webnovel

Istri Kejam Sang CEO

(+21 Mature Content) Renessa akhirnya kembali ke rumahnya setelah sebelas tahun hanya untuk menemukan bahwa beberapa hal telah berubah. Ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita muda yang terlihat membencinya setengah mati. Adik tirinya yang terlihat bagaikan malaikat menempati kamarnya dan dengan sukses merebut posisi Renessa sebagai anak terbaik di hati ayahnya. Tidak, ia tidak pernah menjadi anak terbaik di hati ayahnya. Ayahnya tidak pernah menginginkannya dan membencinya. Bahkan kebencian pria itu pada Renessa terkadang membuat Renessa mempertanyakan identitasnya yang sebenarnya. NAmun di balik itu semua alasan kepulangan Renessa adalah untuk mengetahui keberadaan makam ibunya yang hanya diketahui ayahnya. Ayannya sepertinya sudah mempersiapkan segalanya untuk mendepaknya dan kenangan almarhum ibunya keluar dari rumah itu. Namun bukan Renessa Jika ia tidak pulang dengan amunisi di tangannya. Ia memiliki hak penuh atas seluruh kekayaan ibunya yang membuat keberadaannya bagaikan noda membandel di tengah keharmonisan keluarga ayahnya.

xandrinha · Urban
Zu wenig Bewertungen
30 Chs

Om Jefri (2)

"Tapi itu tidak akan membuktikan apa pun, om. Ayah mungkin melakukannya karena dia tidak ingin sekolah mengirimiku pulang. Dia ingin mengurungku selamanya di sana. Om juga tahu kan bagaimana perhatiannya pada Mary. Padahal Mary bukanlah anak kandungnya!" Renessa berkata dengan menggebu-gebu namun Jefri dapat mendengar sedikit kekecewaan di sana.

Renessa mungkin tidak ingin mengakuinya namun Jefri masih melihat kilatan rasa sayang bercampur sedih yang terpancar dari mata Renessa ketika menceritakan tentang ayahnya.

"Lebih baik kita makan dulu. Kita tidak akan makan jika terus berbincang-bincang," Jefri mncoba mencairkan suasana dan memanggil seorang waitress mendekat. Karena Jefri adalah langganan di restoran itu, ia dengan santai menyebutkan makanan kesukaannya.

Setelah mencatat pesanan keduanya pelayan itu kembali meninggalkan mereka.

"Om, apa om tahu cerita di balik pernikahan ayah dan ibu?" Renessa bertanya sambil memandang ke luar jendela. Karena kursi mereka berada tepat di samping jendela Renessa dapat menikmati pemandangan kesibukan kota di siang hari.

Jefri mengepalkan tangannya namun tidak ada perubahan yang terlihat di wajahnya seolah ia tidak terkejut dengan pertanyaan Renessa.

"Kenapa kamu tiba tiba merasa penasaran?" Jefri balik bertanya.

"Aku sebenarnya sudah lama penasaran tapi, sejak bertemu ayah lagi aku dapat melihat kebencian yang sangat besar dari mata ayah tiap kali mengucapkan nama ibu atau berbicara tentangnya. Aku juga tahu aku lahir hanya tiga bulan setelah ibu dan ayah menikah. Apa sebenarnya aku bukan anak ayah?" Renessa berbicara dengan ragu.

Sebenarnya ia sudah lama memikirkan hal ini dan kebencian ayahnya pada Renessa cukup masuk akal jika ia sebenarnya bukan anak kandung ayahnya. Ibunya mungkin memiliki kekasih lain yang meninggalkannya setelah menghamilinya dan ayahnya harus bertanggung jawab karena suatu hal. Karena itu ayah sangat membencinya dan ibu.

"Kau adalah anak ayahmu, hanya ada beberapa hal yang terjadi sebelum pernikahan ibumu yang membuat ayah dan ibumu terlambat menikah," Jefri menjawab seadanya. Ia sebenarnya mengetahui kejadian ini dari ayahnya yang juga adalah pengacara keluarga Pratama namun ia merasa ia tidak berhak menceritakan masalah ini sekrang. Ia akan menceritakan hal ini pada Renessa jika gadis itu sudah lebih dewasa lagi.

Jefri cukup terkejut ketika mendengar kejadian ini dari ayahnya. Saat itu ia sedang berada di luar negeri untuk melanjutkan studinya dan kejadian itu benar-benar membuatnya terpukul apalagi mendengar bahwa Claudia akhirnya menikahi pria yang memperkosanya. Kalau saja ia tidak bersekolah ke luar negeri ia mungkin bisa melindungi Claudia atau mungkin menikahi gadis itu dan menjadi ayah bagi Renessa. Tapi semuanya sudah berlalu, dan Jefri sudah menerima kenyataan bahwa Claudia tidak ditakdirkan untuknya. Yang bisa dilakukannya sekarang adalah menjadi pelindung bagi Renessa.

"Ohhh…" Renessa terlihat kecewa dengan jawaban Jefri.

Jefri tertawa melihat respon Renessa atas jawabannya.

"Berhenti mengarang adegan telenovela di dalam kepalamu," Jefri menyentil kening Renessa pelan. Renessa tertawa pelan menatap pria dihadapannya dengan penuh syukur.

