Ajeng dan Rani pulang Bersama seperti hari hari sebelumnya, latihan hari itu menjadi latihan terberat yang mereka jalani sejauh ini, namun rasa lelah itu terbayar dengan hasil yang mereka dapat, dari 12 pasang anggota mereka berhasil mendapat poin tertinggi di latihan menembak dan di latihan mengemudi mereka mendapat posisi kelima. Latihan hari itu cukup menguras tenaga mereka berdua, akibatnya mereka berdua merasa sangat lapar setelah latihan, mereka memutuskan untuk mengunjungi toko kelontong untuk mencari bahan masakan.
Grooooo~ bunyi suara perut Rani dapat terdengar oleh Ajeng yang berjalan di sampingnya.
"ughhh laper banget, kayaknya aku harus beli camilan" ucap Rani memegangi perutnya yang meminta untuk segera di isi ulang.
"eh tapi kita bentar lagi sampe tokonya loh" ucap Ajeng meminta temannya untuk bersabar sedikit lagi.
"aaahhhhh lapar!" ucap Rani tidak dapat menahan rasa laparnya lebih lama lagi.
Tidak jauh di depan mereka, ada pedagang yang menjual bakpao hangat, Rani yang sudah di kuasai rasa laparnya langsung berlari ke gerobak tukang bakpau itu dan memesan camilan untuk perutnya.
"haaaah, akhirnya ada makanan" ucap Rani setelah mencapai gerobak tukang bakpao.
"bakpao dagingnya satu, Ajeng kamu mau ?" ucap Rani.
"bungkus saja satu buat di rumah nanti" jawab ajeng, ia memesan satu untuk dimakannya di rumah nanti.
"mau daging apa ? ada yang sapi dan ayam" ucap pejual menjelaskan dua jenis bakpao daging yang di jualnya.
"ehhh kalau begitu saya beli yg ayam dan sapi, kalau saya yang ayam saja" ucap Rani dan Ajeng menjelaskan pesanan mereka.
Penjual langsung membuka kalakat yang di gunakan untuk mengkukus bakpao di dalamnya, uap panas disertai dengan harum aroma isian bakpao menyebar ke udara, aroma itu membuat Rani semakin tidak sabra untuk mencoba makanannya, penjual mengambil 3 buah bakpao sesuai dengan pesanan yang di minta, bakpao yang di buat berbentuk kepala panda dengan dua warna yang berbeda, bakpao dengan isian daging ayam berwarna putih dan merah sementara yang isian daging sapi berwarna putih dan biru, penjual memasukkan tiga bakpao itu ke dua plastih terpisah dan menyerahkannya ke Ajeng dan Rani.
"baiklah ini dia, semuanya 15.000 ya" ucap penjual sambil menyerahkan pesanan mereka.
"terimakasih" ucap Rani sambil menyerahkan uang sesuai dengan jumlah yang di minta penjual.
"ehh aku di bayarin ?" tanya Ajeng yang juga ingin membayar tapi ia melihat Rani sudah membayar dengan uangnya.
"tenang saja, uang jajanku masih banyak kok, sebagai gantinya nanti kamu masaknya yang enak ya" ucap Rani tersenyum.
Ajeng hanya memasang wajah datar, ia kira temannya tulus ingin mentraktirnya namun ternyata ada tujuan di balik itu.
Keduanya melanjutkan perjalanan menuju toko kelontong dengan Rani melahap camilannya di sepanjang jalan. Sesampainya di toko mereka langsung mencari bahan bahan yang mereka perlukan, bumbu rempah, daging sapi, sayuran seperti wortel, kol, daun bawang. mereka berniat untuk membuat soto daging, namun agar sedikit berbeda mereka juga membeli bahan bahan isian Ramen dan Udon untuk menciptakan menu baru yang di beri nama "Soto poros Jakarta-Tokyo"
"baiklah sepertinya sudah semua" ucap Ajeng mengecek daftar belanjaan yang ada di handphone nya.
"hei kenapa aku yang harus angkat !" ucap Rani yang membawa keranjang belanjaan yang di penuhi bahan bahan masakan dengan kedua tangannya.
"ahhh tahan sebentar lagi ya, kamu kan ga bisa masak jadi seenggaknya kamu yang bawa bahan bahannya" ucap Ajeng.
"curaang~" keluh Rani.
Keduanya berjalan menuju meja kasir dan langsung menghitung total belanjaan yang mereka beli, disaat Ajeng sedang membantu kasir mengeluarkan barang belanjaannya dari keranjang Rani melihat seseorang yang tidak asing lewat depan toko itu, Rani memutuskan untuk menyapa.
