatu sudah mulai ke luar. Soo Yin cemberut ketika melihat para pasangan yang saling bergandengan tangan.

Jika saja tadi orang yang berada di sampingnya Jae-hwa, itu mungkin tadi akan sangat menyenangkan. Pasti akan lebih romantis. Dengan rasa kesal Soo Yin melirik Dae Hyun yang berada di sampingnya.

Beberapa pasangan memandang Soo Yin dan Dae Hyun mereka saling berbisik tapi masih terdengar samar-samar di telinga Soo Yin.

"Lihatlah gadis itu! dia menonton film horor tapi bersama dengan kakaknya," ujar seorang wanita berbaju merah yang berbicara kepada pasangannya sambil menunjuk Soo Yin dengan menahan tawa.

"Dia pasti tidak diizinkan ke luar sehingga diikuti oleh Pamannya."

"Wajahnya cemberut menunjukkan kalau dia tidak suka diikuti Kakaknya."

"Meski begitu pria yang berada di sampingnya sangat tampan meskipun sudah terlihat lebih dewasa."

"Jangan-jangan pria itu sudah punya istri dan dia adalah kekasih gelapnya, mungkin lebih tepatnya pelakor," ujar dua wanita yang seumuran dengan Soo Yin. Mereka saling tertawa saat membicarakan Soo Yin dengan Dae Hyun.

Soo Yin mengepalkan jemarinya, menahan emosi yang sudah akan meledak. Ingin sekali rasanya merobek mulut dua wanita yang mengatakannya sebagai pelakor.

Dae Hyun merasakan kalau Soo Yin saat ini tengah merasa sangat marah sehingga langsung mencekal pergelangan tangannya ketika Soo Yin hendak melangkahkan kakinya ke arah dua wanita itu.

"Lepaskan!" teriak Soo Yin sambil berusaha melepaskan cengkeraman Dae Hyun.

"Sudah, jangan hiraukan perkataan mereka," ujar Dae Hyun mencoba untuk menenangkan Soo Yin.

"Biarkan aku merobek mulut mereka. Seenaknya saja mengatakan kalau aku pelakor." Soo Yin berhasil melepaskan diri dari Dae Hyun dan langsung berlari ke arah dua wanita tersebut. Menjambak seorang wanita yang berambut keriting.

"Aduh, rambutku!" teriak wanita berambut keriting sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit.

"Beraninya kalian mengatakan bahwa aku adalah wanita simpanan dan juga pelakor!" teriak Soo Yin sambil terus mengacak-acak rambut wanita itu hingga membuatnya berteriak kesakitan.

Dae Hyun dan teman wanita tersebut mencoba melepaskan tangan Soo Yin dari rambutnya. Justru Soo Yin malah gantian menjambak wanita yang berusaha melerai. Dae Hyun kewalahan karena tenaga Soo Yin yang kuat dan terus meronta. Soo Yin saat ini benar-benar sangat merah, tidak peduli beberapa orang yang sudah ke luar kini masuk kembali untuk melihat pertikaian yang terjadi. Sampai akhirnya petugas datang dan berusaha melerai mereka.

Dae Hyun memberikan sejumlah uang kepada dua wanita tersebut agar tidak diperpanjang masalahnya sehingga Soo Yin diperbolehkan pulang. Dae Hyun menghela napas panjang sambil mengusap dahinya teringat kekacauan yang terjadi.

Selama dalam perjalanan menuju villa, Dae Hyun tidak berani mengatakan apapun kepada Soo Yin. Membayangkan apa yang terjadi tadi membuatnya bisa merasakan kalau Soo Yin benar-benar sangat marah. Rambutnya berantakan karena saling menyerang satu sama lain. Matanya saat ini juga memerah dengan sorot mata yang tajam.

Soo Yin hanya mengepalkan jemarinya dengan kuat hingga kukunya menusuk telapak tangan. Andaikan tidak sedang di dalam mobil mungkin ia sudah melampiaskan kemarahannya kepada Dae Hyun.