webnovel

Chapter 8. hubungan Kakak dan Adik.

Susi tiba di rumah tinggalnya yang ada di dalam komplek Kertojoso, rumah bertingkat dua itu masih terlihat kokoh meski sudah berumur lebih dari 5 dekade, warna putih gedung itu masih terlihat bersih meski di tumbuhi tanaman merambat di beberapa bagian.

Susi melepas sepatunya dan menaruhnya di rak dekat pintu, ia mengambil kunci dari dalam kantung bajunya dan mencoba untuk membuka kunci pintu, namun saat ia memutarnya kuncinya sudah mentok, menandakan jika sudah ada orang di dalam rumah, Susi melihat ke rak sepatu di sebelahnya, terlihat ada sepasang sepatu pantopel hitam di rak bagian bawah, Susi langsung mengenali pemilik sepatu itu yang tidak lain dan bukan adalah kakaknya, Susi kemudian membuka pintu dan masuk kedalam rumah.

"Kulonuwun (permisi)" ucap Susi saat ia memasuki ruang tamu.

"Sugeng Rawuh Susi(selamat datang Susi)" ucap kakaknya Susan yang ternyata sudah ada di dalam rumah, Susan sedang melakukan kegiatan favoritnya ketika ia sedang di rumah, yaitu membuat kain batik dengan proses pengerjaan tradisional menggunakan canting dan lilin/malam.

"kau pulang lebih lambat hari ini" ucap Susan sambil terus fokus dengan kain yang sedang dikerjakannya.

"ada kegiatan klub hari ini, kakak harusnya sudah tau kan?" ucap Susi yang terheran dengan kakaknya yang tidak ingat dengan jadwal kegiatan klubnya sendiri.

"kakak sudah lama tidak ikut dalam klub itu jadi kakak sudah lupa" jawab Susan.

"lalu kenapa jadi ketua klub kalau tidak pernah ikut kegiatan ?" tanya Susi, ia semakin bingung dengan jawaban kakaknya.

"Formalitas" jawab Susan singkat. Ia menyendok lilin panas yang sudah di cairkan dengan canting, kemudian ia meniup ujung canting itu sebelum mengaplikasikannya di atas lembaran kain.

"Heeeehhh, kalau begitu biar aku saja yang jadi ketua Klub" ucap Susi menawarkan dirinya untuk menggantikan posisi kakaknya sebagai ketua klub.

"secara administrasi itu tidak mungkin" ucap Susan.

"loh kenapa ?" tanya Susi bingung.

"seorang ketua klub harus menjadi anggota terlebih dahulu se minimal nya 1 tahun, jadi kau baru bisa menjadi ketua klub kelas dua nanti" ucap Susan menjelaskan alasan adiknya tidak dapat langsung mengambil posisi yang di pegang kakaknya.

"tapi kakak bilang klub akan di tutup akhir tahun" ucap Susi mengingat kembali rencana kakaknya itu.

"kalau begitu kau tidak akan menjadi ketua klub" jawab Susan dengan santai.

"hadehhhh" ucap Susi kesal.

Obrolan yang berjalan sepihak itu membuat Susi malas dengan kakaknya, ia langsung berjalan menuju kamarnya untuk melepas seragamnya dan membersihkan diri, selama di kamar mandi ia tidak bisa melepaskan pikirannya dari kakaknya, meski kebiasaannya tidak banyak berubah tapi kini kakaknya lebih tertutup dan jarang mengutarakan isi hatinya, terlebih lagi soal kenapa ia ingin menutup klub Senshado, Susi ingin mengetahui alasan dibalik hal itu, dan mencoba untuk mengubah keputusan kakaknya itu.

Setelah Susi selesai membersihkan diri ia kembali ke ruang tamu dan melihat kakaknya tetap melakukan hal yang sama seperti sebelumnya, ia masih mengurusi kain yang akan ia jadikan batik itu dan terus menutupi gambar dan motif yang ada dengan lilin cair.

"ada apa Susi ?" tanya Susan yang sudah menyadari kehadiran adiknya meskipun ia tidak menolehkan pandangannya sedikitpun.

"bukan apa apa" Jawab Susi. Susi memperhatikan kakaknya melukiskan lilin dengan sangat hati hati mengikuti setiap garis yang ada, kakaknya terlihat begitu telaten dan serius melakukannya, namun kakaknya terlihat sangat senang melakukannya, sambil tersenyum dan bersenandung ia melakukan kegiatan yang kelihatannya membosankan itu.