"heeiiiii" ucap Rani.
Orang itu berputar dan menampakkan wajahnya, ternyata itu adalah Susi, ia sedang mengenakan jaket dengan penutup kepala, dari belakang ia sulit di kenali karena gaya rambut sanggulnya tertutup oleh penutup kepala yang ada pada jaketnya.
"eh Rani ?" ucap Susi tidak menyangka dapat bertemu dengannya di tempat itu.
"kamu mau kemana dan habis dari mana ?" tanya Rani.
"aku mau pulang, hari ini aku habis ke pusat federasi Senshado di Tokyo" jawab Susi.
"Rani ini bawa belanjaannya !" ucap Ajeng memanggil temannya yang tiba tiba menghilang.
"apa itu Ajeng?" tanya Susi mengenali suara yang di dengarnya.
"iya benar" jawab Rani singkat.
"loh, ada Susi" ucap Ajeng melihat Rani sedang Bersama dengan Susi.
"selamat sore Ajeng" ucap Susi menyapa temannya itu sambil tersenyum.
"sore juga Susi, mau ikut Bersama kami ? kami mau memasak soto untuk makan malam" ucap Ajeng,
"ehh ummm, sebenarnya aku..." ucapan susi terpotong oleh suara gemuruh yang di keluarkan oleh perutnya, Susi juga merasa lapar karena belum makan dari perjalanan pulangnya.
"ehehe maaf" ucap Susi merasa malu.
"sepertinya kamu juga lapar, jangan khawatir, Ajeng ini adalah chef yang handal, masakannya tidak pernah ada yang tidak enak" ucap Rani sambil mengacungkan jempolnya.
"pasti kamu ngomong begitu karena mau dapat porsi paling banyak" ucap Ajeng.
"tentu sa...…." Ucap rani yang langsung di potong oleh Ajeng.
"tidak boleh ! semua porsi harus sama, lagian juga kamu kan tidak bantu masak masa mau dapet porsi paling banyak" ucap Ajeng mengomeli temannya itu.
"Ajeng jahat !" ucap Rani.
"sepertinya acara kalian menarik, boleh aku ikut ?" ucap Susi melihat keakraban mereka berdua, Susi jadi ingin ikut menjadi bagian di dalamnya.
"tentu saja, kami tidak keberatan kok" ucap Ajeng dan Rani bergantian.
Susi memberitahu kakaknya tentang acara itu melalui ponselnya agar kakaknya tidak khawatir, Ketiganya berjalan Bersama menuju rumah singgah yang di tempati Ajeng, perjalanan cukup jauh karena komplek tempat Ajeng tinggal ada di bagian depan kapal, namun karena sepanjang perjalanan mereka mengobrol dan saling bercanda perjalanan jauh itu tidak terasa melelahkan.
"selamat datang" ucap Ajeng saat ia membuka pintu rumahnya.
Rani dan Susi melepas sepatu mereka dan menaruhnya di rak sepatu, dan bergantian mereka masuk ke dalam rumah Ajeng.
"uwaaaghhh akhirnya sampe !!!" ucap Rani yang sudah kelelahan membawa semua bahan masakan, ia langsung melepar Kantung belanjaan ke sofa dan langsung terbaring di lantai.
"Oyyyy jangan di lempar, ada telurnya tau !!!" ucap Ajeng melihat Rani melempar kantung belanjaan mereka begitu saja.
Susi masuk dan melihat ke sekeliling ruang tamu, ia melihat ruangan itu sangat sederhana, hanya ada sebuah sofa panjang dengan kotatsu di depannya yang menghadap langsung ke arah TV, ruang tamu itu tergabung dengan dapur, ada sebuah meja kabinet di sudut ruangan yang menyimpan alat makan dan alat masak, kompor portabel terletak di atas meja kabinet dekat dengan kipas exhaust yang akan menghisap asap masakan keluar agar tidak memenuhi ruangan.
"ahhh Susi, maaf kalau ruangannya agak berantakan" ucap Ajeng.
"tidak apa apa kok" jawab Susi, Susi langsung menekuk lututnya dan duduk di lantai, ia menaruh tas selempang yang di bawanya.
Ketiganya bekerjasama mempersiapkan makanan yang akan mereka buat, Rani yang tidak dapat memasak membantu dengan memotong sayuran dan bahan bahan lain, Ajeng menyiapkan air dan bumbu yang di gunakan, Susi membantu menyiapkan alat makan yang akan mereka gunakan.
