"Pengunjung nomor satu?" gumamku dalam hati.
"Kenapa?" sergah Jebran, menyenggol lenganku ketika berjalan memasuki ruangan depan.
Namun, mataku malah tidak memperhatikan ruangan sekitar. Malah merunduk sambil memikirkan perkataan si wanita penyambut tamu tadi.
"O, bukan apa-apa," sahutku, mengelak.
Jebran pun akhirnya mengiayakan dengan mempercepat langkahnya, sedangkan diriku masih membuntuti dirinya menuju ruang tengah yang terlihat super luas ini. Tidak ada kebisingan yang ada di sekitar.
Hanya beberapa orang saja yang berlalu lalang menjalankan tugas mereka di kesehariannya.
Seorang pria tampak mencurigai kami, tetapi mataku sayup-sayup memperhatikan mereka yang baru saja memasuki ruangan.
Pria sebaya pamanku menghampiri Jebran.
"Wah, lihat siapa yang berkunjung ke sini?" sambut si pria itu. Berambut licin, agak gendut, berotot padat, lebih pendek. Setidaknya hampir menyamaiku. Wajahnya begitu riang menyambut kedatangan orang besar seperti Jebran.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com