Jika Om Jefri tidak membuka matanya dan menunjukan kenyataan pahit di depannya, mungkin ia akan terus buta dan masih menegemis kasih sayang ayahnya.

Ya, ia sebenarnya belum kapok bahkan setelah kenyataan pahit di mana ayahnya hanya menyisihkan uang dengan jumlah yang sangat kecil untuk kuliahnya. Saat itu ia sering menghibur dirinya dan mengatakan bahwa ayahnya melakukan itu hanya untuk membuatnya mandiri dan ayahnya yakin ia akan mendapatkan beasiswa penuh setelahnya.

Ia bahkan mencuci otaknya dan berkata bahwa ini hanyalah tes yang diberikan ayahnya untuk menguji keteguhan hatinya. Ketika ia sudah berhasil menyelesaikan semuanya, ayahnya akan muncul dan memeluknya. Untungnya Tante Lucia dan Om Jefri menemukannya terlebih dahulu dan menjelaskan beberapa kejadian mengejutkan yang perlahan membuka matanya akan kenyataan yang selama ini berusaha dihindarinya.

Renessa dan Om Jefri kemudian membicarakan topic-topik ringan hingga makanan akhirnya disajikan. Keduanya makan dengan lahap dan sama sekali tidak mengatakan apapun selain pujian untuk hidangan di hadapan mereka.

"Jadi bagaimana setelah ini? Mau kerja di mana?" Jefri bertanya setelah selesai menyantap makanan di hadapan mereka.

"Belum tahu juga om. Aku sebenarnya masih binggung entah aku harus kuliah lagi atau bekerja dulu," Renessa masih kebingunggan.

"Wah kamu benar-benar seperti ibumu yang tidak pernah kapok untuk terus belajar," Jefri tertawa geli sebelum melanjutkan, "apa ada pekerjaan yang membuatmu tertarik?"

"bukan tertarik sih om, hanya saja aku belum memiliki pengalaman kerja dan aku merasa aku belum memberikan kontribusi apa pun pada Perusahaan Horizon. Aku juga sama sekali belum berpengalama di dunia bisnis," Renessa berkata dengan wajah muram.

Jefri tertawa mendengar keluhan Renessa. Menurutnya kegelisahan gadis itu sedikit tidak masuk akal.

"Kamu kan punya Om Jefri, Om Dimas, Om Yoga, dan Om Elang yang bisa bantu kamu kalo ada apa-apa. Tenang saja, ayahmu tidak akan berbuat macam-macam padamu," Jefri berusaha menenangkan gadis itu.

Om Dimas, Om Yoga, dan Om Elang adalah pengacara keluarga Pratama yang juga ikut mengurus tentang warisan Herman dan Claudia namun mereka tidak terlalu dekat dengan Renessa dan jarang mengikuti kabar Renessa. Hubungan mereka dengan Renessa hanyalah sebatas hubungan klien dan pengacara.

Walaupun mereka terlihat acuh, namun mereka adalah pengacara yang sangat setia pada Herman karena mereka merasa banyak berhutang pada pria itu. Ketiga pengacara itu sebenarnya ikut mencari keberadaan Renessa di sela pekerjaan mereka dan mereka sangat lega ketika akhirnya Jefri mengabari mereka bahwa ia telah menemukan Renessa.

"Jadi mau lanjutin kuliah di mana? Mau lanjut ke jurusan apa? Program S1 kamu sastra inggris, kan?" Tanya Jefri lagi.

"Mau kuliah S1 lagi om, ambil manajemen mungkin," Renessa masih terlihat tidak yakin.

"Nessa, Nessa, kamu masih khawatir sama perusahaan?" Om Jefri menggelengkan kepalanya ketika menyadari apa yang masih menganjal dalam pikiran Renessa.

"Kamu tidak perlu terburu-buru membuat keputusan, Nesa. Gimana kalau kamu istirahat aja dulu setahun. Mungkin setelahnya kamu akan lebih pasti dan yakin dengan apa yang mau kamu capai," Om Jefri memberi saran.

Renessa menghela napas berat. Ia sebenarnya masih kebingungan dengan semua yang terjadi. Ia merasa ia sudah salah memilih jurusan ketika ia akhirnya harus menerima tanggung jawab sebagai pemilik perusahaan Horizon. Ia tidak pernah berpikir perusahaan itu akan menjadi tanggung jawabnya karena menduga ayahnyalah yang seharusnya mengelola perusahaan kakeknya itu.

Walaupun Om Jefri mencoba menenangkannya dengan berbagai macam kata-kata mutiara, Renessa tahu pada akhirnya ia harus mengandalkan dirinya sendiri.

Keduanya kemudian berbincang-bincang sebentar sampai Om Jefri merasa tempat itu menjadi semakin ramai.

"Sudah jam makan siang ternyata, om antar kamu pulang saja ya," Ajak Om Jefri sambil memanggil salah satu waitress untuk membayar bill.

Tempat itu menjadi sangat ramai pada jam makan siang karena lokasinya yang memang berada di area perkantoran. Terkadang beberapa pelanggan sampai harus menunggu agar bisa mendapatkan tempat duduk yang nyaman.

Like it ? Add to library!

xandrinhacreators' thoughts