webnovel

Istri Kejam Sang CEO

(+21 Mature Content) Renessa akhirnya kembali ke rumahnya setelah sebelas tahun hanya untuk menemukan bahwa beberapa hal telah berubah. Ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita muda yang terlihat membencinya setengah mati. Adik tirinya yang terlihat bagaikan malaikat menempati kamarnya dan dengan sukses merebut posisi Renessa sebagai anak terbaik di hati ayahnya. Tidak, ia tidak pernah menjadi anak terbaik di hati ayahnya. Ayahnya tidak pernah menginginkannya dan membencinya. Bahkan kebencian pria itu pada Renessa terkadang membuat Renessa mempertanyakan identitasnya yang sebenarnya. NAmun di balik itu semua alasan kepulangan Renessa adalah untuk mengetahui keberadaan makam ibunya yang hanya diketahui ayahnya. Ayannya sepertinya sudah mempersiapkan segalanya untuk mendepaknya dan kenangan almarhum ibunya keluar dari rumah itu. Namun bukan Renessa Jika ia tidak pulang dengan amunisi di tangannya. Ia memiliki hak penuh atas seluruh kekayaan ibunya yang membuat keberadaannya bagaikan noda membandel di tengah keharmonisan keluarga ayahnya.

xandrinha · Urban
Zu wenig Bewertungen
30 Chs

Jatuh

"Cepat bawa dia ke sini! Kalian masih tunggu apa lagi!" teriakan si gadis gila terdengar dari arah hutan. Salah seorang dari para penculik ini mencoba menarik Renessa, namun Renessa dengan gesit menangkis tangan pria itu. Sayangnya ia tidak menyadari serangan lain dan ketika ia sadar, ia refleks bergerak mundur, tak sadar bahwa tidak ada apa pun di belakangnya. Tubuhnya jatuh dengan bebas ke bawah tebing. Beberapa pria itu mencoba menangkapnya namun usaha mereka sia-sia.

**

Renessa membuka matanya dan dengan liar memeriksa keadaan di sekelilingnya. Ia berada di dalam hutan yang gelap. Renessa mencoba bergerak namun seluruh tubuhnya terasa sangat sakit seolah ia baru saja tertabrak truk besar. Renessa kebingungan sebelum ingatan ia jatuh dari atas tebing mulai memenuhi benaknya. Renessa merasakan cairan amis mulai memenuhi tenggorokan mulutnya sebelum ia terbatuk mengeluarkan darah.

Titik-titik hitam kembali memenuhi pandangan Renessa sebelum ia akhirnya kembali kehilangan kesadaran.

Renessa terbanggun ketika mendengarkan suara di dekatnya. Tubuhnya menegang dan ketakutan menyelimuti pikirannya. Pikiran bahwa ia akan dikurung dan disiksa membuat tubuhnya bergetar ketakutan.

"Dia di sini, boss?"

Renessa mengerutkan kening mendengarkan suara yang cukup familiar.

"Apa dia masih hidup?"

Renessa merasa seluruh ketakutannya sirna dan ia dipenuhi dengan rasa syukur ketika mendengarkan suara ayahnya. Ayahnya menemukannya. Ia akan baik-baik saja.

Renessa dapat merasakan ada seseorang yang berjongkok di sampingnya dan memeriksa nadinya. Renessa perlahan membuka matanya yang terasa sangat berat.

Riko, pengikut setia Rudi Santoso terkejut setengah mati dan dengan cepat bergerak mundur ketika ia melihat Renessa perlahan membuka matanya.

"Cih, ternyata kau masih hidup! Orang-orang pengganggu sepertimu memang sulit untuk dilenyapkan," suara Rudi dipenuhi dengan kekesalan ketika menyadari Renessa yang mulai sadar.

Suara kesal Rudi membuat Renessa sedikit kecewa, namun ia tahu ayahnya akan menyelamatkannya. Ayahnya masih membutuhkannya untuk bisa mendapatkan uang warisan ibunya tiga tahun lagi. Jika ia meninggal, seluruh harta warisan itu akan hangus.

"Kenapa? Kau pikir aku akan menyelamatkanmu? Tidak akan! Aku tidak akan sebodoh itu untuk membiarkanmu tetap hidup," Rudi berkata dengan sinis seolah bisa membaca pikirannya. Renessa mencoba berbicara namun tidak ada kata yang keluar dari mulutnya.

Rudi tertawa melihat Renessa yang tergeletak tidak berdaya, "akhirnya kesempatan untuk menyingkirkan benalu sepertimu dalam kehidupanku datang juga. Aku akan bebas setelah malam ini. Kau tidak perlu takut, ibumu pasti sudah menunggumu di neraka sekarang. Dia harus berterima kasih padaku yang mengirimkan anaknya secepat ini."

Renessa tidak dapat mempercayai pendengarannya. Ayahnya baru saja mengatakan bahwa ia ingin membunuhnya. Tubuh Renessa membeku sesaat sebelum ia tersadar dan mencoba sekuat tenaga untuk menggerakan seluruh anggota tubuhnya. Sayangnya ia baru saja berhasil menggerakan salah satu tangannya ketika Rudi mendekatinya dan menginjak lehernya.

Renessa tidak bisa melawan. Tubuhnya yang lemah bagaikan semut yang meronta di bawah jari besar ayahnya. Ia tidak dapat bernapas karena Rudi tidak segan-segan menginjak lehernya dengan kuat.

