webnovel

=12=

"Itu gulanya kebanyakan!! Dugong!! "

"Jangan dimasukin tepungnya dulu, belum ngembang tuh!!! Nyet!! "

"Ngapain aduk pake sendok!! Ada mixer tuh dipake njing!! "

"Bacot banget lo bebek!!! Kalau ajarin tuh yang bener!! Ini dari tadi ngebacot mulu!! Dasar biawak tokek lo!! "

Nia ngegas dan kesal kepada Vero karena saat ini mereka tengah membuat kue di rumah Vero atas usulan Nia-yang tidak mau rumahnya berantakan.

"Heh gue tuh lagi ngajarin lo, nurut dong!" Nia hanya menatap tajam Vero dan me mixer adonannya dengan kesal.

"Napa mata lo melotot gitu? Punya hutang? "

"Awas lo!! " desis Nia dengan suara pelan dan mematikan.

Nia kini melanjutkan membuat kue dengan kesabaran dan menahan amarah karena harus mendengar bacotan Vero yang dari awal masak sampai tahap mengoven gak berhenti bacotnya.

"Hah akhirnya, tinggal nunggu mateng aja" ucap Nia bernafas lega dan tersenyum setelahnya. Vero hanya memandang Nia yang tersenyum juga ikut tersenyum. Atensi kini berpusat pipi Nia yang kini putih akibat terkena tepung.

Dan..

"Heh Nia, lap tuh muka lo!. Kaya setan lo keliatan" ucap Vero sambil melempar kain kearah Nia dan tepat diwajahnya

"Kain apa nih" Nia mencium kain yang dilemparkan Vero dan dahinya berkerut ketika mencium aroma kain tersebut.

"Kain lap meja HAHAHAHA!! "

Dengan kesal Nia melempar kain lap tersebut tepat kewajah Vero. Tidak puas, nia kembali melempar tepung kewajah Vero dan mengenainya.

"Hidung gue kemasukan tepung njirr!! "

"Rasain!! " Vero menatap kesal Nia dan melemparkan tepung ke wajah Nia sebagai pembalasan.

"HAHAHAHA muka lo udah jelek, tambah jelek tau gak!!! "

Dan berakhirlah mereka saling melempar dari tepung, gula, dan sendok hingga kegiatan melempar mereka di hentikan oleh bunyi oven yang menandakan kue mereka telah matang.

"Angkat woii angkat!!" ucap Nia tak sabaran dan Vero membuka oven tersebut dan mengeluarkan kue mereka. Vero dan Nia menatap kue buatan mereka dengan tidak minat. Bagaimana tidak, kue itu sedikit gosong dengan bentuk yang tidak manusiawi.

"Kok gini sih Ver? "

"Gak tau"

Nia hanya menghela napas, memang membuat kue tidak segampang yang dia kira dan dia memang tidak bisa memasak. Nia memandang lesu kue tersebut sampai dia sadar ketika sebuah tangan menyentuh bahunya.

"Gak apa pa, lo masih belajar dan ini baru awal. Lo akan bisa jika lo terus berusaha! Kalau lo niat dan terus berusaha buat kue yang lebih baik dari pada ini, gue yakin lo pasti bisa" Nia tersenyum, apa yang di ucapkan Vero itu benar. Ini masih awal dan jika terus berusaha pasti akan menjadi lebih baik.

"Gak mau di cobain dulu kuenya? " tanya Vero yang kini memotong kue tersebut dengan pisau dan mencobanya sedikit.

"Lumayan, rasanya lumayan. Walau agak rasa pahit" ucap Vero sedikit terkekeh Nia juga mencoba kue buatannya dan itu tidak terlalu buruk, yah.. Mungkin dia harus lebih belajar lagi untuk rasa yang lebih baik.

Kemudian sebuah tangan menyentuh ah lebih tepatnya mengelus bagian sudut mata Nia yang terkena tepung, dan itu adalah Vero dengan tatapan yang tidak mudah dibaca. Nia membeku dengan perlakuan Vero yang sangat baru baginya, seperti ada yang menggelitik perutnya dan jantungnya seperti habis berlari sejauh seratus meter. Vero tersadar langsung menarik lengannya kembali dan memutuskan kontak mata dengan Nia. Kini keadaanya jadi canggung dan semuanya diam dengan pikiran masing - masing.

'Huuhh jantung gue njirr, kayaknya gue harus kedokter deh!' batin Vero

'Apa itu tadi?' batin Nia

"Dapur kenapa jadi hancur begini?" itu suara Lena, ibunya Vero yang baru pulang dari pasar di ikuti Gerry di belakangnya.