Semua bahan yang sudah siap langsung di masukkan ke dalam kuah rebusan kaldu yang di campur dengan rempah, semua bahan di aduk selama 15 menit hingga bumbu meresap, dengan cepat uap rebusan memenuhi ruang tamu membuat ketiganya tidak sabar untuk mencoba masakan buatan mereka.
"selesai !!!" ucap Ajeng membawa panci yang berisi soto buatan mereka menuju meja kotatsu.
"yaaaay" ucap Rani dengan bersemangat.
Ajeng meletakkan panci di atas sebuah lap basah agar panas dari panci tidak merusak meja kotatsu, gunungan nasi putih panas diletakkan di sebuah piring besar di sebelah panci untuk nanti dimakan bersama sama.
"selamat makan !" ucap ketiganya setelah mengambil nasi dan menyendok sup kedalam mangkuk kecil mereka.
"mmmmm enak sekali" ucap Rani yang langsung memakan makanannnya dengan lahap.
"kuah kaldu nya juga gurih sekali" ucap Ajeng setelah menyeruput kuah soto di mangkuknya.
Susi mencoba soto buatan mereka semua, dengan perlahan ia membawa mangkuk berisi soto hangat ke arah mulutnya, ia meniup beberapa kali kuah itu agar panasnya dapat berkurang lalu meminum kuah kaldu gurih itu, rasa rempah memenuhi lidahnya membuatnya merasa segar setelah seharian beraktivitas.
"bagaimana Susi, kau suka ?" tanya Ajeng.
"ini mungkin soto ter enak yang aku pernah coba" ucap Susi.
"kawau tifak afa yang suka makamam seferti ini mumkin fia funya masalah fengam lidafnja" ucap Rani dengan mulutnya yang masih penuh dengan makanan.
"oi jangan bicara sambil makan !" ucap Ajeng.
Ketiganya menambah nasi dan soto mereka, Rani dan Ajeng mencampur nasi mereka dengan Soto di dalam mangkuk sementara Susi menggunakan piring kecil untuk menaruh nasi, ia menyendok nasi dan kemudian menambahkan kuah dari dalam sup, ia melakukan itu untuk menghindari kuah soto membasahi nasi dan membuat nasi sulit untuk di sendok.
Susi sudah memakan beberapa isian soto itu, ia terdiam dan melihat mangkuk yang sudah agak berkurang isiannya, ia tersenyum kecil teringat akan ingatan yang ia miliki, ketika umurnya 6 tahun ia dan kakaknya Susan pernah memasak Soto bersama di rumahnya, mereka berdua membuat nya untuk menyambut ibunya yang akan kembali dari acara keraton yang di datangi ibunya. Keduanya memasak dari siang, mengacak ngacak isi dapur dan mengotori pakaian mereka, setelah masakan siap mereka menunggu ibu mereka pulang dan tertidur di sofa.
Malamnya ibu mereka pulang dan menemukan sebuah panci yang masih hangat di atas meja makan, ibunya melihat Susi dan Susan tertidur di sofa tidak jauh dari meja makan, Susi terbangun dan terkejut melihat ibunya sudah pulang, ia membangunkan kakaknya dan keduanya langsung berdiri menyabut ibunya, mereka menunjukkan soto buatan mereka dan meminta ibunya untuk mencicipinya, ibunya memuji masakan mereka dan ketiganya makan bersama dengan di suapi oleh ibunya.
"ada apa Susi ?" tanya Ajeng melihat Susi diam dan melamun.
"ahh bukan apa apa, hanya teringat sesuatu" ucap Susi.
"ngomong-ngomong kamu jarang datang ke latihan akhir akhir ini, ada apa ?" tanya Rani.
"ahh saya ada suatu urusan, saya pergi ke pusat federasi Senshado di Tokyo" ucap Susi menjelaskan alasannya absen dari latihan beberapa hari terakhir.
"heee federasi senshado ? apakah kamu mau mendaftarkan sekolah kita ke turnamen nasional ?" tanya Rani dengan bersemangat.
"enggak lah, lagian juga yang bisa mendaftarkan kan Cuma ketua klub, itupun harus ada persetujuan dari OSIS" jawab Susi menjelaskan.
"yahh sayang sekali" ucap Rani Kecewa.
"lalu kenapa kamu kesana ?" tanya Ajeng.
"saya ingin mencari tahu soal pertempuran tahun lalu melawan Van Oranje, kenapa sekolah kita bisa kalah" ucap Susi.
"lalu, apa kau menemukan jawabannya ?" tanya Ajeng.