"Aku tidak menyangka hari ini akan datang lebih cepat dari dugaanku. Oh ya, tentang Daniel, kau tidak perlu khawatir karena Mary, putriku satu-satunya, yang akan menjaga Daniel dengan baik," kata Rudi sebelum tertawa lepas.

Setelah malam ini, ia tidak perlu takut lagi gadis bau kencur ini akan merebut posisinya. Ia sudah memikirkan segalanya sepanjang perjalanan tadi dan jika semuanya berjalan lancar, Ia bisa menguasai seluruh harta keluarga Pratama saat ini juga.

Merasa tidak ada lagi gerakan perlawanan di bawah kakinya, Rudi berbalik menatap Rico, "Bawa dia!"

Kesadaran Renessa belum sepenuhnya menghilang dan ia masih bisa mendengarkan perkataan Rudi dengan Jelas. Di dalam hati kecilnya ia sedikit berharap ayahnya hanya berkata seperti itu hanya untuk menyakitinya dan membawanya pulang.

Namun sayangnya harapannya dengan segera hilang tak berbekas ketika mendengar suara ayahnya, "lemparkan tubuhnya gadis sialan itu."

Renessa dapat merasakan tubuh Riko menegang mendengarkan perintah Rudi.

"Tapi, boss…. Dia masih bernapas," Riko sebenarnya sudah merasakan firasat buruk melihat sikap keji Rudi sejak tadi, namun ia tidak menduga pria itu benar-benar akan membunuh anaknya sendiri.

"Dia tidak akan bernapas lagi jika kau menjatuhkan tubuhnya ke sungai sialan ini. Cepat buang tubuhnya!" Amuk Rudi membuat nyali Riko menciut.

Renessa dapat merasakan tubuhnya melayang sesaat sebelum kedinginan menyelimutinya. Ia seperti jatuh di dalam air sedingin es yang membuat tubuhnya terasa seperti akan membeku. Renessa mencoba untuk bernapas namun hanya air yang memasuki paru-parunya. Dalam keputusasaannya ia berharap ia benar-benar dapat bertemu ibunya setelah ini. Wajah ibunya yang sedang tersenyum menatapnya muncul sebelum kesadaran Renessa mulai menghilang sepenuhnya.

***

Andreas berjalan ke luar vila dengan membawa beberapa alat pancingannya. Ia akhirnya bisa mendapatkan waktu berlibur eksklusif selama beberapa hari tanpa seseorang pun yang mengganggunya. Andreas sudah mematikan ponselnya sejak kemarin, ia tahu bahwa walaupun ini adalah hari liburnya, tidak menutup kemungkinan seseorang akan mencoba menghubunginya dan merusak waktu liburan berharganya.

Ia sudah mengatakan pada sekretarisnya, Alvian, untuk membuat keputusan yang menurut pria itu benar. Ia yakin pria itu mampu membuat keputusan tanpanya namun Alvian selalu ingin berkonsultasi hal yang tidak penting terlebih dahulu yang membuat Andreas merasa semua itu hanya akan buang-buang waktu.

Andreas berjalan menyusuri jalan setapak kecil menuju ke dalam hutan dengan perasaan bahagia, ia menghirup udara segar di dalam hutan dengan rakus. Sudah lama ia tidak mengunjungi tempat ini. Ia tidak pernah berlibur lagi setelah hampir empat tahun perusahaannya berkembang pesat.

Ayahnya mulai memandangnya dengan cemas melihat putranya yang semakin sibuk setiap harinya. Ia ingin putranya yang sudah lebih dari dewasa itu mulai berpikir untuk membangun keluarganya. Mereka sudah cukup kaya dan yang dibutuhkan Andreas sekarang adalah seorang istri. Telinga Andreas menjadi panas setiap kali ia bertemu dengan keluarga besarnya, mereka hanya mengatakan bahwa ia harus segera menikah dan bahkan beberapa di antara mereka sedikit mencurigai hubungannya dengan Alvian karena mereka selalu bersama.

Andreas mulai membuka kursi lipatnya ketika ia sudah berada di pinggir sungai. Ia melihat lingkungan sekelilingnya dengan puas. Sungai di hadapannya terlihat jernih, tidak berwarna coklat ataupun hitam, tidak seperti aliran air kotor di perkotaan. Andreas mengernyit ketika ia mengingat sungai di mana warga sekitar membuang sampah sembarangan ke dalamnya. Ia selalu merasa terganggu dengan kesadaran masyarakat perkotaan yang cukup rendah akan kebersihan.

Andreas mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya sebelum matanya menangkap sesuatu berwarna merah di pinggir sungai cukup jauh dari tempatnya berdiri. Andreas menggelengkan kepalanya dengan kesal. Ini bukan pertama kalinya tempat itu mendapatkan sampah kiriman dari atas. Ketika ia datang berkunjung terakhir kali ke tempat itu, ia menemukan lebih banyak sampah dari atas. Namun ia pikir pihak pengurus vilanya sudah mendiskusikan masalah ini dengan pemilik tanah di atas vilanya.

Andreas menghembuskan napas kesal dan berjalan mendekati 'sampah' yang mengambang di atas propertinya. Andreas mulai merasa tidak enak ketika ia semakin dekat dengan 'sampah' yang mulai terlihat seperti tubuh seseorang. Ketika menyadari bahwa warna merah yang dilihatnya adalah cardigan seorang yang tertelungkup ke bawah, Andreas dengan cepat berlari ke pinggir sungai dan menarik tubuh ringan itu keluar dari dalam air dengan mudah.

Like it ? Add to library!

xandrinhacreators' thoughts