webnovel

Insiden mabuk

"Amora enggak mau nikah katanya."

Kirana menarik nafasnya. "Maka aku juga enggak."

"Dek …" ujar Bella mendesah pada adiknya.

Kirana berdecak kecil. "Siapa tahu nanti Toro berubah saat udah menikah? Atau perasaan aku yang berubah." Oh! Gadis yang lahir dari keluarga broken home itu masih trauma dengan jalan cerita kedua orang tuanya yang tidak berlangsung mulus. "Nih, kak Bella kan udah nikah nih, gimana rasanya?"

Bella melirik pada Galas. "Perasaan itu bisa berubah. Emang nyebelin sih kadang-kadang tapi beberapa kenangan indah belum tentu kamu dapatkan kalau kalian enggak pernah bersama lho."

Galas terpaku mendengar perkataan isterinya. Pria itu merasa melayang sesaat. Kirana menarik nafasnya. "Nanti aku pertimbangkan. Pokoknya aku enggak akan menikah kalau Kak Amora enggak nikah."

Toro menarik nafasnya. "Si keras kepala ini hanya bisa membuatku bersabar."

***

Amora membuka matanya. Ia mengerang kecil dengan dering ponselnya yang mengganggu. Entah siapa yang melakukannya. Amora melihat layar dengan mata picaknya yang belum terbuka sempurna. Kepalanya sangat sakit rasanya entah kenapa. Panggilan itu ternyata dari Bella.

"Hallo, Bel," ujar Amora serak.

"Gue udah ketemu sama Kirana dan jawaban Kirana dari pertanyaan titipan lo adalah dia enggak akan nikah kalau lo enggak nikah."

Amora menarik nafasnya kemudian menghembuskannya. Dia sudah tidak terkejut lagi mendengar pertanyaan itu. "Okeh deh, terserah Kirana mau buat apa. kalau gitu keputusannya gue bisa apa? siapa tahu dalam beberapa waktu ke depan dia berubah pikiran. Hidup tidak ada yang tahu."

Bella gantian, melakukan hal yang sama seperti yang amora lakukan sebelumnya, menarik nafas kemudian menghembuskannya. "Gue berharap kalimat itu berlaku buat lo."

Amora berdecak kecil. "Bye bel!" ujarnya menghindari topik itu lantas mematikan telepon. Amora tadinya ingin tidur lagi. sesuatu yang mengganjal menghalanginya ketika dia ingin tertidur lelap. Memastikannya, Amora menghidupkan lampu. Ia nyaris menjerit ketika melihat seonggok tubuh tanpa busana berbaring di dekatnya.

Itu Anka, tertidur pulas dengan nyenyak sangat damai seolah pria itu tidak takut dengan bahaya yang menimpanya. Pandangan Bella tertuju pada cermin yang membuatnya makin syok. Kondisi tubuhnya juga sama kacaunya. Beberapa tanda tercetak jelas pada bagian tubuhnya.

Amora mengumpat dalam hati. Dia celingak-celinguk melihat botol alkohol yang ada disana. Amora langsung berniat menghantam kepala Anka dengan benda itu. laki-laki sialan yang berani melakukan itu padanya. Namun sedetik sebelum botol itu mengenai wajah Anka, kilasan beberapa jam sebelum kejadian langsung berputar di kepala Amora.

Dia sedang menghadiri pergelaran busana yang dilanjutkan dengan pesta minum-minum. Amora memilih tequilla. Dia tidak sekonyol itu untuk bisa mabuk cepat dengan alkohol. Saat itu seseorang menghampirinya.

"Sendirian aja." Itu bukan Anka.

Amora tersenyum kecil. "Enggak juga. Sama tim," ujar Amora sambil menunjuk rekan kerjanya yang duduk di kursi tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Pria asing itu menganggukkan kepalanya. "Ehm, gue sempat lihat hasil rancangan lo tadi. Bagus."

Amora mengerutkan keningnya namun pria itu langsung memberikan kartu namanya. Sebuah pecinta fashion handal. Kenneth William. Wajah Amora langsung berubah.

"Sorry gue …"

Kenneth tersenyum kecil. "Its okay."

"Mau gue kenalin ke teman-teman gue yang lainnya?" tunjuk Kenneth pada meja yang terdapat beberapa pria dan wanita. Amora menganggukkan kepalanya tanpa pikir panjang. Tahu mereka kritikus fashion terbaik yang akan membantunya mengulas rancangannya. Tidak ada salahnya mencari relasi untuk kemajuan karirnya.