"bagaimana latihan hari ini ?" tanya Susan mencoba menghilangkan keheningan.

"membosankan sih sebenarnya, hanya baris berbaris dan materi dasar tentang sejarah klub Senshado Nusantara, kalau itu sih aku sudah di luar kepala" jawab Susi menjelaskan latihan yang di jalaninya hari itu, latihan latihan itu sudah dijalaninya semasa SMP dan seakan sudah menjadi kebiasaan buatnya.

"jadi sepertinya kau mulai kehilangan minat terhadap senshado" ucap susan menduga adiknya tidak lagi menikmati Senshado.

"bukan begitu, aku hanya ingin bisa cepat cepat menaiki tank dan ikut dalam latihan tanding itu saja" ucap Susi menyangkal dugaan kakaknya itu.

"begitu kah" tanggap Susan singkat.

"Kak Kartika sudah menyiapkan tank khusus untukmu, kau tau kan?" ucap Susan.

"ehh, maksud kakak?" ucap Susi yang sepertinya mengerti maksud perkataan kakaknya.

"kamu akan mengomandani Turangga nanti" lanjut Susan menjelaskan tank yang sudah di siapkan khusus untuk Susi. Tank itu adalah tank tipe M5A1 yang di Gunakan kakak mereka Kartika semasa masih aktif dalam kegiatan Senshado, dapat dengan mudah di kenali dengan warna abu-abu ke biru biruan dan terdapat sebuah lambang kuda yang sedang berdiri di kaki belakangnya.

"mengomandani tank kak Kartika…." ucap Susi tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"kalau begitu ayo kita latihan bareng kapan kapan kak !" ucap Susi dengan sangat bersemangat.

"tidak bisa" jawab Susan singkat.

"kakak ada jadwal les dan kursus untuk persiapan ujian akhir, jadi kakak tidak punya waktu" lanjut Susan menjelaskan alasannya.

"apa itu berarti kakak tidak akan ikut pertandingan persahabatan melawan sekolah sekolah partner kita?" lanjut Susi bertanya tentang kehadiran kakaknya di pertandingan persahabatan yang akan di laksanakan pada akhir tahun.

"kakak akan menyambut mereka tapi kakak tidak akan ikut dalam pertandingan" jawab Susan, ia akan tetap menyambut tamu kehormatan sekolahnya itu sebagai perwakilan pengurus sekolahnya namun ia sendiri memutuskan untuk tidak ikut dalam pertandingan.

Susi terdiam mendengar jawaban itu, ia sedikit kecewa dengan keputusan kakaknya.

"kau bisa melakukannya kan, Susi ?" lanjut Susan balik bertanya ke adiknya.

"aku akan berusaha, tapi aku berharap kakak bisa bertanding bersamaku, seperti tahun lalu ketika kakak bertanding dengan mbak Kartika" ucap Susi menjelaskan keinginannya untuk pertandingan nanti.

"pertandingan tahun lalu….." ucap Susan datar, tangannya yang tadinya sedang mengerjakan batik di pahanya tiba tiba langsung berhenti, dan pandangannya terlihat kosong. Susi terlihat bingung dengan perubahan sikap kakaknya yang sangat cepat itu.

"susi…" ucap Susan pelan.

"iya….kak" jawab Susi gugup.

"kalau kau mau makan kakak sudah buatkan nasi pecel dan Mendoan" ucap Susan menawarkan makanan kepada adiknya yang belum makan sejak pulang dari sekolah, Susan membereskan peralatan membatiknya dan membereskan kain batiknya yang belum selesai.

"kakak mau kemana ?" tanya Susi melihat kakaknya yang berdiri dari kursi dan membawa kain yang belum selesai ia kerjakan.

"Istirahat" jawab Susan datar tanpa menolehkan kepalanya sedikitpun, ia masuk ke dalam kamarnya dan meninggalkan adiknya di ruang tamu.

Susi memakan masakan buatan kakaknya yang masih hangat, sepertinya kakaknya memasak ketika ia sedang membersihkan diri sebelumnya, masakan Kakaknya selalu menjadi favoritnya, kakaknya sendiri sangat dekat dengan ibunya dan sering ikut membantu ibunya memasak sewaktu kecil, jadi mungkin Susan sudah menguasai beberapa resep masakan yang terus ia gunakan hingga sekarang.

