webnovel

Chap 3

Hujan deras membuat pandangan Alex menjadi kabur, Alex terus mengelap kaca mobil bagian dalam yang tertutup embun dengan kain. Suara petir menyambar menemani malam Alex yang sunyi ini. Hanya ada mobil dirinya yang melaju menerobos hujan deras, sebagian pengendara lebih memilih untuk berteduh menunggu hujan reda.

Jarak antara rumah Alex dan sekolah lumayan jauh, biasanya Alex membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai disana namun karena hujan lebat Alex tidak bisa melaju dengan cepat.

Ketika melewati sebuah hutan, penglihatan Alex semakin gelap. Tak ada penerangan di setiap jalan, Alex hanya mengandalkan lampu utamanya sebagai penerangan dia.

PING!

Sebuah notifikasi pesan dari handphone Alex berbunyi membuat Alex reflek mengeceknya. Dia melihat nama pengirim tersebut yang ternyata adalah kekasihnya, Gebi.

Alex sudah tahu pasti Gebi akan memarahinya jadi dia tidak berniat untuk membalas pesan tersebut, dia memilih untuk tetap fokus mengendarai.

Selang beberapa menit sebuah panggilan masuk dari handphone, rupanya Gebi menelfon Alex. Dia pasti kesal karena Alex tidak kunjung datang. Akhirnya Alex memutuskan untuk mengangkat telfon itu.

"Hal..."

"Alexxx kamu dimana?! kenapa kamu ga bales pesan aku sih?! Aku kira kamu kenapa - kenapa."

Walaupun sambil marah namun Gebi tetap mengkhawatirkan Alex, dia takut kalau Alex terjadi apa - apa.

"Aku gapapa kok bi, ini masih dijalan. Jalanan cukup gelap dan ada banjir karena hujan deras jadi aku kayanya sedikit terlambat."

"Iya gapapa kalau gitu, kamu hati - hati dijalan, aku tunggu disini, anak - anak yang lain pada pengen pindah ke kelas lain, kayanya mereka mau ngadain kumpul - kumpul bersama dan ngelakuin sesuatu."

"Ngelakuin sesuatu?" Alex bertanya - tanya , apa yang akan mereka lakukan di malam - malam begini di sekolah.

"Iya aku juga kurang tau itu apa mungkin mereka mengisi waktu luang sambil menunggu hujan reda dan juga acara hibuan untuk anggota baru OSIS yang baru saja diterima. Itu hanya asumsi ku."

"Alex aku harus menutup teleponnya, sepertinya kami akan pindah sekarang, kamu hati - hati dijalan ya,"

Panggilan telepon berakhir Gebi memutuskan telepon tersebut,

Semakin lama hutan ini semakin gelap. sulit bagi Alex untuk mengendarai mobil di kegelapan malam disertai hujan yang sangat deras.

Alex yang sedang tidak fokus tiba - tiba menbanting stir kekiri menghindar sesuatu yang baru saja lewat di depan mobilnya.

"Akh, apa itu barusan?" ucap Alex sambil merintih kesakitan karena terbentur dashboard mobilnya.

Dia tadi melihat seseorang wanita paruh baya yang lewat di depan mobilnya barusan, Alex keluar untuk mengecek wanita itu namun dia sudah tidak ada.

'Kemana perginya nenek itu' pikir alex.

Padahal hanya beberapa menit saja dia keluar dari mobil sebelum wanita itu menghilang.

Bulu kuduk Alex mulai merinding, dia segera memasuki mobilnya dengan baju yang basah.

Siapa nenek yang malam malam berada di hutan di bawah derasnya hujan, apa yang dia cari.

Segera Alex menancap gas mobilnya melaju, dia tak mau berlama - lama memikirkan hal ini. Alex bukanlah orang yang percaya dengan hal - hal ghaib. Bagi Alex hal - hal ghoib itu hanya mitos, itu hanya omongan orang dewasa untuk menakuti anak kecil.

Selama diperjalanan perasaan Alex mulai tidak tenang, badannya mulai merinding. Entah hanya perasaanya saja, dia cuman ingin cepat - cepat sampai menemui Gebi di sekolah.

