webnovel

Chap 1

"Kau yakin tidak mau pulang bareng?" tanya Alex kepada Gebi.

"Iya hari ini aku ada acara bersama teman temanku," jawab Gebi.

"Mau aku tungguin?"

"Tidak usah, sebaiknya kamu pulang saja, sepertinya aku akan lama disini."

Saat ini mereka sedang berada di parkiran sekolah, sudah jam 4 sore para siswa sudah berhamburan untuk pulang ke rumah mereka masing - masing. Biasanya Alex akan menunggu Gebi di parkiran untuk pulang bersama, namun hari ini Gebi menyuruh Alex untuk pulang sendirian.

"Maaf ya." ucap Gebi dengan wajah yang sedih.

Dia tak tega menyuruh Alex untuk pulang sendirian tetapi apa boleh buat dia juga terpaksa harus ikut. Lagipula tidak baik juga harus berduaan terus menerus. Suatu saat nanti dia pasti akan membutuhkan seorang teman.

"Tidak apa - apa, gausah terlalu dipikirkan. Aku bisa pulang sendiri."

"Hehe, makasih ya."

Mau bagaimana pun Gebi punya kehidupan sendiri, Alex tidak boleh melarang - larang Gebi, lagipula mereka masih pacaran.

"Ngomong - ngomong acara apa emang?" tanya Alex.

Gebi mengangkat bahunya tidak tahu, "Entah aku juga gatau katanya sih pelantikan anggota baru."

Memang hari ini adalah pelatikan anggota baru dari masing - masing ekskul, terkadang setiap ekskul mengadakan acara mereka masing - masing tanpa guru pembimbing ekskul. Sekolah tidak mempersalahkan itu selama kegiatan itu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para siswa.

Gebi adalah Siswi kelas 11 SMA, Dia mengikut organisasi kesiswaan di sekolahnya, walaupun dia hanya anggota dia disuruh oleh temannya untuk ikut dalam pelantikan anggota OSIS. Gebi tidak tahu kegiatan apa yang mereka lakukan.

Sedangkan Alex adalah Siswa kelas 12 SMA, ini adalah semester akhir baginya, Minggu depan dia harus menghadapi ujian Nasional. Tidak ada waktu lagi untuknya bermain - main, maka dari itu dia sedikit mengurangi waktunya bersama Gebi. Gebi pun mengerti akan hal itu.

Mereka berdua sudah lama berpacaran sejak mereka duduk di bangku SMP kelas 1. Mereka berdua dikenal sebagai pasangan Romeo dan Juliet. Itu karena mereka selalu bersama sejak kecil.

Sebenarnya mereka sudah mengenal dari umur 5 tahun, orang tua mereka dulunya bertetangga, Alex dan Gebi sering bermain bersama walaupun sering kali berantem namun mereka berdua saling menyayangi.

Banyak hal yang sudah mereka lalui bersama sampai sekarang.

"Kalau begitu aku pulang duluan ya." Ucap Alex sambil mengelus rambut Gebi lembut.

"Iya hati - hati ya. Pelan - pelan saja bawa motornya."

Kemudian Alex menyalakan mesin motornya dan melaju pergi meninggalkan Gebi sendirian.

Selama perjalanan pikiran Alex tidak tenang, entah kenapa perasaanya tidak nyaman meninggalkan Gebi di sekolah. Alex akhirnya memutuskan untuk berhenti di sebuah warung kecil.

"Budhe, beli roko."

Seorang wanita paruh baya berusia sekitar 60 tahun keluar dari bilik warung, walaupun wajahnya terlihat tua namun orang ini nampak kelihatan sehat bugar.

"Eh den Alex, tumben ngeroko den." ucap Wanita paru baya itu.

"Iya budhe lagi pengen,"

Bu Fatimah atau biasa orang - orang memanggilnya budhe adalah pemilik warung kecil yang berada di sekitar sekolah, warungnya sangat tertutup sehingga seringkali siswa datang kesini hanya untuk meroko ataupun bolos sekolah.

Selama ini budhe mengurus semua warung ini sendirian, suaminya sudah meninggal lebih duluan 3 tahun yang lalu karena sakit parah yang diderita olehnya.

"Nanti ketahuan non Gebi diomelin,"

"Enggaklah budhe, kan ga ketahuan hehe."

Alex memang dilarang oleh Gebi untuk merokok. Gebi sangat tidak suka cowo yang merokok, asap yang ditimbulkan rokok membuat Gebi sulit bernafas. Alex sendiri sudah tahu kalau Gebi mempunyai penyakit asma.

Dulunya Alex adalah perokok aktif, namun sejak bersama Gebi dia menguranginya. Alex hanya merokok saat tidak bersama Gebi saja, dan selalu membersihkan tubuh atau mulutnya yang bau asap rokok. Walaupun sudah begitu Gebi masih tahu kalau Alex habis merokok.

"memangnya Non Gebi kemana kok ga bareng Den Alex?" tanya Budhe.

"Gebi ada acara di sekolahnya budhe, jadi Alex pulang sendirian," ucap Alex sambil menyalakan puntung rokoknya. Dia menghisap rokoknya kemudian mengeluarkan asapnya lewat hidungnya. Sudah lama Alex tidak merasakan ini lagi.

