webnovel

Irina

Sebuah cerita pendek berseri. Cerita tentang siswa yang berteman dengan seorang siswi yang dulunya merupakan kawan masa kecilnya. Serta keberanian kawan masa kecilnya tersebut untuk mengungkapkan perasaannya.

kikitondo · Allgemein
Zu wenig Bewertungen
6 Chs

Bab 1 : Ada Kucing Mengeong

Panas terik serta lorong jalan yang sempit adalah jalur yang selalu dan setiap hari aku lewati ketika pulang sekolah.Sekalipun cuaca yang panas, namun terasa tidak begitu panas karena terlindungi bayang bangunan yang saling berdekatan. Biarpun begitu, aku selalu merasa seperti tergencet oleh bangunan ini...

Ah, mungkin itu delusiku semata.

Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, aku sekarang ini tidak pulang sendirian. Aku pulang bersama anak pindahan dari sekolah lain. Namanya Irina, orangnya mungkin sedikit kutu buku karena kaca mata yang ia pakai dan sifatnya yang sangat pendiam. Rambutnya yang panjang dikepang dua memperkuat kesan culun namun inteleknya seperti karakter yang sering aku tonton di anime... atau mungkin aku saja yang berpikir demikian?

Bisu? Tidak lah. Dia cuma pemalu, bahkan ketika aku tidak sengaja dan minta maaf karena menumpahkan air gelas ke seragam nya, dia mengatakan "Ti-tidak apa-apa kok, Rangga",sambil mengusap-usap bajunya yang basa dengan sapu tangan, namun pemandangan yang tembus pandang dari seragam sekolah yang dia pakai, ia menutupi bajunya yang masih basah dengan jaket sepanjang jam kelas berlangsung... sampai sekarang ini.

Ok, aku merasa bersalah... sungguh-sungguh merasa bersalah.

Tapi selain dari itu semua, dia terlihat lebih cantik dan seperti waktu ia kecil. Ah, sekedar menambahkan informasi, dia adalah teman masa kecilku namun harus pindah kota karena pekerjaan orang tuanya. Dia dulu begitu akrab denganku.

Seharusnya hari ini adalah reuni yang berkesan. Tito yang merupakan teman sekelas dan sebangkuku menyarankan serta mengatur agar aku mengajaknya bicara pada hari ini dan pulang bersama. Tito, Irina, dan diriku sering bermain bersama dan sekarang ini untuk suatu alasan yang aku sendiri tidak tahu, dia menyuruhku pulang bersamanya. Aku merasa dia menyembunyikan sesuatu tapi...ya sudahlah.

Kemudian terjadilah peristiwa menumpahkan air gelas ke bajunya yang aku ceritakan tadi.

Aku mengira, aku dan Irina tidak jadi pulang bareng karena peristiwa tersebut. Namun perkiraanku meleset. Irina malah menungguku seusai kelas berakhir sambil mengikutiku selama perjalanan pulang. Aku tidak mengajaknya karena merasa bersalah. Tapi kalau dia mengikutiku, maka aku tidak punya alasan kuat untuk menolaknya. Belum lagi aku masih merasa bersalah melihat dirinya masih memakai jaketnya meskipun hari ini panas sekali, semua karena keteledoranku.

Oh... Kenapa hari ini aku bisa sial kayak begini?

"..."

Selama perjalanan pulang kami saling berdiam diri. Tidak tahu apa yang harus kami bicarakan.

'Meong...'

Seekor kucing lewat dan mengeong. Aku dan Irina menatapnya sebentar dan menghentikan langkahnya namun tidak lama kemudian kami melanjutkan perjalanan.

"..."

Kembali senyap.

Aku sungguh tidak tahan dengan atmosfer bisu ini. Aku harus memulai pembicaraan.

"Irina, itu kucing bisa mengeong."

"A-ah... Iya."

Sepertinya aku baru saja berusaha memulai percakapan dengan pemilihan kalimat terpayah sejagat... Ah, kenapa hal ini bisa terjadi?! Mana mungkin percakapan bisa terjadi dari hal yang seperti itu?

"Kucingnya lucu ya, Rangga?"

Eh? Dibalas!

"Ah, iya lucu."

"..."

Hening kembali.

Wajar saja sih, apa yang bisa diharapkan dari tema "Ada kucing mengeong baru lewat dan pergi"?

Pasti dia sebenarnya tidak nyaman dengan suasana seperti ini.

Apalagi lawan bicaranya adalah orang yang blo'on seperti diriku.

Menatap Irina yang berjalan disebelahku membuat diriku sadar bahwa auranya sekarang sudah banyak berubah meskipun tampilannya tidak jauh beda dengan dirinya yang dulu. Aku yang kini bertemu dengannya kembali pada masa SMA ini, merasakan perubahan terutama sifatnya yang menjadi pendiam sekali. agak berbeda dengan waktunya kami kecil dulu.

Tanpa banyak perbincangan yang berarti, akhirnya aku dan Irina sampai dirumahku. Rumah Irina tepat berseberangan dengan rumahku, dimana rumah itu dulunya kosong. Aku baru sadar ketika rumah itu ditempati kembali karena aku sibuk main game di kamar di hari ia pindah. Sungguh aku adalah contoh tetangga yang tidak baik.

"Irina, sebelumnya aku minta maaf sekali lagi."

Melihat ia masih memakai jaketnya ditengah panas matahari seperti ini pasti membuatnya gerah.

Bajunya mungkin sudah kering dengan sendirinya tapi mana mungkin aku suruh dia "buka seragammu!"

Aku pasti dikira mesum olehnya.

Meskipun mesum adalah salah satu sifat khas lelaki, tapi siapa yang mau mengakui kalau dirinya mesum? Pasti ia akan berusaha sebaik mungkin untuk tidak menampakkannya dan berperilaku gentleman...

Tunggu dulu. Kayaknya kalau aku bilang "buka jaketmu, kurasa seragammu sudah kering."

Pasti kesannya jauh lebih baik lagi

Bego tenan.

Ah... Aku tidak yakin kalau dia mau pulang bareng lagi.

"Ah,um...."

Melihat Irina mengangguk, aku segera masuk ke rumah.

"Rangga"

Setelah aku membuka pagar rumahku, Irina memanggilku kembali.

"Um... Anu... Be-besok kalau kau mau pulang bareng lagi..., ajak aku lagi ya."

Eh?