Mendadak handphone milik Alex kembali bergetar. Alex yakin itu pesan dari Gebi, tapi dia sudah tidak begitu jauh lagi dari sekolah, sehingga Alex mengurungkan niatnya untuk membacanya. Lima menit kemudian teleponnya bergetar lagi. Tak lama kemudian teleponnya berdering, tanda panggilan telepon masuk. Namun, ketika Alex menepikan mobil dipinggir jalan dan mengeluarkan teleponnya dari saku celana, panggilan tersebut terputus.

1 panggilan tak terjawab dari Gebi.

2 Pesan masuk dari Gebi.

Bunyi Guntur di kejauhan mengagetkan Alex membuatnya tersadar bahwa hanya mobilnya sendiri yang berada di sepanjang gelap ini. Dia sudah melewati hutan dan meninggalkan wilayah kota cukup jauh di tengah malam. Dan yang lebih parah, hujan semakin lama semakin lebat.

Alex membuka pesan pertama yang ditinggalkan oleh Gebi. Pesan itu dikirim pukul 23.25 dan terlihat di tulis secara tergesa - gesa.

Alex, kamu udah sampai mana Lex? Aku dan teman - temanku semuanya sudah berkumpul di ruangan, Kak Siska memulai 'ritual' dan itu sangat menakutkan.

Kata 'Ritual' terasa sangat asing bagi Alex. Sebenarnya apa yang mereka lakukan di tengah malam begini di sekolah? Kalau itu semua berasal dari ide Siska, pasti sesuatu yang unik dan sangat abnormal, mengingat Siska adalah murid seangkatan Alex yang juga anak kelas 12. Siska adalah ketua anggota klub paranormal, klub ini tidak resmi dibuat oleh sekolah, ini semua dibuat oleh Siska dan anggota nya pun hanya beberapa murid saja.

Jika orang itu adalah Siska, pasti yang dimaksud oleh Gebi tentang ritual adalah sesuatu yang supernatural, mengingat kalau Siska sangat menyukai hal - hal berbau mistis.

Alex kemudian membuka pesan kedua yang cukup panjang, pesan itu dikirim oleh Gebi pukul 23.45.

"Kamu dimana sekarang Lex?! Aku sangat takut! Siska baru memulai ritualnya dan membaca peraturan permainannya, aku tidak mengerti apa yang dia lakukan?! Tapi ini sangat gila! Aku tidak mau ikut, tapi teman - temanku dan yang senior lainnya sudah cukup gila gara - gara wanita aneh ini! Dia memprovokasi murid yang lain, dan mereka semua tidak terima, akhirnya mereka menyetujui permainan kak Siska. Alex Cepat kemari! Aku mau pulang..."

'Sepertinya keadaan sekarang cukup serius' pikir Alex berbicara kepada dirinya sendiri. Dia bergegas menancap pedas gas dan mengarahkan mobilnya ke jalan. Di langit, air hujan terus mengguyur hingga menutupi pandangan.

***

Di tengah malam,

Alex memakirkan mobilnya di depan gerbang sekolah. Dia berencana untuk memasuki mobilnya namun pintu tertutup dan tak ada tanda - tanda Kang Husein - Penjaga gerbang sekolah. Sepertinya Kang Husein sudah terlebih dahulu pulang karena sudah larut malam, pikir Alex.

Alex mengecek kembali handphonenya. Barangkali ada panggilan atau pesan masuk dari Gebi, namun sayangnya tidak ada. Tidak ada panggilan ataupun pesan masuk semenjak panggilan terakhir Gebi yang terputus. Sekarang dia mulai khawatir. Seharusnya Gebi dan teman - temannya lain sudah memberhentikan acara apapun disini ketika satpam sekolah sudah pulang. Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres.

Alex berencana untuk turun dan masuk ke dalam sekolah, dia teringat kalau dia punya jas hujan di dashboard mobilnya.

Alex lalu mengenakan jas hujan kuningnya dan membuka pintu mobil.

