Lu Chengzhou memiringkan kepalanya, lalu dengan malas ia mengulurkan tangannya untuk membetulkan kancing lengan bajunya.
Sorot matanya terlihat sangat dingin, ia menarik sudut mulutnya, dan ia pun tersenyum tipis, "Dengan memiliki kemampuan untuk menyerang sistem milikku, selain Rubah Putih, siapa lagi yang bisa? Dokter jenius itu pasti orang dalam Shadow League juga."
"Shadow League?" Qin Fang dan He Yidu saling memandang, mereka berdua tampak sangat terkejut.
Pantas saja mereka tidak bisa menangkap orang tersebut meskipun telah berusaha dengan sekuat tenaga. Rubah Putih adalah dewa yang membuat para hacker top dunia menjadi takut.
Begitu juga adalah Kak Cheng, meskipun ia memiliki kemampuan untuk membajak sebuah sistem, tetapi ia tidak dapat melakukannya dengan bersih seperti yang biasanya dilakukan oleh Rubah Putih itu, ia selalu membajak tanpa meninggalkan jejak sedikit pun.
Lu Chengzhou memasukkan kembali tangannya ke dalam sakunya dan berbicara dengan perlahan, "Terus naikkan naikkan harga tawaran pada Shadow League, kalau menemukan dokter jenius 200 juta, dan tambahan 100 juta untuk biaya konsultasi."
*
"Sudah gila?" Gu Mang mengerutkan alisnya saat menerima telepon dari Yun Ling.
Saat itu Yun Ling sangat setuju dengan kata-kata Gu Mang kali ini, kemudian ia pun berkata dengan ceplas-ceplos, "Sialan, aku bahkan belum pernah melihat uang sebanyak itu."
Sorotan mata Gu Mang tiba-tiba tampak gelap, "Aku menolak."
Setelah mengatakan dua kata yang sangat singkat itu, Gu Mang pun langsung menutup teleponnya. Kemudian ia pun berbalik dan kembali ke kamar untuk tidur.
*
Kabar itu telah sampai kepada Lu Chengzhou, saat itu ia mengenakan pakaian kasual hitam yang berkelas dan duduk di sofa kulit.
Parasnya yang menawan tersembunyi dalam cahaya yang gelap, ia terlihat sangat misterius. Kakinya yang panjang dan lurus diangkat di atas meja kopi. Ia terlihat malas dan santai, namun gayanya tampak sangat elit.
"Masih menolak?" Suara pria itu terdengar rendah namun memikat.
Lu Yi mengira para senior Shadow League telah melihat hal yang lebih. Jika tidak, bagaimana mungkin mereka tidak tertarik dengan harga tawaran setinggi itu.
"Tuan Muda Lu, kita bisa menguncinya. Dokter jenius itu pasti ada di Kota Ming."
Rubah Putih itu memang sangat licik. Keberadaan dokter jenius itu ditutup dengan sangat rapat.
Hingga Tuan Muda Lu sendiri yang maju untuk bergerak, barulah bisa mengunci lokasi bahwa dokter jenius ada di kota Ming.
Mereka telah dipermainkan ke sana kemari, dan kini mereka sudah bosan terus dipermainkan seperti ini.
Lu Chengzhou mengangkat alisnya dan menyalakan koreknya, "Jangan urus dia lagi, perhatikan keberadaan lokasi Gu Mang."
Ketika Lu Yi mendengar Lu Chengzhou berkata seperti itu, akhirnya ia pun merasa sedikit lega, "Iya."
*
Keesokan paginya, ketika tepat pukul delapan. Lu Shangjin membawa Gu Mang dan Meng Jinyang ke SMA di Kota Ming.
Di ruang kepala sekolah…
"Kepala Dinas Lu, tidak mudah bagi siswa SMA untuk langsung masuk di tengah pembelajaran sedang berlangsung seperti ini. Semua guru pada berjuang untuk memperebutkan peringkat kelas."
"Karena ini menyangkut tentang kehormatan seorang guru. Saya tidak bisa memaksakannya. Harus ada data nilai agar saya bisa mengaturnya." Kepala Sekolah Fu memberikan penjelasan lalu ia pun tersenyum.
Sambil memegang dokumen kedua gadis itu, pergelangan tangannya Kepala Sekolah Fu tampak sedikit gemetar.
Di Taman Kanak-kanak saja Gu Mang masih belum sampai lulus, dan sekarang ingin langsung masuk ke kelas 3 SMA.
Tidak hanya itu, ia juga telah dicap sebagai anak yang suka berkelahi, suka membolos sekolah, dan banyak perilaku buruk lain yang sering ia lakukan. Selain itu, nilai ujiannya selama lebih dari sepuluh tahun begitu rapi dan indah, sehingga sangat menyegarkan mata. Semuanya nol besar!
Entah bagaimana cara Gu Mang mengikuti tes, bahkan pertanyaan pilihan ganda saja ia tidak bisa mengakali. Seumur hidup Kepala Sekolah Fu masih belum pernah melihat dua dokumen riwayat pendidikan yang bisa membuat orang lain langsung sakit kepala saat melihatnya.
Dengan sedih Kepala Sekolah Fu melirik kedua gadis yang duduk di sudut, kemudian ia pun menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
Melihat ekspresi Kepala Sekola Fu yang seperti itu, Lu Shangjin langsung mengerutkan alisnya saat mengetahui tentang hal ini, "Nilai?"
Kepala Sekolah Fu tersenyum dengan tegang, "Maksud saya, biarkan tim SMA menulis pertanyaan, dan kedua anak itu akan mengerjakannya. Dengan hasil tes yang mereka dapatkan, aku bisa menentukan kelas yang cocok untuk mereka."