webnovel

Marah, rindu, Kirana

"Kamu terlalu banyak berkata kasar pagi ini, sayang. Tidak baik berkata siapa itu ke suami sendiri tahu." Pria dengan nama belakang Laurent Calief itu dengan santainya menyambar handuk lantas memasuki kamar mandi. Sementara Bella meremas rambutnya, merutupi kebodohannya.

"Bahkan keledai saja tidak jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya, Bella," bisik perempuan itu dengan lemah.

Bella tiba-tiba melotot, memeriksa tempat tidur dan mengingat lagi semalam tapi dia tidak berhasil mengingat dengan jelas saat Galas membawanya mengawang ke bagian yang paling tinggi yang bisa melambungkannya. Lagipula Bella jijik memutar lagi. dia juga merasa malu dalam waktu yang berdekatan.

"Neo!!" Bella menggedor-gedor pintu kamar mandi dengan menutupi tubuhnya menggunakan selimut. "Neo Galas Prambudi buka pintunya!" teriak Bella menyebut nama lengkap Galas dengan sangat tidak sabaran.

"Kenapa? Kamu ingin mandi bersama saya."

"Jijik!" dengus Bella.

"Lantas kenapa?" tanya Galas.

"Kamu enggak buang di dalamkan semalam?" Bella tergugu ketika dia memastikannya.

Galas tersenyum tipis. "Entahlah! Tapi mungkin sudah saatnya Galas atau Bella Junior akan hadir dalam hubungan kita?"

"Galas sialan! Gue belum siap berengsek!" Bella memaki kesekian kalinya. Galas malah menyemburkan tawanya.

"Dari pada marah-marah mending kamu ikut masuk bergabung bersama Aku. Bukannya kita mau ke London hari ini. Aku sih enggak masalah biarin Toro ketemu Kirana sendirian. Enggak masalah juga kalau kita memilih menghabiskan waktu seharian di kamar."

"Iidh, Enggak mau dalam kamar berdua sama lo. Apaan, tujuan gue jalan-jalan bukan buat begituan sama lo ya? Lagian kenapa pakai nyusul kesini segala? Enggak sekalian aja dinikahin tuh kerjaan."

"Nanti marahnya yang sayang." Galas menarik perempuan itu dengan mudahnya. Posisi Bella yang tidak menguntungkan dengan terlilit selimut membuat perempuan itu kesulitan memberontak membebaskan diri Galas.

"Mama, tolongin!!!" pekik Bella dengan tololnya yang pasti mamanya tidak bisa mendengar apapun. Neo hanya tertawa puas dengan tingkah isterinya itu. Bagi Neo, Bella lucu sekali. Bagaimana bisa dia berteriak memanggil mamanya dalam jarak yang sejauh itu. kalau pun iya, nyonya Janu itu pasti akan mengabaikan saja perkataan anaknya. Apa yang bisa dia lakukan? Toh Bella dengan suami sahnya. Neo tidak melakukan kekerasan apapun selain membuat isterinya lelah.

***

"Be, udah dong marahnya. Aku minta maaf, okeh?" ujar Galas ketika Bella masih bersungut-sungut padanya bahkan saat mereka sudah sampai London. Dua orang itu sekarang sedang menunggu Toro turun dari bandara sebelum mereka menemui Kirana nantinya.

"Minta maaf buat apa?" tanya Bella sedikit ketus. Perempuan itu mau dibujuk sekali kesannya.

"Untuk pergi kerja sehari setelah pernikahan kita."

"Itu aja? perlakuan lo pagi ini enggak? Dengus Bella lagi.

"Kan kamu juga kenikmatan ujung-ujungnya, Be." Galas berkata seenaknya yang membuat Bella berhasrat memukul Galas habis-habisan. Setelah puas melakukannya, Bella dengan sendirinya merebahkan kepalanya ke dada bidang pria itu. "Ngeselin lo!" ujar Bella masih dengan tatapan ketusnya.

Neo hanya bisa tersenyum dengan kelakuan isterinya itu. Jika dulu, Bella mudah sekali ditebak hati dan pikirannya. Perempuan itu akan marah jika benar-benar marah, akan senang saat dia benar-benar bahagia. Tapi sekarang, tidak ada yang tahu pasti bagaimana perasaan perempuan itu. entah Bella benar-benar marah atau perempuan itu sekedar gemas saja kepada suaminya.