"Lo berdua ngapain? Habis perang? " tanya Gerry ketika melihat kondisi dapur yang hancur.

"Maaf ma tadi aku ngajarin Nia masak ma" Vero hanya nyengir dan mendapat jitakan sayang dari mamanya.

"Iya tante maaf" ucap Nia sopan

Lena tersenyum kepada Nia karena baru kali ini ada teman perempuan Vero yang datang, biasanya cuman laki - laki jadi Lena kadang takut kalau anaknya ini homo.

"Eh kamu cantik sekali sih, siapa nama kamu? " Lena tersenyum ramah dan mengusap kepala Nia lembut.

"Taniya tante, panggil aja Nia" jawab Nia sopan dan ikut tersenyum.

"Oh ya ya, Kok mukanya penuh tepung gini? Ayo cuci muka kamu dulu! Tante temenin" Lena merangkul Nia dan membawanya menuju kamar mandi tapi sebelum itu, Lena berucap kepada Vero.

"Andi beresin semuanya! Dan cuci semua perabotan nya!!"

"Iya ma"

"Kue buatan siapa nih? Kok bentuknya aneh? " tanya Gerry yang melihat kue buatan Nia.

"Nia, dia minta di ajarin masak" jawab Vero acuh sambil membereskan dapur.

"Tumben lo mau ngajarin orang masak?, biasanya ogah. Biar orang sungkem pun lo gak mau" celetuk Gerry.

"Gak tau"

"Jangan - jangan lo suka ya" tuding Gerry membuat Vero melotot kearahnya.

"Gak mungkin! Nia bukan tipe gue" sargah Vero.

"Heh tipe tuh bukan berarti lo itu suka pada akhirnya, kalau lo suka, cinta walaupun bukan tipe lo. Lo gak akan lihat itu semua, karena yang lo rasa cuman nyaman dan sikap dia yang buat lo jatuh hati. Ingat! Perasaan seseorang gak ada yang tau"

"Ya ya ya" acuh Vero yang kini tengah mencuci piring.

"Yeh nih anak dibilangin gak percaya, yaudah! Tapi kalau gue tau lo suka dia, gue ketawain lo" ucap Gerry sambil menoyor kepala Vero.

"Ngapain lo noyor - noyor kepala pangeran, minta di tampol lo!! "

"Santuy bos"

"Emang lo gak suka dia?" tanya Vero.

"Gak lah, udah jadi mantan mending gue cari yang lain" kata Gerry

"Noh! Janda di perempatan banyak!! "

"Bangke lu!! Lo kata gue apaan!"

"Ya kan gue cuman request cewek buat lo"

"Emang cewek lagu apa?! Pake di request segala?!!"

"Males gue adu bacot sama lo. Mending lo bantu gue cuci piring, lebih berfaedah"

"Ogah!! Gue mau jalan - jalan, cuci mata gitu. Daadaahh" Gerry melambaikan tangannya di depan Vero dan pergi meninggalkan Vero dengan setumpuk piring.

"Gak guna banget tuh orang tinggal di sini! Ini kenapa lagi piring sebanyak dosa nya Gerry!!" gerutu Vero.

~#~#~

Nia kini baru pulang sehabis dari rumah Vero jam lima sore. Dan mendapat sambutan sayang dari sang kakak tercinta.

"Dari mana aja kamu? Baru pulang jam segini? " tanya Erik sambil bersedikap saat melihat Nia yang baru pulang.

"Dari rumah temen belajar bikin kue" ucap lesu Nia dan beranjak menuju kamarnya.

"Mana kue nya? Jadi atau hancur? "

"Jadi sih tapi bentuknya aneh, udahlah adek males jelasinnya"

"Yaudah kamu mandi sana baru makan! Abang udah siapin makanan"

"Abang yang masak"

"Ya enggak lah, abang pesen tadi" Nia hanya menatap abangnya yang nyengir seperti kuda dan pergi menuju kamarnya.

"Andi!! Andi! Kapan Nia kemari lagi? " tanya Lena pada Vero yang baru datang dan duduk di sebelah papanya yang lagi nonton bola.

"Ya ampun ma, Nia baru aja pulang"

"Nia siapa?" tanya Doni, ayah Vero.

"Itu pacar Vero" itu suara Gerry yang baru pulang dari jalan-jalan nya sambil bawa batagor.

"Sembarangan lo kadal buaya!"

"Kamu punya pacar? " tanya Doni yang kini makan batagor yang dibawa Gerry.

"Gak! Mending kekamar aja deh belajar" Vero akhirnya pergi menuju kamarnya.

"Tumben, biasanya alergi buku" ucap Doni dan dapat pukulan sayang dari sang istri.