"tidak, mereka bilang ada pihak yang meminta informasi itu untuk di hilangkan, pihak federasi pun tidak memiliki back up data jadi semua informasi tentang pertempuran itu sudah hilang" jawab Susi menjelaskan hasil penyelidikannya disana.
"sangat disayangkan" ucap Ajeng.
"aku curiga kakakku ada di balik penghilangan informasi ini tapi aku tidak dapat menemukan petunjuk apapun" ucap Susi menjelaskan kecurigaannya.
"kenapa bisa begitu ?" tanya Rani.
"karena arsip di sekolah sendiri juga hilang, baik yang digital maupun yang cetak, dan arsip itu di Tarik oleh pihak OSIS untuk update tahun lalu" ucap Susi.
"itu terdengar lebih dari sebuah kebetulan" ucap Rani.
"Rani jangan begitu, kau tidak boleh menuduh sembarangan !" ucap Ajeng.
"aku tidak masalah jika kakakku memang yang melakukannya, yang aku ingin tau adalah apa alasannya, jika aku tahu apa alasannya mungkin aku dapat mencoba mengubah keputusannya" jelas Susi.
Rani dan Ajeng mendengar dengan seksama, meski mendukung apa yang Susi lakukan mereka tidak dapat membantu banyak karena urusan itu sepertinya lebih personal dan tidak sopan jika mereka mencampuri urusan orang lain.
"oh iya, minggu depan kita akan ada pengelompokan untuk awak tank, kamu datang kan ?" tanya Ajeng.
"ehh iya kah, tidak terasa sudah secepat ini" ucap Susi terkejut mereka sudah sampai ke tahap itu.
"iya ya, tidak berasa sudah tiga bulan lebih semenjak kita masuk sekolah" ucap Rani.
"saya akan datang, saya juga sudah tidak sabar ingin segera berlatih dengan tank" ucap Susi.
"tapi kalo di pikir pikir bukankah jumlah kita ganjil ?" ucap Rani.
"ehhh…???" ucap Ajeng dan Susi.
"total anggota kita adalah 25 orang, sementara setiap Stuart di awaki oleh empat orang, itu artinya aka nada 6 tim dan satu orang tidak akan mendapat tim sama sekali" ucap Rani menjelaskan analisis nya.
"mungkin akan ada tim yg di awaki oleh 3 orang ?" ucap Ajeng.
"atau lebih bagus lagi, mungkin kamu akan dapat awak dari kelas 2 atau bahkan kelas 3 !!!" ucap Rani.
"aku sih….. tidak masalah, tapi pasti aku akan merasa lebih nyaman satu tim dengan anggota yang satu kelas dengan saya, karena pasti akan lebih terasa akrab" ucap Susi.
"benar juga, kalau kita satu tank dengan kakak senior pasti akan terasa canggung" ucap Ajeng.
Ketiganya terdiam dan melihat ke arah panci, panci itu sudah kosong hingga ke dasarnya dan tidak ada isian yang tersisa.
"heeeehhh sudah habis ???" ucap Ajeng terkejut melihat soto mereka sudah habis padahal mereka belum makan terlalu lama.
"padahal aku baru mau nambah" ucap Rani sambil mengelap bibirnya dengan sapu tangan.
"mau berapa banyak sih memang makanan kamu, dan juga sepertinya Susi baru makan sedikit tadi" ucap Ajeng.
"tidak apa apa, saya memang tidak makan banyak, tadi juga sudah cukup" ucap Susi sambil tersenyum kecil.
Ketiganya membantu Ajeng membereskan alat makan dan peralatan masak yang mereka gunakan, semua alat makan dan alat masak di cuci dengan bersih dan setelah di keringkan di kembalikan ke dalam lemari kabinet, dapur yang agak kotor juga mereka bersihkan bersama.
Ketiganya bersantai bersama setelah selesai makan, Rani mengajak mereka bermain kartu Uno, Susi yang tidak mengerti permainan itu menurut saja dan selalu di kalahkan oleh Ajeng dan Rani, karena kasihan Rani mengajarkan Susi cara bermain kartu itu dan hasilnya Rani kalah berturut turut dari Susi, Ajeng juga menyerah setelah Susi dapat memahami alur permainan itu. Susi kembali ke rumahnya setelah pukul 8 malam sementara Rani pulang lebih lambat karena jarak rumahnya dengan rumah Ajeng tidak begitu jauh.
im sorry for the long time of update, im having a very tight schedule and my healthy condition is also not really great for few last day.