Memang hubungan yang kembali bersama belum tentu memberikan rasa yang sama.

"Duh, ini nih yang menjadi alasan kenapa gue setengah hati kesini. Pelukan aja terus kayak enggak ada hari esok." Toro tahu-tahu sudah hadir dihadapan perempuan itu. Bella dan Neo saling perpandangan sebelum meledakkan tawanya.

"Namanya juga ldr," ujarnya pergi dari sana. Toro tidak membawa task arena barang-barangnya sudah dititipkan kepada Neo terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar saat mereka sampai tidak perlu ke hotel hanya untuk meletakkan barang-barang tapi langsung ke kampus.

Beberapa jam mereka menunggu sebelum seorang perempuan melambaikan tangan dari kejauhan kepada mereka. Seperti adegan yang biasa disaksikan dalam film romantis. Gadis manis itu menghampiri Toro sambil memeluk pria itu dengan erat. Toro juga sama, membalas pelukan Kirana seerat mungkin. Jarang-jarang pria seperti Toro bisa semanis itu.

"Ekhm, tadi aja protes-protes jada obat nyamuk, sekarang kita yang malah menjadi obat nyamuk." Bella mendengus kecil berkata pada Neo yang diangguki oleh pria itu. sudah pasti Neo setuju dengan gagasan Bella. Menatap iri pada dua orang yang begitu romantis melepas rindu setelah lama tidak bertemu itu.

"Hai kak!" ujar Kirana melepaskannya pelukannya dari Toro lantas berganti pada Bella. Tidak menunggu lama, Bella juga membalasnya. Memeluk erat perempuan yang masih kecil dalam kenangannya di masa lalu itu sekarang sudah dewasa seperti ini untuk bertahan jauh hidup dari keluarganya.

"Kakak kangen sama kamu," ujar Bella yang menciumi seluruh wajah Kirana seolah perempuan itu benar-benar kecil.

Kirana tertawa mendapat perlakuan seperti ini. Ia memeluk lagi Bella. "Ini yang buat aku selalu memilih kakak dibandingkan dengan kak Amora," bisik Kirana yang membuat Bella tertawa kecil. Sementara dua pria itu hanya bisa menatap iri dengan kebersamaan dua orang itu.

"Aku akan merahasiakannya dari Amora," ujar Bella memberikan kode untuk menutup mulutnya. Kirana menyembulkan sebelah kepalanya kepada Neo. "Hai bang Galas, apa kabar?" tanya Kirana basa-basi.

"tadi baik tapi sekarang enggak lagi setelah lo mengkudeta isteri gue."

Kirana tertawa kecil. Dia tidak melepaskan Bella sama sekali meskipun Neo sudah berkata seperti itu. "Kita abaikan saja dia. Bagaimana kalau kita pergi makan saja?" ujar Bella. "Kamu kurus banget."

Kirana tertawa lagi. "Memang sengaja diet, kak," ujarnya cengengesan. Bella berdecak kecil. Agak tidak suka dengan gagasan perempuan yang dulu chubby dalam bayangan Bella itu sekarang kehilangan pipinya.

"Tapi enggak apa-apa deh khusus buat hari ini aku batalin dulu rencana itu."

Bella menganggukkan kepalanya. "Itu bagus," ujarnya mengendus kepalanya ke hidung Kirana seolah Kirana masih remaja kecil seperti bayangannya di masa lalu.

Neo dan Toro yang diabaikan hanya bisa mengikuti kemana perempuan itu berjalan. Mereka duduk di salah satu tempat makan, memesan pesanan kesukaan mereka sendiri dan pasangan masing-masing. Untung dalam hal ini mereka masih ingat Galas dan Neo.

"Dek, kenapa sih kamu belum mau nikah sama Toro?" Bella tiba-tiba bertanya pada adik dari kawan karibnya itu.

Kirana melirik Toro sekilas. "Itu pertanyaan titipan dari dia ya?" tanya Kirana menunjuk Toro melalui matanya.

Bella berdecak kecil, "Bukan dek, kakak benaran penasaran kenapa kamu dan Toro enggak niat nikah. Itu pertanyaan titipan juga dari Amora. Dia resah katanya kalau anak kesayangan bapak ini jauh dari mereka tanpa pengawasan pria."

Kirana memainkan bibirnya. "Suruh dulu teman kakak itu nikah baru aku pertimbangin juga buat nikah."