Banyak topik yang mereka bahas. Tidak ada hal yang aneh sama sekali. Hal yang berbeda hanyalah, Amora tidak sadar sudah menegak alkohol terlalu banyak hingga sampai pada batasnya. Malam semakin larut dengan tamu yang sudah mulai pulang.

"Kau ingin pulang?" tanya Kenneth melihat kondisi Amora. Dia hanya memegangi kepalanya dengan pandangan yang sudah berputar-putar dilihatnya. Beberapa benda bergerak-gerak melebar memanjang absurd tidak beraturan. Amora menggelengkan kepalanya beberapa kali membantu kesadarannya tetap ada.

"Tunggu disini, aku ambil mobil sebentar," ujar Kenneth, Amora hanya mengangguk kecil. Namun beberapa langkah Kenneth pergi Amora berjalan sendiri. Sempoyongan tanpa tahu kemana. Satu buah botol anggur mahal entah sejak kapan ada ditangannya.

Bugh! Amora terhantuk pada dada bidang seorang pria. "Oh baby …" ujarnya sambil mengusap-usap kepalanya. Tingkah Amora sangat menggemaskan tidak seperti biasanya.

"Kau baik-baik saja?" tanya suara berat itu. Itu Anka. Amora mendengak dan tersenyum kecil melihat pria itu.

"Oh Lo. Gue enggak nyangka ketemu lo disini. Gue pikir Lo enggak suka tempat ini. Halo pelanggan setia, senang bertemu dengan Anda." Amora sudah jelas seratus persen mabuk hingga tingkahnya tidak bisa terkontrol lagi.

Tidak tahu bagaimana kejadiannya, Amora tiba-tiba menjangkau Anka lantas membarikan kecupan pada laki-laki itu. Kecupan yang panas. Anka sempat menolaknya tapi Amora menahan kepala laki-laki itu sambil terus menggodanya. Semua orang yang masih menyaksikan itu terkejut dengan beragam reaksi. Bahkan ada yang bangun lagi dari mabuknya.

Seorang Anka, pertama kalinya dalam sejarah berciuman dengan seseorang.

Setelah itu memori Amora terputus. Terpotong-potong. Ia hanya ingat Anka yang menanyakan alamatnya dengan sopan yang tidak dijawab olehnya sama sekali. Dia malah meracau pada Anka mengatakan tubuhnya yang panas melihat putera sulung Adam Claiment itu.

Anka membawanya ke apartemennya pribadi sebagai pilihan terakhir. Pria itu ingin keluar. Dia masih sangat sopan pada Amora tapi amora tidak berhenti menggodanya. Wanita itu menarik Anka ke tempat tidur lantas menaikinya. Tangan centil Amora menyusuri wajah Anka.

"Kamu lagi mabuk," ujar Anka berkali-kali menolak Amora. Tapi Amora malah tidak berhenti. Tangan centilnya membuka kemeja Anka dengan sensual menggerak-gerakkan tubuhnya. Pria normal mana yang tidak goyah hingga akhirnya Anka membalikkan amora ke bawahnya kemudian membawa Amora kepada kenikmatan tertingginya.

"Aku menyukai kamu, Kamu harus tahu bagaimana jantungku berdetak semenjak pertama kali bertemu dengan kamu," ujar Anka memberikan Amora kecupan penutup penuh cinta pada pelipisnya. Amora merasa hangat, memeluk pria itu dengan erat.

Mata Amora melotot ketika semua memori itu hadir di hadapannya. Dia merasa malu pada Anka. Amora panik, ia melirik sekeliling dan menemukan kemeja laki-laki itu. Amora memakai pakaian itu dengan asal lantas keluar dari kediaman Anka dengan membawa kunci mobil.

Begitu sampai di basement dia berhasil menemukannya dan masuk ke dalam mobil itu. Amora tidak sempat berfikir dengan tindakannya itu menyalahkan aturan atau tidak. Hal yang pasti dia ingin lari dari Anka secepatnya. Meninggalkan laki-laki itu tanpa tahu apa yang terjadi esok hari.

Di jalan Amora sempat berhenti sebentar mengedor-ngedorkan kepalanya pada mobil. Ia berharap kejadian itu mimpi tapi perih pada selangkangannya mengindikasikan bahwa ia sudah melalui pengalaman pertamanya itu dengan putera sulung Claiment.