Pikiran Alex saat ini sedang kacau, ini bukan karena Gebi. Namun kehidupannya yang semakin lama kian beranjak dewasa menuntutnya untuk lebih bekerja keras lagi.

Untuk anak kelas 12 SMA biasanya para siswa sudah menentukan kemana mereka akan melanjutkan pendidikan, namun berbeda dengan Alex. Dia masih belum tahu melanjutkan kemana. Biasanya para siswa akan meminta konsultasi dengan para guru BP untuk dibantu ke universitas atau jurusan mereka yang main. Sayangnya setiap kali Alex ke guru BP, pasti mereka akan melihat nilai dan berkata pada Alex.

"Alex, Alex, selama ini kamu ngapain aja disekolah. Nilai kamu gaada yang diatas rata - rata, kalau begini caranya tidak ada universitas yang mau menerima kamu"

Begitulah apa yang dikatakan para guru pada Alex.

Padahal Alex selalu belajar bersama Gebi, namun hasilnya nihil, dia tetap aja mendapatkan nilai yang rendah.

Tentu saja Gebi tidak tahu tentang ini, dia pasti akan kecewa dengan Alex. Dia juga pasti akan menyalahi dirinya sendiri karena telah membuat Alex menjadi seperti ini.

Rokok Alex semakin lama mulai habis, dia membuang puntung rokok itu lalu menginjaknya hingga tak ada bara api lagi yang menyala. Dia mencium lengan bajunya yang bau asap rokok, untung saja hari ini dia tidak bersama Gebi. Dia pasti akan dimarahi oleh Gebi habis - habisan sambil menyemproti parfum ke seluruh tubuh Alex.

Melihat langit yang sudah mulai gelap, Alex memutuskan untuk pulang ke rumah.

"Budhe, aku pulang dulu ya," sambil menaruh uang 50 ribu di laci meja.

"Kok buru - buru amat den," kata budhe yang sedang duduk di teras sambil menonton televisi. Melihat itu Alex menjadi membayangkan dirinya menjadi Budhe yang hidup sendirian dirumah, Kekasihnya yang sudah meninggal, anak - anaknya yang sudah berkeluarga dan dia harus tetap hidup walaupun dia tahu hidupnya hampa.

"Iya budhe, mau hujan, saya gabawa jas hujan soalnya ." jawab Alex.

Tidak mau berlama - lama Alex membawa bungkus rokok yang masih sisa banyak itu dia masuk kedalam tas. Dia berniat akan menyimpan itu saat dia membutuhkannya lagi.

***

Sesampainya dirumah Alex tidak melihat dua buah mobil dirumahnya, sudah pasti orang tuanya belum pulang ke rumah. Hal ini sudah biasa bagi Alex. Orang tuanya merupakan seorang pebisnis tidak ayahnya atau ibunya , mereka semua sama. Mereka semua sangat sibuk dengan pekerjaannya.

Semenjak kecil Alex selalu bermain dengan Gebi ataupun Mbok Darmi pembantu di rumah Alex yang sekarang sedang mengambil cuti karena anaknya ingin menikah dan ia harus pergi kesana untuk menghadiri acara tersebut. Sedangkan kakak perempuan Alex satu - satunya dia sangat rajin sekali belajar hingga mendapatkan beasiswa di Universitas Oxford jurusan kedokteran yang terkenal itu dan sekarang dia bekerja sebagai Dokter bedah. Sering sekali orang tua Alex membandingkan dengan kakaknya itu membuat Alex kesal.

Sabrina - Kakak Alex selalu membela Alex saat orang tua nya memarahi Alex. Namun bagi Alex itu semua hanya siasat kakaknya agar terlihat baik didepan orang tuanya.

Setelah memarkirkan motornya di garasi, Alex memasuki rumahnya dan menekan bel. Dia sudah terbiasa selalu menekan bel saat memasuki rumah , walaupun dia tahu tidak ada orang didalam rumah tapi dia memberi salam untuk makhluk atau penunggu rumahnya. Alex juga tidak tahu itu benar atau tidak, semua itu dia dengar dari perkataan orang dewasa.

"Assalamualaikum."

Alex memberi salam disertai sebuah hembusan angin dari dalam ke luar mengenai lehernya membuat bulu kuduk merinding. Alex tidak tahu berpikiran negatif, dia menghadap itu hanyalah angin yang berasal dari AC rumahnya.

Merasa tubuhnya lengket dia ingin sekali mandi namun tubuh Alex masih bercucur keringat, Menurut orang dewasa, mandi saat tubuh berkeringat itu membuat tubuh kita menjadi panuan.

Alex pun melepas bajunya dan duduk dibawah AC namun Alex tidak merasa dingin, dia tetap kegerahan.

"Loh kok belom nyala?" ucap Alex kebingungan. Dia mengira AC rumahnya masih menyala, akhirnya dia mencari remote AC dan menyala AC tersebut.

Dia tidak mau ambil pusing, Alex saat ini sedang sendirian di rumah, jika dia berpikiran negatif itu hanya membuat dirinya ketakutan.

Setelah AC menyala Alex melihat sosial medianya yang rame sekali notifikasi yang masuk ke handphonenya. Alex pun hanya tersenyum melihat isi pesan ataupun postingan milik teman - temannya, dia semakin larut dengan handphonenya.