Guyuran air hujan beserta angin mulai menerpa Alex bagaikan di cambuk oleh air, begitu dia menapakkan langkah kakinya pertamanya. Alex kembali lagi ke dalam mobil mengambil senter miliknya yang biasa dia sering bawa. Dia membawa senter itu untuk berjaga - jaga jika mobilnya mogok di tengah malam atau hal lainnya.

Dia berjalan ke arah gerbang sambil menyorot sekolahan itu, sangat gelap. Entah apa yang mereka lakukan disekolah gelap gelapan seperti ini, seharusnya jika memang ada orang yang masih berada di sekolah, pasti ada cahaya di suatu ruangan. Namun sekolah ini semuanya gelap seperti tidak ada tanda - tanda makhluk hidup.

Alex melangkah dengan hati - hati di atas sebuah kubangan air yang cukup dalam, menghindari genangan air dan tanah yang lengket. Alex melihat pintu gerbang sedikit terbuka.

Kemungkinan kang Husein membiarkan gerbang ini terbuka agar murid - murid yang masih didalam bisa keluar. Pasti kang Husein memberikan kunci tersebut kepada ketua OSIS yang sedang mengadakan acara ini, pikir Alex.

Alex memandang sekelilingnya sekali lagi, memeriksa jalan di sisi tembok sekolah. Tidak jauh dari parkiran, Alex melihat ada beberapa motor dan mobil yang terparkir disana salah satunya adalah mobil Avanza Putih dengan plat nomor yang Alex kenal, mobil itu milik sahabatnya yang bernama Gilang. Namun, kenapa mobil ini masih disini? apa yang di lakukan temannya di sekolah malam - malam begini.Yang Alex tahu Gilang sendiri bukan bagian anggota OSIS, apa selama ini Gilang menyembunyikan itu semua . Ternyata Gilang adalah anggota OSIS, pantas saja Alex selalu terkena razia padahal dia sudah menyembunyikan itu dengan baik.

Kemudian Alex segera memasuki gerbang sekolah yang terbuka itu dan berjalan ke mobil milik Gilang, barangkali ada orang didalam mobil.

Kalau dilihat dari kaca depan mobil, Alex tidak menemukan tanda - tanda keberadaan orang di dalam mobil. Alex mengangkat bagian lengan jas hujannya, mengelap butiran air yang membasahi kaca pintu tengah. Alex menyorot cahaya senternya ke dalam mobil, namun tidak ada siapa - siapa di dalam mobil.

Dia lalu berpindah kemobil lainnya yang terparkir tidak jauh dari mobil milik Gilang, Alex tidak tahu mobil milik siapa ini namun dia merasa asing.

Alex kembali mengelap kaca yang tertutup oleh embun, cahaya senter milik Alex menembus kaca mobil dan memperlihatkan bangku - bangku yang juga sama kosong.

Alex mengalihkan pandangannya mengecek kembali untuk yang kedua kalinya. Fokus matanya tertuju pada sebuah benda kecil di jok mobil. Sulit untuk memastikannya apa itu dengan penerangan yang hanya terbatas. Tetapi Alex tahu kalau itu adalah bungkus rokok Mariborong.

Alex mendengus. Hanya satu orang yang setia merokok dengan merek tersebut di antara teman - teman angkatannya. Sebenarnya Alex tidak pernah mengganggap orang itu adalah teman Alex, kalau bukan karena gadis itu berteman cukup akrab dengan sahabatnya Gilang , Alex enggan berkenalan dengannya - Karina.

Karina adalah cucu dari pemilik sekolahan, orang tuanya adalah orang penting di negara ini, namun sikapnya justru berbalik. Gadis itu sangat suka merokok, gayanya yang seronokan dan suka meludah sembarangan. Alex tidak peduli dengan masalah hidupnya, dia tidak mau tahu. Dia hanya tidak mau berurusan dengan orang seperti Karina.

Setelah Baron memeriksa semua mobil yang terparkir, dia tidak menemukan hal lain yang lebih menarik bungkus rokok itu.

Yang paling penting Alex sudah tahu kalau mereka semua masih ada disini, dia harus cepat - cepat menemukan Gebi dan membawanya pulang.