Namun Susi teringat dengan Respon kakaknya ketika ia menyinggung tentang pertandingan senshado tahun lalu, responnya menjadi dingin dan datar, tanpa ekspresi sama sekali, sepertinya hal itu sangat mengganggu kakaknya, tapi kenapa ? tanya nya di dalam hati, ia terus memikirkan hal itu membuatnya tidak fokus dalam menghabiskan makanannya.

"apa yang terjadi di pertandingan tahun lalu?" tanya Susi kepada dirinya sendiri sambil terus menyantap makan malamnya.

Ia memutuskan untuk mencari tahu hal itu nanti, untuk bisa mencoba merubah keputusan kakaknya dan mempertahankan Klub Senshado yang di cintainya.

--------------------

Di dalam kamar Susan menaruh kain batik yang tadi di kerjakannya, ia berjalan menuju tempat tidur dan duduk di tepi tempat tidurnya, di dekatnya ada sebuah meja cermin kayu tua yang terbuat dari kayu jati dan terdapat beberapa laci di bawahnya, di atas meja itu tersusun beberapa bingkai foto lamanya dengan anggota keluarganya, foto dengan ibunya, foto dengan kakaknya, dan foto bersama keluarga besarnya.

Susan mengambil salah satu bingkai yang berisi foto dengan ibu dan kakaknya ketika acara pengukuhan mereka sebagai anggota Senshado di sekolahnya, ia memandangnya dengan dalam mengingat momen yang bersejarah dalam hidupnya itu.

"ibu…., kakak…." ucap susan pelan, ia menaruh kembali bingkai foto itu dan membaringkan tubuhnya, ia mencoba untuk tidur menyamping, membelakangi meja yang berisi bingkai bingkai foto lamanya, iapun dengan cepat tertidur pulas.

Malamnya ketika Susan tertidur ia mendapatkan mimpi buruk, mimpi itu sering datang ke tidurnya terlebih ketika ia sedang dalam kondisi mood yang buruk dan dalam perasaan gelisah. Ia melihat sekilas wajah kakaknya dan ibunya yang terlihat marah namun ia tidak mengetahui apa yang mereka katakan, ia mendengar bentakan ibunya namun tidak bisa mengerti apa yang di ucapkan, tiba tiba pandangannya berubah dan ia ada di atas sebuah tank, tank nya sedang ada dalam baku tembak dengan tank yang ia tidak kenali, ia menoleh ke kiri dan melihat sebuah tank tengah terjepit diantara tank tank lain yang sudah di lumpuhkan, tank itu di tembaki dengan gencar oleh beberapa tank dari kejauhan, tiba tiba pintu yang ada di atas turret tank itu dibuka dan ia melihat kakaknya mengeluarkan tubuh bagian atasnya, ia melihat kakaknya tengah melihat ke sisi kanan dan kiri tank itu berusaha mencari cara untuk bisa keluar dari kepungan itu, tank yang Susan naiki tiba tiba bergerak sendiri menuju sisi kiri tank kakaknya dengan kecepatan tinggi, terdengar sebuah suara dentuman keras dari sisi kanannya, Susan melihat wajah kakaknya yang terkejut dan kakaknya meneriakkan namanya.

Susan terbangun dari mimpinya dengan napasnya yang berat, jantungnya berdetak dengan kencang, tubuhnya masih lemas karena terbangun secara tiba tiba, Susan berusaha mengatur kembali napasnya dengan bernapas melalui mulutnya, ia berhasil menormalkan kembali napasnya dan menurunkan detak jantungnya, namun pikirannya berkecamuk dengan apa yang dilihatnya di mimpinya.

Ia mengingat apa yang di lihatnya dan mulai menyadari jika itu bukan hanya sebuah mimpi namun ingatan lamanya yang kembali lagi secara tiba tiba, seberapa keras pun Susan berusaha untuk melupakannya ingatan itu selalu kembali dan kembali lagi.

Susan menarik lututnya dan menyembunyikan wajahnya, ia berusaha untuk menahan perasaannya namun kali ini perasaan itu datang lebih kuat dari biasanya, Susan hanya bisa membiarkan perasaan itu menyelimuti dirinya dan mulai menangis, ia ingin mengeluarkan semuanya namun ia tidak mau membangunkan adiknya dan membuat adiknya khawatir, Susan hanya bisa tersendu dan menangis kecil untuk beberapa saat, karena kelelahan dengan Syoknya susan perlahan lahan mulai kehilangan kesadarannya dan kembali tertidur.